Mohon tunggu...
Khairunisa Trisna Safitri
Khairunisa Trisna Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi yang senang untuk mencoba dan mempelajari hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Strategi Komunikasi Kesehatan dalam Penanganan Kasus Stunting

21 November 2024   21:26 Diperbarui: 21 November 2024   21:36 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumber daya alam yang melimpah, terutama bahan pangannya. Namun, sayangnya permasalahan tentang pemenuhan gizi yang baik masih sering ditemukan. Kurangnya pemenuhan gizi yang baik sejak dalam kandungan dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak berupa stunting yang ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih rendah dari standar anak-anak seusianya. Keadaan stunting tersebut bersifat permanen dan akan menimbulkan berbagai dampak terhadap kemampuan belajar anak-anak dalam jangka waktu yang panjang. Demi mengurangi jumlah resiko stunting pada anak-anak di Indonesia, tentunya diperlukan perubahan perilaku dari masyarakat mengenai kesadaran untuk memenuhi kebutuhan gizi yang baik.

Dalam sebuah artikel jurnal yang berjudul "Strategi Komunikasi Kesehatan Penanganan Stunting (Studi Pada Kelurahan Watang Bacukiki Kota Parepare)" yang ditulis oleh Insyirah Salsabila dan rekan-rekan, telah dilakukan sebuah penelitian mengenai strategi komunikasi dalam penanganan stunting melalui upaya gizi seimbang. Artikel tersebut membahas permasalahan terkait faktor apa saja yang menjadi penghambat di Kelurahan Watang Bacukiki dalam melaksanakan strategi komunikasi persuasif dan bagaimana strategi komunikasi yang digunakan dalam melakukan komunikasi persuasif terkait pemenuhan gizi yang seimbang sebagai usaha untuk mengurangi kasus stunting. Penelitian dalam artikel ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek startegi komunikasi, promosi kesehatan, serta komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang gizi seimbang.

Temuan dari penelitian tersebut menyatakan bahwa faktor penghambat dalam melaksanakan strategi komunikasi persuasif sebagai usaha mengurangi kasus stunting adalah penerima pesan atau masyarakat itu sendiri. Hambatan tersebut berupa ketidakmampuan penerima pesan dalam mengartikan isi pesan dan ketidaktepatan waktu kunjungan yang dilakukan oleh tim penyuluh kesehatan. Hambatan lain yang ditemui di lapangan adalah hambatan semantik atau bahasa karena beberapa dari penyuluh mengaku kesulitan dalam menyampaikan informasi menggunakan bahasa lokal di daerah tersebut. Selain itu, penggunaan istilah medis yang kurang dikenal oleh masyarakat sekitar juga menjadi penghambat dalam tersampaikannya pesan. Sehingga, terkadang komunikasi hanya berjalan secara satu arah. Faktor penghambat lainnya adalah keadaan sosial ekonomi masyarakat yang membuat mereka kesusahan untuk membeli bahan makanan yang tinggi protein dan bergizi.

Dari berbagai hambatan tersebut kemudian dibentuk strategi komunikasi persuasif berupa pengadaan tenaga Aksi Stop Stunting (ASS) Kelurahan Watang Bacukiki yang berperan dalam menyampaikan informasi-informasi terkait stunting yang dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap komunikator. Selain itu, pihak lain yang juga mengambil peran adalah kader-kader posyandu, anggota PKK, pokja Kampung KB, ketua RT/RW, hingga Lurah setempat. Strategi lain yang juga digunakan adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan masyarakat setempat, seperti penamaan program Si Jeber (Si Jeppu' Berre') dan DAHSYAT (Dapur Sehat Atasi Stunting).

Melalui pendekatan Health Belief Model, strategi komunikasi persuasif yang dilakukan dari hasil penelitian tersebut dinilai dapat meningkatkan kepercayaan dan partisipasi masyarakat dalam menangani masalah stunting. Health Belief Model (HBM) adalah model kepercayaan kesehatan individu dalam menentukan sikap melakukan atau tidak melakukan perilaku kesehatan (Utami & Rahmadhena, 2020). Dengan mengadakan tenaga Aksi Stop Stunting dan pengadaan program Si Jeber serta DAHSYAT, masyarakat akan lebih tertarik untuk menerima informasi tentang penanganan masalah stunting. Melalui peningkatan partisipasi masyarakat tersebut, maka akan ada perubahan perilaku masyarakat dari yang awalnya bersikap biasa saja terhadap permasalahan stunting, kemudian berubah menjadi lebih peduli dengan masalah stunting terutama di lingkungan mereka. Ketika para orang tua merasa semakin khawatir terhadap dampak yang akan dialami anak mereka jika terkena stunting, maka akan semakin baik upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk memperbaiki kebutuhan gizi anak-anak mereka.

Referensi

Alif, S, A., Karnay, S., & Amir, A, S. (2023). Strategi Komunikasi Kesehatan Penanganan Stunting (Studi Pada Kelurahan Watang Bacukiki Kota Parepare). Jurnal Ilmu Komunikasi, 12(1), 66-89.

Utami, N, W., Rahmadhena, M, P. (2020). Gambaran Penerapan Health Belief Model Pada Balita Stunting di Wilayah Puskesmas Minggir Sleman. Jurnal Ilmu Kebidanan, 10(1), 26-32.

Khairunisa Trisna Safitri

Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun