Mohon tunggu...
Khairul Anwar
Khairul Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Warga Bumi

Penikmat Teh Anget di Pagi Hari

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tips Produktif Menulis bagi Penulis Pemula: Jangan Fokus pada Honor

4 Juli 2023   08:10 Diperbarui: 4 Juli 2023   08:13 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis, selain membutuhkan keberanian untuk menyajikan ide dan gagasan, juga sangat penting untuk mengedepankan konsistensi atau dalam Islam disebut istiqomah. Keistiqomahan akan membawa kita menjadi orang yang produktif menulis. Dengan produktif menulis, kita dapat menghasilkan banyak karya tulis, entah itu berbentuk artikel populer atau artikel ilmiah. Sehingga kita mampu menebar kebermanfaatan untuk khalayak ramai.

Aktivitas menulis sejak dulu tidak hanya dipraktikkan oleh mereka yang memang berprofesi sebagai penulis, tapi orang-orang yang punya hobi menulis pun, juga melakukan hal yang sama. Entah itu guru, mahasiswa, dosen, dan lain-lain, punya kesempatan yang sama untuk menulis, baik nulis buku atau artikel yang dikirim ke media massa (cetak atau online).

Dewasa ini, memang tak dapat dimungkiri bahwa menulis (di media massa) baik cetak atau online, saat ini tengah digandrungi oleh orang-orang yang punya kecenderungan suka menulis. Tentu, salah satu motivasi mereka adalah agar menghasilkan uang (honor), meski tidak seberapa, yang penting bisa menambah uang jajan. Lantas apa uang menjadi satu-satunya tolok ukur kita agar mau menulis?

Bagi saya pribadi, yang aktif menulis di media online dalam tiga tahun terakhir ini, uang bukan faktor utama saya aktif menulis. Tapi ada banyak hal lain yang membuat saya produktif menulis.

Dalam tulisan ini, saya ingin membagi pengalaman, khususnya kepada penulis pemula supaya bisa produktif menghasilkan karya tulis. Kebetulan beberapa teman saya, lewat chat Whatsapp, sempat mengajukan pertanyaan, "Bagaimana sih cara agar produktif dalam menulis,?"

Sebelumnya, antara saya dan teman saya, kami saling ngobrol. Ternyata ditemukan fakta bahwa teman-teman saya ini tertarik menulis karena ingin mendapatkan honor. Ok, sah-sah saja seperti itu. Tapi, jangan jadikan uang sebagai motivasi pertama.

Begini, saya punya cerita untuk Anda.

Setelah beberapa kali saya menghasilkan cuan dari hasil menulis di media online, banyak teman-teman yang kemudian pengen seperti saya. Mereka ingin mengikuti jejak saya, menjadi penulis lepas, dan mendapatkan fee dari hasil tulisan yang dikerjakan. Sama seperti saya, teman-teman saya ini juga masih belajar buat nulis.

Mereka kepo sama saya, soal bagaimana cara menulis, dan media mana saja yang mau membayar penulis. Mindset teman-teman saya ini adalah menulis untuk mendapatkan uang. Pendek kata, bekerja untuk uang. Mereka nggak sadar kalau mereka baru mau belajar nulis. Mereka tak peduli tulisannya bagus atau tidak, yang penting dapat uang. Yang ada di kepala mereka hanya uang, uang dan uang. Padahal belum tentu juga kalau tulisan kita kirim ke media, media itu akan menerima tulisan kita.

"Lha honornya berapa mas,?"

"Menulis di media A dapat honornya berapa mas,?"

"Ajarin nulis biar dpt cuan donk mas,"

Dan beberapa pertanyaan sekaligus pernyataan lain yang membuat saya perlu geleng-geleng kepala.

Mindset mereka ingin menulis untuk cari uang memang nggak salah. Sebab, hidup ini butuh uang. Buat saku kuliah dan bahagiain calon mertua, misalnya. Tapi menurut saya, orang yang baru mau mengawali menulis di media online, jangan lah berpatokan entar dapat uang atau nggak terlebih dulu. Itu terlalu jauh, setidaknya menurut saya. Silakan Anda mau nggak setuju tidak apa-apa.

Pengalaman saya, ketika bulan-bulan pertama saya menulis di media online, saya sama sekali tak pernah berharap dapat cuan. Asli. Tulisan saya bisa terbit di media pun sudah bikin saya senang. Bahagia. Terus saya share link tulisan itu ke grup-grup WhatsApp, sambil bilang dalam hati "iki lho tulisan ku". Kalau toh akhirnya saya dapat uang dari hasil tulisan itu, saya anggap bonus.

Jadi buat Anda, Anda, dan Anda, yang baru mau memulai perjalanan menjadi penulis lepas, misalnya, kesampingkan dulu mindset cari uang dari hasil menulis.

Jadikan aktivitas menulis Anda ini sebagai proses belajar. Itu pertama. Yang kedua, jadikan pengalaman pertama menulis di media sebagai proses mengenalkan diri kita kepada orang lain. Dulu saat pertama kali menulis di media, niat saya menulis adalah untuk menambah portofolio, nge-branding diri, dan memperluas jaringan. Selebihnya hanya bonus, termasuk soal honor. Orang-orang akan menilai siapa diri kita dari kebiasaan kita.

Saat saya kirim tulisan itu ke media, beberapa hari setelahnya saya selalu cek secara berkala di media tersebut. Saya bertanya dalam diri sendiri "apakah tulisan saya sudah terbit?" saya selalu penasaran. Rasa bahagia dan puas adalah ketika tulisan itu terbit di media. Ada rasa bangga di situ. Kepercayaan diri untuk menulis lagi semakin tinggi. Lalu saya share tulisan itu di media sosial pribadi, agar tulisan itu dapat dibaca oleh banyak orang.

Dari situ, sebagai pemula rasanya sangat gembira ketika hasil karya saya bisa terbit di media, apalagi media itu sudah punya nama yang cukup besar. Kalau toh nggak diterima media, ya, saya ikhlas. Sebab, dari situ saya bisa belajar lebih banyak lagi. Apa kurangnya tulisan saya. Sehingga saya perbaiki nantinya.

Jadi, saya berpesan kepada teman-teman yang minat pada dunia tulis menulis, khususnya yang tertarik mengirim tulisannya ke media, jangan jadikan cuan itu sebagai motivasi utama. Nanti perjalanan menulis Anda nggak bikin bahagia. Anda akan selalu kepikiran "tulisan saya layak muat nggak ya", "tulisan saya bagus nggak ya" dan lain-lain, yang itu menjadikan Anda tidak bebas dalam berekspresi menuangkan kalimat demi kalimat, kata demi kata.

Bagi pemula, yang penting nulis saja dulu yang bagus, tanpa memikirkan uang. Proses belajar lah hal yang paling penting. Dengan menjadikan belajar sebagai motivasi, maka ketika ada sesuatu yang kurang dari tulisan kita, kita akan memperbaikinya. Sebaliknya, jika kita menjadikan uang sebagai tujuan utama dalam menulis, maka ketika kita nggak mendapatkan uang, kita dapat berhenti menulis. Ketika kita berhenti menulis, lalu apa yang akan kita bagi ke masyarakat?

Nah, baru ketika kita sudah punya jam terbang yang cukup dalam menulis, sudah diakui oleh khalayak luas, misalnya, boleh lah kita lalu mengharapkan duit. Kita bisa jadikan aktivitas menulis sebagai pekerjaan utama. Kita boleh mendaulat diri kita sebagai penulis. E tapi, tiba-tiba ada pertanyaan yang muncul di benak saya, "Jika sudah tak ada lagi media yang mau membayar honor penulis, apakah kita masih akan menulis lagi?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun