Buku : Hidup yang Lebih Berarti
Penulis : 20 Blogger Kompasiana
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : Cetakan 1, 2016
Jumlah Halaman : 200 halaman
ISBN : 978-602-02-7978-7
Peresensi : Khairul Amin, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Negeri ini dibangun atas kepedulian dan semangat gotong royong. Maka semangat itulah yang harus terus dipupuk dan kembangkan untuk terus menjaga keutuhan negeri. Dalam konteks inilah, hadirnya buku Hidup yang Lebih Berarti ini menemukan urgensinya. Buku ini memuat 20 kisah nyata sosok ispiratif dari seluruh pelosok negeri yang mampu memberdayakan lingkungan sekitar dengan ide dan kreativitas mereka. Buku hasil kerjasama antara kompasiana dengan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) ini menjadi penanda nyata bahwa negeri ini masih penuh dengan orang baik yang terus bekerja dalam diam.
Seperti kisah dari Hadi Santoso dalam “Anik Sriwatiah Gigih, Gigih Berdayakan Mantan ‘Pekerja’ Lokalisasi Dupak Bangunsari” (hal 35). Dalam kisah ini mengangkat sosok Anik, ibu rumah tangga tinggal di daerah lokalisasi Surabaya yang terus berjuang memberdayakan mantan pekerja seks komersial (PSK) dan mantan mucikari untuk mandiri. Ikhtiar mulia Anik berawal dari penutupan lokalisasi daerah tempat Anik tinggal pada Desember 2012 oleh Pemkot Surabaya.
Penutupan lokalisasi menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Anik. Tantangan, karena memang selama ini anik menggantungkan hidup dengan berjualan di warung depan gang lokalisasi. Peluang, karena Anik memiliki jalan, akan jeritan hatinya selama ini yang merasa risih dengan harta yang didapat dari berjualan di kawasan lokalisasi. Maka saat isu penutupan lokalisasi terdengar, Anik menjadi orang yang sangat mendukung, walaupun oleh penjual lain yang tidak sepakat penutupan, Anik dicemooh.
Awal penutupan lokalisasi, ekonomi keluarga Anik tak menentu. Namun, semangat anik untuk mandiri sangat besar. Anik rajin mengikuti berbagai pelatihan keterampilan yang diadakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Mulai pelatihan memasak, menjahit, membuat bakso, hingga membuat handycraft. Tidak ingin berhasil sendirian, Anik mencoba mengajak beberapa mantan PSK dan mantan mucikari sekitar rumahnya, yang juga merupakan warga terdampak penutupan lokalisasi.
Anik akhirnya berhasil mengajak dan meyakinkan delapan tetangga untuk ikut serta pelatihan dan membangun percaya diri untuk mandiri. Mereka kemudian membentuk Rumah Kreatif Kembang Melati dimana Anik sebagai ketua. Usaha mereka tidak sia-sia, diawal mereka mendapatkan bantuan mesin jahit dari Pemkot Surabaya. Untuk awal mereka memproduksi produk handycraftseperti dompet, bros, tas, dan keset karakter (hal 40).
Bak Gayung disambut, usaha mereka menemui titik terang saat produk handycraftbuatanRumah Kreatif Kembang Melati terpilih sebagai produk terbaik dalam ajang UKM Kreatif Award Surabaya tahun 2012. Kemudian, mereka mengembangkan usahanya dibidang katering bagi lanjut usia.
Kisah lain bisa ditemukan dari penuturan Singgih Swasono dalam “Slamet Akhmad Mukhyidin; Sampah Pun Bisa Jadi Berkah!” (hal 75). Yang mengisahkan perjuangan Bapak Slamet Akhmad Mukhyidin dalam melestarikan dan pemberdayaan lingkungan dengan mendirikan Bank Sampah Bintang Sembilan (SBS). Hingga kini, Bank SBS memiliki 221 kk nasabah di lingkup Desa Berkoh dan 95 komunitas sampah di berbagai wilayah Perwokerto.
Kisah-kisah inspirasi lain tersaji lembut dalam buku ini, 20 kisah yang disajikan tidak hanya memuat isu lingkungan, namun isu teknologi juga tersaji. Membaca buku ini menarik lantaran saat ini isu kepedulian terhadap lingkungan sekitar sangat minim. Dan pemberdayaan menjadi isu seksi yang banyak diperbincangkan di berbagai media. Hadirnya berbagai cerita dalam buku ini menjadi bukti bahwa di negeri ini masih banyak orang yang memiliki semangat berbagi dan bergotong royong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H