N.B: CONTENT UNTUK DI ATAS NORMAL
"Keh! Aku muak berada di dekatmu terus, Ren!" seru Sosis.
Duren yang memakai rapping itu makin mendekat ke Sosis berlogo bintang-bintang.
"Kalo muak, sono pergi! Ngapain juga lu ada di lapak gue! Tar kalo lu jadi basi baru tahu rasa!" usir Duren.
"Pengennya juga gitu, Ren! Emang dasar manusia sialan! Udah tahu alam gue berada di titik -15. Kenapa gue malah ditinggal dimari, ditumpukkan duren rapping bau!" umpat Sosis kalap. Tubuhnya sudah kepanasan.
"Sialan lu, Sis! Badan gue ini baunya paling disenengi orang-orang tahu!" pekik Duren. Aroma menyengat di tubuhnya kembali menyebar luas.
Seorang manusia yang melintas mendadak menutup rapat hidungnya. Dia berlari sangking mualnya mencium bau Duren. Sosis tertawa terbahak-bahak sampai tubuh bekunya mencair. Duren kembali mencak-mencak tak terima.
Kemudian, keduanya mendengar suara minta tolong dari arah mini resto yang ada di dekat lapak buah-buahan. Keduanya menoleh kepo.
"Tolong aku! Aku gak mau digoreng!" teriak Otak-Otak Ikan Tenggiri. Berulangkali ia memberontak, mencoba keluar dari genggaman Koki yang hendak menggorengnya.
"Horror, Bro! Gue merinding, nih! Gue takut digoreng!" teriak Sosis panik.
"Lu masih mending digoreng, Sis. Kemaren, temen gue, Duren Montong malah langsung dimakan di sini juga tanpa digoreng atau apalah itu prosesnya. Gue ngeliat sendiri betapa kejamnya manusia," celetuk Duren.
"Anjir! Lu kenapa masih santai, Bro? Bentar lagi hidup kita-kita ini bakalan habis dimakan para manusia, lho?" ujar Sosis.
Duren pun mendesah pasrah. "Begitulah rantai makanan, Sis. Yang penting, kita bisa mengenyangkan perut mereka."
"Sis! Kayaknya ada yang mau ngambil lu, tuh! Bye~ semoga rumah baru lu menyenangkan!"
"Ren~ Nooo!"
Sosis telah digapai manusia itu.Dia memasukkannya ke dalam troli. Sosis berteriak ingin meloncat keluar dari troli. Seketika, suara dehaman menghentikan pemberontakkannya. Sosis melirik tepat ke arah botol biru cap bebek.
"Berisik, lu, Sis! Baru juga mau dibeli udah panik gitu. Penderitaan lu gak separah gue, tahu!" omelnya.
"Maaf, kau itu apa? Makanan atau minuman?" tanya Sosis bingung.
"Lu kuper, ya? Udah jelas dari gambar dan merk di tubuh gue itu menandakan gue ini cairan pembersih kloset," jawabnya yang bernama Harfuck.
"Terus? Bukannya kau enak ya, gak dimakan manusia?" Pernyataan Sosis menohok hati Harfuck.
"Enak apanya! Tiap minggu mulut gue udah disuruh nyiumin kloset kuning berkerak. Akhirnya, gue terbuang ke saluran pembuangan menuju spitank. Ayo dah, kita tuker nasib!" pinta Harfuck.
"Lu aja kali, gue ogah! Najis gue temenan sama lu!" umpat Sosis.
"Diem lu pada! Mau gue bunuh, hah!" Pada akhirnya, Sosis dan Harfuck diam dengan wajah ketakutan mendapat ancaman dari Satu Set Pisau Dapur yang ada di tengah-tengah keduanya.
*TAMAT*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H