Politik merupakan topik yang tidak akan habis untuk diperbincangkan. Mulai dari sisi kandidat calon, visi & misi, elektabilitas, popularitas, hingga strategi politik yang digunakan. Diskusi publik menjadi hidup, karena setiap orang punya sudut pandang masing-masing terhadap bakal calon yang di dukung. Hampir disemua kesempatan tak kan terlewatkan untuk membahas politik. Semua kalangan masyarakat dari berbagai profesi tak mau ketinggalan akan diskusi soal politik.
Melihat betapa antusianya para masyarakat dalam menyambut pesta demokrasi ini sangat berdampak baik terhadap keadaan politik di negeri ini. Mengapa demikian ? Karena dengan hidupnya diskusi soal politik hampir di seluruh wilayah di Indonesia tentunya tak lain tujuannya adalah untuk kondisi negara yang lebih baik dan semakin di segani di mata dunia.
Persoalannya sekarang adalah bagaimana para elit politik mampu memberikan edukasi yang bermanfaat untuk keberlangsungan demokrasi Indonesia kedepannya. Artinya, para elit juga mesti memberikan manfaat yang baik kepada masyarakat ketika sudah terpilih baik menjadi anggota legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
Di akhir-akhir ini banyak juga para elit atau praktisi politik yang kurang mengedukasi masyarakat. Contohnya, ketika menjelang pesta demokrasi para calon anggota legislatif maupun pemimpin daerah hingga pemimpin negara berusaha menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kursi kekuasaan. Ini membuktikan bahwa politik itu memang ngeri-ngeri sedap.
Cara-cara yang digunakan mulai dari membayar masyarakat untuk memilih hingga menjanjikan jabatan kepada tim yang berperan. Hal seperti ini memang sudah menjadi rahasia umum. Jika cara-cara seperti ini terus dilakukan justru akan berdampak buruk terhadap perjalanan demokrasi kita kedapannya. Padahal harapan demokrasi yang sesungguhnya adalah bagaimana para calon pemimpim ini bisa membina dan bermanfaat untuk masyarakatnya. Sehingga saat ini banyak kita temukan para elit politik ataupun praktisi politik lebih mengedepankan biaya politik dari pada visi, misi, atau pun tujuannya maju menjadi kontestan dalam pesta demokrasi.
Sehingga bisa kita menilai bahwa pesta demokrasi sesungguhnya adalah pesta kekuatan finansial bukan pesta yang betul-betul beradu soal ide, fikiran, maupun gagasan dalam mengelola masyarakat.
Jika anda punya pandangan yang berbeda silahkan komen dibawa yaaa.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H