Bagi mahasiswa yang pragmatis, bisa saja ia akan menyewa jasa joki skripsi, sehingga ia bisa fokus bekerja atau nyari duit. Tapi, tentu saja, menjadi pelanggan joki skripsi adalah pelanggaran akademik. Itu harus kita hindari.Â
Nah, kembali ke pertanyaan awal "benarkah bekerja membuat studi terhambat?"
Sebenarnya, ini pertanyaan klasik. Dan jawabannya adalah lagi-lagi tergantung orang nya. Tergantung mahasiswanya. Apakah si mahasiswa bisa membagi waktu hidupnya dengan baik? Atau justru sebaliknya.
Yang perlu diingat adalah waktu merupakan sumber daya yang sangat berharga, sesuatu yang tidak bisa dibayar dengan uang. Setiap orang hanya memiliki waktu 24 jam per hari. Katakanlah, seorang mahasiswa bekerja 8 jam setiap harinya, dari pagi sampai sore, atau siang sampai malam. Sisanya ada 16 jam. Nah, pertanyaan selanjutnya adalah: digunakan untuk apa waktu yang 16 jam ini oleh si mahasiswa tersebut?Â
Mahasiswa yang nggak pandai mengatur waktunya, pasti ia akan merasa waktu 24 jam sehari tidak cukup untuk melakukan semua aktivitas. Ia akan selalu merasa kekurangan waktu. Padahal, bila dicermati lagi, ada cukup banyak waktu tersedia, hanya saja pengelolaannya yang tidak maksimal.
Waktu 24 jam itu waktu yang cukup panjang. Bekerja 8 jam, tidur 7 jam katakanlah, dan sisanya ada 9 jam. Nah, 9 jam itulah penentu apakah mahasiswa bisa menyelesaikan skripsinya atau tidak?
Coba saya kerucutkan lagi, 9 jam tadi diambil 1 jam buat ibadah sholat lima waktu, 1 jam buat membantu pekerjaan rumah (bantu-bantu orang tua), dan 1 jam lagi buat beraktivitas sosial di masyarakat (tahlilan, yasinan, gotong royong atau lainnya). Masih sisa 6 jam.Â
Waktu enam jam ini saya rasa perlu betul-betul dimanfaatkan oleh mahasiswa pejuang skripsi. Misalnya, mengisinya dengan bimbingan sama dosen. Bersyukur kalau dosen Anda enak diajak komunikasi, tapi kalau dosennya susah ditemui, ya, bagaimanapun Anda harus berjuang lebih keras lagi haha.Â
Intinya, fokus pada penyelesaian skripsi. Waktu enam jam jangan dipakai untuk kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat, seperti banyak rebahan, main game, atau keluyuran. Habiskan waktu enam jam itu buat mengerjakan skripsi. Baca-baca referensi, menulis latar belakang, dan lain sebagainya.Â
Pengalaman pribadi saya, ketika mengerjakan skripsi, cukup membutuhkan waktu 2 jam saja setiap harinya. Dan itu pun harus dilakukan konsisten, sampai skripsi itu benar-benar tuntas. Juga yang paling penting, kita jangan suka menunda-nunda pekerjaan.Â
Mempunyai skill seni mengatur waktu, bagi seorang mahasiswa (yang nyambi bekerja) adalah sesuatu yang sangat penting. Pentingnya kenapa? Supaya sebuah pekerjaan tidak lagi dikambinghitamkan atas terbengkalainya skripsi haha. Â Kasihan pekerjaannya kalau terus-terusan disalahkan atas ketidakselesaiannya sebuah skripsi.Â