Mohon tunggu...
Khairul Leon
Khairul Leon Mohon Tunggu... Freelancer - Pengangguran banyak acara

Seorang silent reader yang baru belajar menulis di Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memanen Berkah Air Hujan untuk Masa Depan

29 Oktober 2019   22:35 Diperbarui: 29 Oktober 2019   22:46 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dr. Nurul Mutumanikam menyampaikan materi tentang Healthy Hydration pada peserta Danone Blogger Academy 2019 (Foto: DBA 3)

Curah Hujan Bulanan rata-rata wilayah Bogor (Tahun 2018)

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Berdasarkan data curah hujan yang terdapat pada diagram di atas dapat dilihat bahwa curah hujan tertinggi di Bogor terdapat pada bulan februari sebesar 500 mm, dan terendah pada bulan Juli, yaitu 50 mm.

Bogor termasuk dalam wilayah dengan rata-rata curah hujan tinggi. Saat hujan lebat, tumpahan air bisa mencapai skala jutaan liter. Sayangnya ketersediaan air hujan yang melimpah belum dimanfaatkan secara optimal pada musim kemarau. Air hujan seringkali dibiarkan mengalir begitu saja ke selokan dan sungai. Padahal ini merupakan peluang yang sangat potensial untuk memanen air hujan.

Rekayasa memanen air hujan sebenarnya bukan hal baru bagi masyarakat tradisional di berbagai daerah seperti Bali, Jambi, Aceh, Klaten, dan lain sebagainya, terutama di daerah-daerah yang kekurangan air. Sedangkan di daerah-daerah yang tidak terlalu kekurangan air sampai daerah surplus air, rekayasa memanen air hujan tidak berkembang karna masyarakat mampu bertahan tanpa harus memanen air hujan. Meski nyatanya, masih banyak masyarakat yang kekurangan air pada musim kemarau. Bahkan, daerah mereka banyak terjadi banjir karna hujan lokal.

Berdasarkan hasil survei dari 70 orang responden melalui sosial media, hanya 16 orang (20%) yang sudah mengetahui praktek panen air hujan sementara sisanya 63 orang (80%) tidak tahu sama sekali. Saya sendiri baru mengenal teknik memanen air hujan saat melakukan kunjungan ke Desa Bongkasa Pertiwi di Bali dalam rangka Danone Blogger Academy 2019 bersama AQUA.

Kunjungan Peserta Danone Blogger Academy 2019 di Desa Bongkasa Pertiwi Bali (Foto: DBA 3)
Kunjungan Peserta Danone Blogger Academy 2019 di Desa Bongkasa Pertiwi Bali (Foto: DBA 3)

Senior Stakeholder Relation Manager Pabrik AQUA Mambal, Forcy Tjandra menyampaikan bahwa AQUA telah membentuk sekolah lapang konservasi di Bali. Masyarakat bisa belajar tentang penanaman dan pemeliharaan pohon, mendapatkan manfaat dari jasa lingkungan, anak-anak bisa menerima beasiswa pohon, dan membangun fasilitas Panen Air Hujan (PAH). Penerapan pembentukan konservasi air dan lingkungan di desa ini diharapkan mampu mewujudkan lingkungan yang mendukung ekowisata. Sehingga wisatawan tidak sekadar menikmati indahnya pemandangan, tapi juga belajar bagaimana masyarakat menghargai dan menjaga alam dengan kearifan lokal yang kuat.

Dari kunjungan tersebut saya termotivasi untuk memanen air hujan di tempat tinggal saya, Bogor. Panen air hujan dapat menjadi solusi sederhana namun efektif untuk mengatasi krisis air bersih yang terjadi hampir setiap tahun.

BAGAIMANA CARA MEMANEN AIR HUJAN?

Pemanenan air hujan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu land-based system dan roof-based system. Pemanenan air hujan land-based system merupakan jenis pemanenan air hujan ketika air hujan sudah terlanjur menyentuh tanah dan mengalir diatas lahan kemudian dengan sengaja dikumpulkan dan dimasukkan kedalam suatu kolam, danau, atau bak-bak penampungan air, baik dalam skala ukuran menengah atau besar, sebelum sempat masuk ke dalam sungai atau aliran air lain. Sementara metode pemanenan air hujan roof-based system dilakukan dengan cara mengumpulkan air hujan yang jatuh di atas atap rumah tempat tinggal keluarga sebelum menyentuh tanah.

Ilustrasi panen air hujan roof-based system
Ilustrasi panen air hujan roof-based system

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun