Mohon tunggu...
Khairun Nashirin
Khairun Nashirin Mohon Tunggu... -

tak ada gunanya diriku tanpa kalian

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sinjai

16 Maret 2012   13:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:57 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabupaten Sinjai memiliki nilai historisnya sendiri, dibandingkan dengan kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan. Sebelumnya terdiri dari beberapa kerajaan, seperti kerajaan yang tergabung dalam federasi Tellu Limpoe dan kerajaan yang tergabung dalam federasi Pitu Limpoe.

Tellu limpoe terdiri dari kerajaan yang berada di dekat pantai Kerajaan Tondong, Bulo-Bulo dan Lamatti, dan Pitu Limpoe adalah kerajaan di dataran tinggi Kerajaan Turungen, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala Seperti .

Sifat dan karakter masyarakat tercermin dalam sistem pemerintahan demokratis dan kedaulatan rakyat. Komunikasi politik antara kerajaan-kerajaan urutan ksatria didirikan melalui dasar saling menghormati yaitu Sipakatau, dan menjunjung tinggi nilai-nilai konsep "Sirui Menre 'Tessirui Tidak' yang menarik saling, saling tarik pernah down lainnya, yang adalah signifikan dalam kesalahan sipakainge mallilu saling mengingatkan. Meskipun tiga kerajaan dimasukkan ke dalam Kerajaan Persekutuan Tellu Limpo'E tetapi roda pemerintahan terus berjalan di setiap daerah tanpa konflik dan perang yang terjadi antara mereka.

Bila ditelusuri hubungan antara kerajaan-kerajaan yang ada di kabupaten Sinjai di masa lalu, maka jelas terlihat bahwa dia erat terjalin dengan tali di keluarga yang disebut bahasa Bugis berarti SIJAI jahitannya sama. Hal ini diperjelas oleh gagasan LAMASSIAJENG Raja Lamatti X untuk memperkuat kesatuan antara kerajaan Bulo-Bulo dan Lamatti dengan ungkapan "PASIJA SINGKERUNNA Bulo-Bulo LAMATI" berarti untuk menggabungkan iman dengan Bulo-Bulo Lamatti, sehingga setelahkematian dia diadakan dengan PUANTA MATINROE RISIJAINA.

Keberadaan dan identitas kerajaan-kerajaan yang ada di Kabupaten Sinjai di masa lalu semakin jelas dengan didirikannya Benteng pada 1557. Benteng ini dikenal sebagai Balangnipa Castle, karena didirikan pada Balangnipa yang sekarang menjadi Ibukota Kabupaten Sinjai. Selain itu, benteng ini juga dikenal sebagai Benteng Tellulimpoe, karena didirikan bersama oleh 3 (tiga) kerajaan yakni Lamatti, Bulo-Bulo, dan kemudian dikembalikan oleh Belanda melalui perang Tondong Manggarabombang.

Agresi Belanda pada 1859 - 1561 terjadi pertempuran besar yang dikenal nama dalam sejarah atau perang Rumpa'na Manggarabombang atau perang Mangarabombang, dan pada tahun 1559 jatuh ke tangan Fort Balangnipa belanda.Pada tahun 1636 Belanda mulai datang ke daerah Sinjai. Kerajaan di Sinjai menentang keras upaya Belanda untuk memprovokasi mereka menentang keras upaya Belanda untuk membagi kesatuan kerajaan di Selatan unntuk suilawesi. Acara ini mencapai puncaknya dengan pembunuhan orang Belanda yang mencoba membujuk Kerajaan Bulo-Bulo untuk melakukan peran kerajaan Gowa. Tindakan ini terjadi pada 1639.

Hal ini disebabkan oleh orang-orang berpegang teguh Sinjai tetap pada TOPEKKONG PERJANJIAN. Pada tahun 1824 Gubernur Jenderal Hindia Belanda VAN DER CAPELLAN datang dari Batavia untuk membujuk pertama Bulo Bulo Cella Arung XXI untuk menerima perjanjian tersebut dan mengizinkan Anda Bongaya Belanda Didirikan Loji atau Kantor Perdagangan di Lappa tapi tegas ditolak.

Pada tahun 1861 berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi dan Daerah, penaklukan wilayah Tellulimpoe Sinjai menjadi satu wilayah yang disebut Goster Districten pemerintah. 24 Februari 1940, Gubernur Grote GOST membangun membagi administratif untuk daerah timur termasuk residensi Celebes, dimana Sinjai bersama beberapa kabupaten lainnya berstatus sebagai Onther Afdeling Sinnai terdiri dari beberapa adats Gemenchap, yaitu Biaya-Bulo Bulo, Tondong, Manimpahoi, Lamatti West, Bulo- Bulo, Manipi dan Turungeng.

Selama pendudukan Jepang, struktur pemerintahan dan mengukir namanya dalam kebutuhan sesuai dengaan pasukan Jepang yang ditempatkan di Gojeng. Setelah Proklamasi Kemerdekaan pada tahun 1945 yang adalah tanggal 20 Oktober 1959 Sinjai resmi menjadi sebuah kabupaten berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959.

Dan pada 17 Februari 1960 Abdul Latief diangkat sebagai Kepala Wilayah II Sinjai Tingak Pertama.

Sampai saat ini Kabupaten Sinjai telah Bupati atau pemimpin oleh 7 (tujuh) yang adalah putra terbaik dan sekarang Kabupaten Sinjai dipimpin oleh Bapak Andi Rudiyanto Asapa, SH, MH.With motto "United Sinjai (Sinjai Bersatu) Kabupaten Sinjai terus kemajuan dan mengembangkan menuju masa depan yang cerah ... ... ... ... ..!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun