Ada beberapa kasus mengenai pembelajaran anak usia dini bahwa tidak sedikit guru yang jarang menerapkan permainan dalam proses belajar (Astuti et al., 2016). Jika hal tersebut dibiarkan maka perkembangan anak akan sedikit terhambat dan tentunya tidak berjalan sesuai harapan. Agar perkembangan anak berjalan dengan baik maka guru harus menerapkan metode bermain dan permainan dalam proses belajar. Maka dengan begitu anak akan berinteraksi bersama teman sebaya, memperoleh informasi, mendapatkan pengetahuan yang belum diketahui, mengembangkan imajinasi dan memperoleh kebahagiaan ketika bermain. Bermain dapat dilakukan dengan menggunakan alat atau tanpa alat sekalipun. Alat yang dapat digunakan untuk bermain contohnya yaitu balok, boneka, puzzle, kartu angka dan lain sebagainya. Permainan juga dapat dikatakan sebagai olahraga ringan baik itu dilakukan sendiri atau bersama teman-teman, contohnya yaitu lari, bersepeda, naik turun tangga, bermain bola dan kegiatan lainnya.
Sumber:
Akilasari, Y. (2015). FAKTOR KELUARGA, SEKOLAH DAN TEMAN SEBAYA PENDUKUNG KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI. 1113054068, 1--13.
Astuti, B., Muthmainnah, & Fatiamaningrum, A. S. (2016). Pengembangan Panduan Permainan untuk Mengoptimalkan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 5(1), 684--694.
Izzaty, R. E. (n.d.). Penerimaan teman sebaya sebagai indikator kemampuan penyesuaian diri: arti penting pengembangan karakter sejak usia dini. 1--11.
Lubis, M. Y. (2019). Mengembangkan Sosial Emosional Anak Usia Dini Melalui Bermain. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 2(1).
Rohayati, T. (2013). Pengembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini. Cakrawala Dini, 4, 131--137.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H