Banyak orang mengira berbagi kebahagiaan adalah berbagi materi yang kita punya, itu yang banyak dipikiran orang orang, termasuk saya. Ketika saya melihat ada kompetisi menulis dari JNE, dengan tema berbagi kebahagiaan, saya pikir ini akan menjadi tulisan yang sangat mudah, karena kita tinggal menceritakan saja tentang diri kita yang terkadang memberi sedikit rezeki dan materi yang kita punya, ke orang orang yang tidak mampu. Dan saya akan menuliskan itu semua di tulisan saya untuk kompetisi JNE dan kompas nanti. Tapi ternyata semua itu salah, dari seorang bapak berkostum boneka lah, saya belajar tentang berbagi kebahagiaan.
     Suatu waktu, saat saya pulang kerja sekitar pukul 8 malam, saya melewati jalan fatmawati, saya melihat ada seorang bapak , dengan kostum boneka putih yang dibelakang nya sedang menggendong sang pangeran kecil nya. Sang bapak yang saat itu berpakaian lengkap dengan kostum boneka nya, terlihat bercanda dengan sang anak yang ada dibelakangnya.  Dan karena saat itu pas keadaan macet karena lampu merah, saya jadi bisa melihat sang anak sangat senang dan bahagia, bisa bercanda dan berkerja, bersama sang bapak.
      Setiap hari saya pulang kerja melewati jalan fatmawati dan saya hampir setiap hari melihat sang bapak dengan pakaian lengkap boneka dan menggendong sang pangeran kecil dibelakang nya, sambil tetap tertawa dan bercanda. Hal hal sederhana yang saya lihat ini, membuat  saya terkadang tersenyum sendiri mendengar suara tertawa sang anak, dan tanpa saya sadari ada perasaan bahagia yang saya rasakan,melihat tingkah pola si bapak dan anak.
      Setiap melihat pemandangan si bapak dan anak, saya selalu bertanya dalam diri saya, apakah hari hari si bapak sangat mudah ?,  karena materinya cukup, atau bahkan hari hari sibapak sangat berat ,karena kekurangan materi, hingga dia berkerja menjadi boneka keliling. Niat hati saya berkenalan dengan si bapak dan mengajak nya mengobrol , untuk sekedar bertanya, kenapa berkerja membawa anak. Karena lingkungan pekerjaannya sangat tidak bagus, untuk sang anak. Â
      Tapi saya mengurungkan niat saya untuk berkenalan dengan si bapak, karena saya ingin belajar dengan melihat perilaku, tanpa saya harus mengenal dan memahami si bapak. Pikiran pikiran saya tentang sibapak mengalami hari yang berat atau hari yang mudah, saya kesampingkan, dan saya mengambil kesimpulan sendiri, kalau sibapak mengalami hari yang berat. Karena sibapak berkerja menjadi badut, keliling kota, jalan kaki dan membawa si anak. Setiap kali saya bertemu dengan si bapak dan sang anak, yang saya rasakan selalu kebahagiaan mereka, walau saya tidak tahu bagaimana hidup mereka, yang saya tahu saya ikut bahagia melihat mereka.
      Dan tanpa saya sadari, karena hampir setiap hari saya bertemu sibapak dan si anak, si bapak telah berbagi kebahagiaan kepada saya yang melihatnya. Dimana tanpa saya mengenal beliau dan tanpa saya mengetahui apa masalah yang sedang beliau hadapi, Dan beliau juga telah memberikan pelajaran yang besar kepada saya, dari tingkah laku beliau dengan sang anak. Dimana seberat apapun tuhan memberikan cobaan kepadamu, nikmatilah dan tertawalah dengan orang orang yang kau sayangi. Pelajaran yang sangat berharga yang sibapak berikan kepada saya, tanpa saya mengenal dan memahami sibapak.
     Di saat saya sudah mengerti tentang tingkah sibapak, disini saya sangat malu kepada anak dan istri saya, yang terkadang saya menjawab ketus saat istri saya bertanya dan menolak, saat anak saya mengajak saya bermain, selepas saya pulang kerja. Hal itu saya lakukan karena saya merasa dikantor saya mengalami hari yang sangat berat. Sekarang saya sadar, si bapak berkostum boneka, memiliki hari yang lebih berat daripada saya, tetapi sibapak masih bisa tertawa dengan sang anak. Terima kasih bapak berkostum boneka telah memberi saya pelajaran sangat berharga tentang hidup, bahwa hal terberat dalam hidup, bisa kita nikmati dengan tetap tertawa, bersama orang orang yang kita sayangi.Dan  Doa saya kepada sibapak dan untuk pangeran kecilnya, untuk diberi kesehatan, agar bisa tetap berbagi kebahagian dengan tingkah laku mereka, tanpa harus mengenal dan memahami masalah mereka.
    Untuk Para juri dan Pimpinan JNE, awal saya mengikuti kompetisi ini agar saya menang  dan mendapatkan uang, tapi sejak saya kenal dengan si bapak berkostum boneka, saya tidak perduli lagi tentang hadiah dan menang atau kalah, saya hanya ingin berbagi pengalaman  kepada para juri dan pembaca, kalau berbagi kebahagiaan itu tidak harus berupa materi dan tidak harus kita mengenal dan memahami masalah mereka. Terkadang hanya dengan tingkah laku kita yang selalu bersyukur,dan menikmati beratnya hidup dan cobaan yang tuhan berikan kepada kita, kita bisa berbagi kebahagiaan bersama orang lain.
   Dan ada satu keyword dari syarat 3 keyword yang belum saya tuliskan ditulisan ini,yaitu menyantuni. Saya bingung dengan kata ini, karena berbagi kebahagiaan bukan hanya menyantuni. Jadi untuk kata ini saya tidak bisa masukkan ditulisan saya, dan kalau saya boleh meminta kepada JNE, agar memberikan kesempatan untuk orang orang diluar sana, yang tidak punya ijazah sekolah. Bisa diberikan kesempatan berkerja menjadi kurir di JNE, dengan syarat mereka bisa membaca dan menulis. Dan saya yakin jika orang orang itu mendapatakan sedikit kesempatan itu, dan mereka bisa bersyukur dengan pekerjaaan mereka itu, saya yakin mereka akan menjadi karyawan yang teladan, untuk JNE, karena orang orang yang bersyukur dengan perkerjaannya adalah point terpenting dari skill seseorang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H