Mohon tunggu...
Khairul ramadhani
Khairul ramadhani Mohon Tunggu... Relawan - Ramadhanii

Perbanyak bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peran NU dalam Kemerdekaan Indonesia

10 Maret 2020   09:23 Diperbarui: 10 Maret 2020   12:02 4034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu KH. Hasyim Asy'ari memberikan izin kepada KH. Abdul Wahab Hasbullah untuk mendirikan sebuah jam'iah, namuh hingga wafatnya KH. Khalil Haserat tersebut belum terwuju. Baru terwujud pada tanggal 16 rajab 1344 h bertepatan dengan 31 januari 1926.

Terbentuknya sebuah jam'iah Nahdhatul Ulama, organisasi tersebut memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam kemerdekaan NKRI, pada zaman penjajahan Jepang NU dan para ulama' memliki peran yang kuat dalam peristiwa ini, pada tahun 1942 tatkala perkumpulan-perkumpulan berbasiskan islam masih berada di naungan miai dan kelompok keebangsaan masih menjadi anggota GAPI dan kemudian mri, jauh sebelum itu pada tahun 1938 telah dibentuk penghimpun islam Jepang, setahun terbentuknya himpunan tersebut Jepang menyelenggarakan pameran islam dan Konfersi Islam yang diadakan di Tokyo, pada kesempatan itu yang dihadiri oleh utusan-utusan dari miai.

Pada waktu itu MIAI menjadi satu-satunya badan fedarasi bersama dari organisasi-organisasi islam. Pada awalnya memang pertemuan yang diadakan oleh MIAI banyak memuji Jepang, di tengah kekuatan Jepang yang saat itu memang besar dan mampu merebut daerah yang dikuasai oleh belanda. 

Pada zaman penjajahan Jepang ada tokoh penting NU yang berperan didalamnya yaitu : KH. Zainal Musthofa beliau bergabung dengan NU pada tahun 1933 bersama dengan KH. Zainal Muhsin saudranya. Akan tetapi pada tahun 1941 dia ditangkap dengan beberapa ulam lainnya, karena membuat propaganda dan melawan pemerintah penjajah. Mereka dibebaskan pada januari 1942. 

Dan para ulama'-ulama'lainnya mengalami hal yang sama kemudian dibebaskan pada zaman Jepang. Ketika kelompok islam diajak untuk bekerja sama dengan Jepang KH. Zainal Musthofa tidak mau dan ia menolak melakukan penghornatan kepada kaisar Jepang sama halnya yang dilakukan KH. Hasyim Asy'ari.

Tapi pemerintah jepang kemudian bertindak lebih jauh. Sekitar april-mei 1942, KH. Hasyim Asy'ari dan rais akbar hbno ditangkap oleh jepang, kemudian dipenjarakan di Jombang lalu dipindahkan ke Mojokerto, dan dibawa ke bubutan Surabaya. 

Jepang beranggapan bahwa KH. Hasyim Asy'ari mengobarkan semangat anti penjajah. Banyak rakyat dan kyai-kyai yang marah dan meminta dipenjarakan bersama KH. Hasyim Asy'ari setelah penangkapan KH. Hasyim Asy'ari, Jepang memperiorotaskan  untuk memobalisasikan rakyat Indonesia. 

Maka dibentuklah organisasi- organisasi rakyat seperti POETRA (pusat tenaga rakyat), SEINENDAN atau barisan pemuda indonesia, KEIBODAN atau organisasi keamanan, dan jawa hokokai atau himpunan kebangkitan rakyat, banyak para tokoh politik dan pejuang kemerdekaan memilih untuk berganbung dengan organisasi tersebut. 

Untuk kalangan islam sendiri, bagi mereka yang bergabung dengan organisasi tersebut diberi ruang di dalam shumubu (kua) dan latihan alim ulama, pertama shumubu dipimpin oleh Kolonel Horie tetapi sejak tahun 1943-juli 1944 dipegang direkturnya oleh husein djajaningrat: dan dia digantikan oleh tokoh NU karismatik yaitu KH. Hasyim Asy'ari sejak 1944- agustus 1945 jabatan tersebut yang diberikan merupakan Konsesi Jepang kepada kaum muslim, jepang memandang bahwa tokoh karismatik seperti beliau perlu dirangkul, dan wakilnya diberikan kepada KH. Kahar Moezakkir (muhammadiyah), dan Wahid Hasyim sebagai sanyo setingkat dengan wakil yang sering dipandang melaksanakan tugas-tugas KH. Hasyim Asy'ari

Pada masa penjajahan Jepang, MIAI dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (masyumi) pada november 1943, sementara itu  NU dan Organisasi Islam lainnya juga ikut menyongkong berdirinya Masyumi. 

Pada saat bersamaan 25 februari 1944 terjadi pemberontakan KH. Zainal Musthofa yang sejak awal memang tidak mau bekerja sama dengan Jepang dan beliau meilhat kesengsaraan rakyat semakin mejadi-jadi. Akhirnya KH. Zainal Musthofa dan pengikutnya diadili oleh pengadilan militer dan dihukum mati pada 25 oktober 1944.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun