Mohon tunggu...
Khairunisa Trisna Safitri
Khairunisa Trisna Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi yang senang untuk mencoba dan mempelajari hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komunikasi Antar Budaya: Jembatan Bagi Keberagaman

30 November 2024   08:23 Diperbarui: 30 November 2024   08:23 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era globalisasi saat ini, kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda menjadi hal yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena semakin mudahnya akses komunikasi dengan berbagai pihak yang berbeda. Kemudahan akses untuk berkomunikasi mencakup komunikasi internasional, komunikasi antar etnis, dan komunikasi antar ras. Agar komunikasi dapat terjalin dengan baik, maka diperlukan pemahaman yang baik pula mengenai komunikasi antar budaya.

Komunikasi internasional mengacu pada pertukaran informasi antar individu atau kelompok dari negara yang berbeda dengan cakupan yang sangat luas. Dalam melaksanakan komunikasi internasional, pasti melibatkan komunikasi antar budaya karena komunikasi yang terjadi antar negara akan melibatkan berbagai budaya yang berbeda. Komunikasi internasional juga mencakup pemahaman mengenai nilai-nilai, norma, dan kebiasaan budaya yang berlaku antar negara yang saling berinteraksi, sehingga diperlukan pemahaman yang baik tentang komunikasi antar budaya agar tidak terjadi konflik atau permasalahan yang tidak diinginkan.

Komunikasi antar etnis merupakan komunikasi yang terjadi antar individu atau kelompok yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda. Etnis mencakup identitas sosial yang berhubungan dengan asal-usul, budaya, bahasa, dan tradisi dari tiap daerah. Dalam komunikasi etnis, tantangan yang sering muncul adalah perbedaan cara pikir, nilai-nilai, dan kebiasaan. Komunikasi antar etnis merupakan salah satu bagian dari komunikasi antar budaya karena etnis adalah aspek penting dalam membentuk budaya dan juga berpengaruh terhadap bagaimana cara seseorang dalam berkomunikasi.

Sementara itu, komunikasi antar ras lebih berfokus pada interaksi antar individu atau kelompok yang memiliki perbedaan ras atau keturunan biologis. Ras sering ditandai dengan ciri-ciri fisik seperti warna kulit, bentuk tubuh, bentuk rambut, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi persepsi dan cara orang dalam berinteraksi. Dalam konteks komunikasi antar budaya, diperlukan pemahaman yang baik mengenai faktor-faktor ras yang dapat memengaruhi persepsi, stereotipe, dan cara orang berinteraksi agar komunikasi dapat berjalan dengan baik tanpa menimbulkan konflik.

Dalam melakukan komunikasi antar budaya, biasanya ditemui berbagai hambatan, seperti stereotipe, prasangka, dan etnosentrisme yang dapat memengaruhi cara kita dalam memandang, memahami, dan berinteraksi dengan orang dari budaya yang berbeda. Stereotipe adalah pandangan atau generalisasi yang terlalu sederhana dan sering tidak akurat mengenai suatu kelompok atau orang berdasarkan ras, etnis, agama, atau budaya tertentu. Stereotipe dapat menghambat pemahaman yang benar tentang suatu individu atau kelompok karena cenderung meilhatnya secara sempit. Selain itu, stereotipe juga dapat menghalangi terjadinya interaksi yang jujur dan terbuka, sehingga akan mengarah pada komunikasi yang kurang efektif.

Hambatan lain dalam komunikasi antar budaya adalah prasangka. Prasangka merupakan sikap atau penilaian negatif terhadap seseorang atau suatu kelompok yang terbentuk karena terbatasnya pengalaman yang dimiliki seseorang atau kesalahan informasi yang diterima. Prasangka dapat mengurangi rasa empati dan kemauan untuk bekerja sama karena seseorang akan cenderung menilai orang lain berdasarkan kelompoknya daripada menilai orang lain sebagai individu. Prasangka dapat menimbulkan diskriminasi atau ketidakadilan jika tidak ditangani dengan baik.

Selain stereotipe dan prasangka, terdapat pula hambatan berupa etnosentrisme. Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menilai budaya lain lebih rendah dari budaya sendiri. Seseorang akan menganggap bahwa budaya miliknya adalah yang terbaik dan menganggap budaya lain tidak sesuai dengan budaya diri sendiri. Etnosentrisme tentu saja menjadi penghambat dalam komunikasi antar budaya karena akan membuat seseorang atau sekelompok orang sulit untuk menilai kelebihan budaya lain. Etnosentrisme akan menimbulkan konflik dan ketegangan, serta menyebabkan ketidakpercayaan atau penolakan terhadap ide, pemikiran, atau sistem yang berasal dari budaya lain.

Dari berbagai hambatan tersebut diperlukan pemahaman yang baik tentang komunikasi antar budaya agar kita dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain dari latar belakang budaya yang berbeda. Seperti ketika kita bertemu dengan orang baru dari budaya yang berbeda. Ketika bertemu dengan orang baru dari latar belakang budaya yang berbeda, kita perlu memiliki sikap terbuka dan saling menghargai terhadap perbedaan budaya yang kita temui. Selain itu, kita juga perlu menghindari hal-hal yang menjadi penghambat dalam komunikasi antar budaya, seperti stereotipe, prasangkan dan etnosentrisme. Kita juga harus bisa beradaptasi dengan kebudayaan orang lain yang berbeda dengan budaya kita. Seperti contohnya saat saya memiliki teman yang berasal dari daerah Sumatra, awalnya saya merasa kurang nyaman dan tidak terbiasa dengan nada bicaranya yang cenderung tegas dan lantang. Sedangkan, saya yang berasal dari Jawa terbiasa berbicara dengan nada yang lembut dan pelan. Namun, saya berusaha untuk beradaptasi dan memahami bahwa nada bicara teman saya itu tidak ditujukan untuk membuat saya merasa tidak nyaman, tetapi hal tersebut sudah menjadi kebiasaan dari budayanya.

Jika dikaitkan dengan profesi sebagai jurnalis, mata kuliah komunikasi antar budaya memiliki pengaruh yang sangat besar dan penting. Menjadi seorang jurnalis membutuhkan keterampilan untuk menyampaikan informasi secara akurat dan sensitif terhadap perbedaan budaya yang ada di tengah masyarakat. Alasan mengapa komunikasi antar budaya penting bagi seorang jurnalis diantaranya untuk memahami keberagaman audiens, menghindari terbenruknya stereotipe dan prasangka, menjadi penengah dalam perbedaan budaya, memiliki kesadaran terhdapa konflik budaya, mencegah pemberitaan yang menyinggung suatu kelompok atau budaya, dan lain sebagainya.

Secara keseluruhan, komunikasi antar budaya merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai dalam berbagai hal. Mulai dari kemampuan untuk berkomunikasi antar individu, berkomunikasi dengan kelompok atau budaya lainnya, hingga kemampuan saat menjadi jurnalis. Memahami komunikasi antar budaya dapat membantu kita dalam menumbuhkan rasa empati, rasa saling menghormati dan menghargai terhadap berbagai perbedaan, serta terhindar dari prasangka, stereotipe dan etnosentrisme.  

Khairunisa Trisna Safitri

Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun