Berpalingnya manusia dari jalan Allah, yang mengakibatkan kesulitan saat menyambut sakaratul maut tidak lepas dari peran setan. Setan dengan gigih menggoda manusia agar berada dalam jalan yang terkutuk. Cara setan mempengaruhi manusia dengan membisikkan keraguan, menjadikan manusia ragu akan kekuasaan Allah, ragu akan ciptaan Allah, ragu akan keagungan sifat Allah. Seperti yang telah Setan lakukan pada Nabi Adam dan Hawa untuk memakan buah yang dilarang oleh Allah. Seperti firman-Nya dalam QS. al-A’raaf [7]: ayat 20-22.
Cara lain, setan memperlihatkan keburukan seolah kebaikan dengan menampakkan kebaikan yang disenangi hawa nafsu. Menunjukkan Tipuan, tujuannya agar manusia menjadi ujub (sombong, bangga, dan angkuh) dalam beribadah. Menakut-nakuti manusia dengan keadaan yang rumit (kemiskinan, kegagalan) yang menjadikan manusia enggan untuk berbagi dengan sesama. Selain itu, setan memberikan janji-janji palsu, seperti firman-Nya. “Setan memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka. Padahal setan tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” (QS. an-Nisaa’ [4]: 120).
Godaan-godaan setan yang begitu dahsyat ini dapat dikalahkan dengan menanamkan dan mengamalkan sikap ikhlas. Pribadi ikhlas akan meninggalkan segala hal yang berkaitan dengan kepentingan pribadi, semua sepenuhnya karena Allah Swt. Kemudian, tanamkan dan amalkan sikap sabar. Pribadi sabar akan mengalahkan setan saat dia membisikkan kezhaliman pada manusia. Selanjutnya, selalu membaca Al-Qur’an. Pribadi yang selalu membaca Al-Qur’an dan meresapi maknanya membuat setan tak berdaya. Terakhir, mengingat dan memohon kepada Allah melalui dzikir dan doa. Dzikir akan menjadikan hati lurus, dan jiwa tenang (qalbun saliim) (hal 143).
Sebagai seorang muslim, tidak perlu takut menghadapi sakaratul maut, walau kita mengakui ada kesulitan didalamnya, kita dianjurkan mengingat sakaratul maut tetapi tidak perlu takut menghadapinya. Ini bertujuan agar kita bertambah semangat untuk mengerjakan amal-amal shalih dalam menjalani hidup. Perlu dibangun kesadaran, bahwa sakaratul maut merupakan petunjuk jalan menuju keabadian. Sebab kematian bagi seorang muslim adalah jalan yang menyenangkan karena dirinya akan bertemu dengan Tuhannya.
Melalui buku Siapkah Engkau Menghadapi Sakitnya Maut ini. Muhammad Arifin Rahman mengingatkan kembali tentang makna hidup yang sebenarnya. Tidak hanya mampu mengejewantahkan segala hal yang berkaitan dengan sakaratul maut secara konseptual teoritis, padanan kisah yang dinarasikan secara cermat pada setiap topik bahasan menjadi penanda bahwa buku ini menyimpan etos literasi yang mencerahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H