Mohon tunggu...
Khairul Anwar
Khairul Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Warga Bumi

Penikmat Teh Anget di Pagi Hari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

IPNU-IPPNU dan Rendahnya Kualitas Berliterasi Media

9 Desember 2023   19:29 Diperbarui: 9 Desember 2023   19:31 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis produktif dari kalangan NU lainnya adalah K.H Tolchah Mansoer, sang pendiri IPNU. Beliau merupakan tokoh istimewa dalam tubuh NU, selain mubaligh yang handal beliau sekaligus seorang yang produktif menulis buku-buku keagamaan, buku ilmu hukum, dan artikel di beberapa media massa.

Berangkat setelah itu, sosok Gus Dur, kemudian melanjutkan keproduktifan dalam menulis. Pada masanya, Gus Dur aktif menulis di media nasional seperti Kompas dan Tempo. Tulisan-tulisannya masih bisa kita nikmati sampai sekarang.

Selain beberapa tokoh NU aktif menulis yang telah saya sebutkan, masih banyak lagi tokoh NU, khususnya yang muda-muda, yang gemar menulis. Sebut saja Kalis Mardiasih, Nadirsyah Hosen, hingga Savic Ali.

Kini, tantangan untuk melanjutkan keproduktifan menulis itu ada di generasi Anda. Generasi IPNU-IPPNU, usia 13-24 tahun. Kesadaran untuk berliterasi ini perlu dipupuk, kawan. Perlu dimulai, lalu ditingkatkan.

Kalaupun Anda tidak punya minat dalam dunia tulis menulis, maka, Anda setidaknya, melalui lembaga Anda, harus punya andil terhadap perkembangan dunia literasi di sekitar lingkungan Anda.

Saya sempat mengamati media-media yang dikelola oleh IPNU-IPPNU. Dalam mensyiarkan kegiatan-kegiatan, mereka memang punya media sosial, tapi tidak dengan website atau media online. Kalau toh hanya punya media sosial, seperti facebook, dan instagram, postingan mereka kebanyakan hanya sekadar ucapan selamat. Ucapan selamat hari ini, hari itu, dan lain-lain, Juga terkadang ucapan selamat ulang tahun anggotanya.

Selain itu, rata-rata postingan media sosial mereka juga berisi informasi acara terdekat, dan lain sebagainya. Masa iya, organisasi pelajar postingan media sosialnya hanya sebatas itu-itu saja?

Apakah yang demikian itu salah,? Nggak. Saya nggak menyalahkan itu. Justru itu hal bagus. Artinya, dalam dunia yang serba digital, postingan-postingan media sosial memang perlu digencarkan lebih masif lagi. Tentu, itu akan menjadi sesuatu yang berguna. Jauh lebih bermanfaat ketimbang media sosial organisasi yang postingan terakhirnya bertanggal 31 Desember 2021, misalnya.

Namun, apakah media organisasi, dalam hal ini milik IPNU-IPPNU, hanya sebatas soal ucapan-ucapan selamat, dengan para foto ketuanya nongol di pamflet-pamflet?

Lembaga media di sebuah organisasi, dalam pandangan saya, jangan hanya terpaku pada ucapan-ucapan selamat. Akan jauh lebih menarik dan keren jika sebuah organisasi mampu mengelola sebuah media online berbasis website guna menampung tulisan-tulisan kader yang intelektual, khususnya kader yang ingin menyalurkan bakatnya di bidang tulis menulis. Mereka butuh wadah. Jika bukan organisasi yang memfasilitasi, lalu siapa lagi?

Saya yakin ada beberapa alasan mengapa organisasi hanya berfokus pada media sosial, tidak juga pada media online berbasis website.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun