Penulis: 1. Muhammad Hafizh Sandy Al Fauzan, 2. Eva Nurharyati, 3. Khairunisa
(Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah salah satu sumber pendapatan utama bagi negara dalam sistem perpajakan Indonesia. Dengan adanya perubahan dalam perekonomian dan kebutuhan pembiayaan, pemerintah sering melakukan penyesuaian tarif PPN. Kenaikan tarif PPN menjadi topik penting untuk dianalisis, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap ekonomi masyarakat dan sektor-sektor tertentu.
Kenaikan tarif PPN tidak hanya memengaruhi pendapatan negara, tetapi juga berimbas langsung pada daya beli masyarakat. Dalam situasi perekonomian yang berkembang, perubahan tarif pajak dapat menyebabkan inflasi, yang pada gilirannya memengaruhi stabilitas ekonomi keluarga. Kelompok masyarakat, terutama yang berpendapatan menengah ke bawah, sering kali menjadi pihak yang paling merasakan dampak negatif dari kenaikan ini, karena mereka menghabiskan proporsi yang lebih besar dari pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari.
Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% di Indonesia menunjukkan perubahan penting dalam kebijakan perpajakan nasional. PPN, yang dikenakan pada berbagai barang dan jasa, merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi negara. Dalam menghadapi meningkatnya kebutuhan anggaran untuk pembangunan infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan, pemerintah memutuskan untuk menaikkan tarif ini. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi pendapatan negara, tetapi juga memiliki dampak yang luas bagi masyarakat dan perekonomian secara keseluruhan.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang artikel ini, saya telah melakukan wawancara dengan sejumlah individu, yaitu Suci Rahmadani dan Yoga Alfarizi Ardiansyah. Hasil wawancara dengan para responden tersebut akan dipaparkan di bawah ini. Informasi yang diperoleh diharapkan dapat memberikan sudut pandang yang lebih luas dan memperkuat analisis yang terdapat dalam artikel ini.
- Apa pendapat anda mengenai kenaikan PPN 12% yang akan naik tahun depan?
Responden 1 : lumayan bikin kaget sebagai konsumen pasti saya merasa diberatkan setelah saya membeli barang tersebut secara continue terus menerus dan itu kalo di hitung, Â pasti akan mengeluarkan pendapatan yang cukup besar hanya untuk pajak tersebut, jadi perubahan pajak tersebut, lumayan menguras pendapatan saya.
Responden 2 : Kenaikan PPN jadi 12% ini adalah upaya pemerintah buat menambah pendapatan negara demi mendukung pembangunan dan pemulihan ekonomi. Tapi, kebijakan ini juga bisa berdampak negatif, seperti naiknya biaya hidup dan turunnya daya beli masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah. Makanya, penting sekali bagi pemerintah untuk memastikan ada bantuan sosial dan insentif yang pas untuk mengimbangi kebijakan ini.
- Bagaimana strategi anda mengatasi kenaikan PPN 12%
Responden 1 : Bagi saya sendiri mungkin saya akan mengurangi, tidak terlalu menjadi manusia yang konsumtif untuk ke depanya atau menghindari membeli barang-barang yang bisa dibilang bukan kebutuhan sekunder saya, yang ga terlalu butuh banget tidak saya beli dulu untuk beberapa tahun ke depan.
Responden 2 : Mengatur keuangan pribadi: Kurangi pengeluaran yang tidak penting dan utamakan kebutuhan yang benar-benar diperlukan. Meningkatkan pendapatan: Cari peluang kerja sampingan atau investasi untuk menutupi kenaikan biaya. Manfaatkan bantuan pemerintah: Jika ada program subsidi atau pengurangan pajak, gunakan sebaik-baiknya. Efisiensi usaha: Bagi para pengusaha, optimalkan rantai pasokan dan cari cara untuk menekan biaya produksi tanpa mengorbankan kualitas.
- Menurut anda, PPN 12% apakah bisa membuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia tumbuh 8% sesuai target presiden kita?
Responden 1 :Kemungkinan bisa, dari sekian banyak penduduk Indonesia yang kurang lebih ada 240 juta, 12% dari tiap-tiap manusia termasuk jumlah yang besar, apalagi di Indonesia bisa dibilang termasuk negara yang konsumtif dan tentunya hal tersebut cukup terkumpul banyak bagi pendapatan negara kita. Saya harap pajak-pajak yang terkumpul itu memang benar-benar digunakan untuk pembangunan bangsa yang bertujuan membuat pembangunan negara kita itu semakin naik lagi jika memang targetnya 8%.
Responden 2 : Kenaikan PPN saja tidak cukup buat ngeboost pertumbuhan ekonomi sampai 8%. Untuk mencapai angka yang sesuai, kita butuh kombinasi investasi yang besar, peningkatan produktivitas, dan penguatan daya beli masyarakat. Jika kenaikan PPN membuat konsumsi domestik jadi lemah, pertumbuhan ekonomi malah bisa terhambat. Jadi, kebijakan ini perlu didukung dengan program yang memperkuat sektor usaha, investasi, dan daya beli masyarakat.
- Apa harapan anda dengan kenaikan PPN 12%?
Responden 1 : Relate dengan jawaban yang tadi kita berharap pasti pembangunan negara kita lebih besar lagi lebih maju lagi dan semoga kita yang awalnya masih negara berkembang, semoga bisa beberapa tahun ke depan ditangan bapak presiden kita jadi negara maju bisa bersaing dengan negara-negara di Asia yang sudah maju seperti, Singapura, Jepang, Korea, dll.
Responden 2 : 1. Peningkatan layanan publik: Diharapkan pendapatan tambahan dari PPN bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan program sosial. Keberlanjutan ekonomi: Kebijakan ini diharapkan bisa membantu menciptakan anggaran negara yang lebih baik tanpa membebani masyarakat terlalu berat. Stimulus bagi sektor ekonomi: Selain itu, diharapkan pemerintah bisa mengalokasikan dana ini ke sektor-sektor yang memberikan dampak besar, seperti manufaktur, teknologi, dan pariwisata. Kunci sukses dari kebijakan ini adalah transparansi dan penggunaan anggaran yang tepat agar bisa mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Kesimpulannya, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah sumber pendapatan utama bagi negara dalam sistem perpajakan Indonesia. Perubahan dalam perekonomian dan kebutuhan pembiayaan mendorong pemerintah untuk menyesuaikan tarif PPN. Kenaikan tarif PPN dapat berpengaruh besar pada ekonomi masyarakat dan berbagai sektor. Dampaknya tidak hanya pada pendapatan negara tetapi juga pada daya beli masyarakat, terutama kelompok berpendapatan menengah ke bawah yang menghabiskan lebih banyak pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari.
Kenaikan tarif PPN menjadi 12% di Indonesia mencerminkan perubahan penting dalam kebijakan perpajakan nasional. Keputusan ini diambil pemerintah untuk memenuhi kebutuhan anggaran untuk pembangunan infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan. Perubahan ini berdampak luas bagi masyarakat dan perekonomian secara keseluruhan. Untuk memahami lebih lanjut, wawancara dengan sejumlah individu dilakukan, dan hasil wawancara akan dipaparkan untuk memberikan sudut pandang yang lebih luas.
Responden memberikan pendapat mengenai kenaikan PPN 12%. Beberapa merasa kaget dan terbebani karena ini akan menguras pendapatan mereka. Sementara itu, ada yang melihatnya sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara, namun juga mengingatkan bahwa ini dapat meningkatkan biaya hidup dan menurunkan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah. Oleh karena itu, bantuan sosial perlu dipertimbangkan.
Strategi untuk menghadapi kenaikan PPN termasuk mengurangi pengeluaran, mengatur keuangan, mencari pekerjaan sampingan, dan memanfaatkan bantuan pemerintah. Beberapa responden optimis bahwa PPN dapat membantu pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menekankan perlunya investasi dan peningkatan produktivitas untuk mencapai target pertumbuhan yang diinginkan. Harapan mereka dengan kenaikan PPN adalah untuk meningkatkan layanan publik dan memperbaiki infrastruktur, serta memastikan penggunaan anggaran yang transparan demi pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI