Mohon tunggu...
Khairun Nashirin
Khairun Nashirin Mohon Tunggu... -

tak ada gunanya diriku tanpa kalian

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kehidupan Sosial Semut

16 Maret 2012   13:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:57 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Namun, mayoritas semut cenderung suka hidup damai. Tetapi hal ini tidak menghalanginya bertempur dengan gagah berani dan membela masyarakatnya dengan ksatria menjadi obyek serangan. Jarang sekali semut mempertahankan diri memperhitungkan jumlah penyerang atau besarnya fisik mereka. Oleh sebab itu, besar kemungkinan pada akhirnya melihat tekad semut yang diserang untuk mempertahankan diri dengan mati-matian melakukan perlawanan.

Walaupun semut memiliki pengorganisasian pasukan yang baik dan kemampuan berperang, tapi jenis serangga yang kecil ini sangat menghormati hak milik orang lain, hemat dalam mempergunakan makanannya, dan berusaha menghindari segala sebab yang dapat mematik perselisihan, serta mencurahkan semua perhatiannya pada kelestarian sarang tempat mereka hidup.”

Barangkali penelitian terbaru yang telah dipublikasikan tentang kehidupan homogen semut dan gaya hidup bermasyarakatnya, lengkap dengan peperangan dan situasi damai yang mewarnainya adalah penelitian yang dimuat majalah ilmiah Amerika, ‘Perilaku Hewan’, terkait riset-riset ilmiah yang dilangsungkan para ilmuan pada fenomena peperangan semut, di mana mereka membuat replika-replika (patung) kecil menyerupai semut. Replika-replika semut ini bergerak maju di hadapan semut biasa. Kemudian kamera mulai merekam gambar dan suara, bahkan juga bau yang keluar dari pasukan semut ketika berhadapan dengan materi yang disangka musuh ini. Kamera menangkap isyarat-isyarat tanda bahaya yang dikirimkan pasukan pengintai pada pasukan semut lainnya, dan pergerakan pasukan besar semut yang melepaskan gas beracun dari hidung khusus yang telah dipersiapkan untuk hal ini. Rilis ilmiah tersebut menyatakan:

“Pembagian tugas dalam koloni semut berkorelasi erat dengan perbedaan struktur biologis yang jelas. Tentara yang khusus difungsikan melindungi wilayah koloni berciri khas memiliki hidung menonjol (belalai) yang mampu melepaskan bau yang sangat mirip dengan gas beracun. Gas ini dapat membuat pasukan lawan pingsan, bahkan terkadang mati karena tak dapat bernafas. Fungsi mereka tidak berhenti di sini. Melalui semut-semut berbelalai ini, alat peringatan dibunyikan untuk memberitahukan adanya serangan dari pihak luar agar semua bersiap-siap di medan tempur demi mempertahankan ‘tanah air’.

Apabila semut-semut berhidung panjang tugasnya terbatas pada peperangan dan mempertahankan tanah leluhur dan anak cucu, maka ada semut-semut yang khusus mengemban berbagai tugas lain, seperti kebersihan, pembangunan, membuat ventilasi, memproduksi dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Tanda mencolok semut pekerja adalah adanya rahang yang relatif besar sebagai ganti belalai yang dimiliki semut tentara. Sepertinya pembagian tugas yang detail selama ratusan juta tahun telah meninggalkan tanda-tanda anatomis pada kelompok-kelompok semut dalam wujud berbedaan kontruksi fisik kepala dan wajah. Semut-semut berhidung panjang bertugas khusus mengarungi perang tradisional maupun perang kimia. Sedangkan semut-semut berahang besar spesialis menyelesaikan pekerjaan harian dan menggunakan gigi-giginya dalam perang ketika pasukan yang berperang terancam kalah.”

Di samping penelitian ilmiah tentang kehidupan homogen semut dan gaya hidup bermasyarakatnya ini, Universitas Maryland Amerika, akhir-akhir ini juga mengumumkan bahwa para ilmuwannya telah menemukan kebiasaan semut meletakkan makanan yang ditemukannya di atas daun kering untuk difungsikan sebagai tandu yang dapat memudahkannya membawa beban lebih banyak. Para ilmuwan ini telah melangsungkan sebauh percobaan. Dalam percobaan ini, mereka meletakkan gelatin di tanah persis di jalur lalu-lalang semut. Semut-semut ini pun mencari daun yang sudah gugur dan kembali lagi setelah 60 detik, lalu menempatkan gelatin itu di atas daun. Setiap dua semut bergotong-royong untuk memudahkan proses pemindahan gelatin.

Lebih dari itu, para ilmuwan ini telah melihat bahwa semut memiliki tawanan dan budak. Sebagian jenis semut sahara menciptakan perselisihannya dengan memperebutkan hak milik wilayah, sehingga mereka terlibat peperangan dengan kelompok semut lain. Di akhir babak pergulatan, kelompok yang kalah menjadi tawanan kelompok yang menang. Setelah itu, kelompok kalah ini menjadi semut budak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun