Mohon tunggu...
Khairina Retnaningtyas
Khairina Retnaningtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkembangan Kognitif, Pentingkah?

4 Oktober 2020   14:06 Diperbarui: 4 Oktober 2020   15:17 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan kognitif anak melibatkan proses belajar yang progresif seperti perhatian, memori, dan logika. Perkembangan keterampilan tersebut sangat penting agar anak bisa memproses informasi, mengevaluasi, menaganalisis, mengingat dan pengambilan keputusan sejak kecil menuju remaja hingga dewasa. Perkembangan kognitif ini sendiri sering dikaitkan dengan faktor genetik, namun sebagian besar diperoleh dari lingkungan sekitar.

Kemampuan kognitif mengacu pada bagaimana seseorang mempersiapkan, berpikir dan memperoleh pemahaman tentang dunianya melalu interaksi genetik dan belajar. Kemampuan berpikir dan belajar dapat ditingkatkan dengan mempraktikkannya atau memberikan stimulasi yang tepat.

Dalam enam tahun pertama, perkembangan kemampuan kognitif anak menghasilkan kemajuan besar. Pada masa ini, orang tua akan melihat dan mengerti anak mulai memahami kaitan atau hubungan antara objek dan orang-orang disekitarnya. Saat itu pula ia terus membuat kemajuan secara fisik dan mental.

Sebagai orang tua, libatkanlah diri dalam pengembangan awal keterampilan kognitif anak. Secara langsung hal ini akan mendukung perkembangan anak selangkah lebih maju. Sangat disarankan jika melakukan pendekatan yang langsung melibatkan anak dalam memahami dirinya sendiri agar kelak anak bisa menentukan minat, bakat dan keberhasilannya di masa mendatang.

Perkembangan Kognitif
Perkembangan Kognitif

Perubahan kognitif anak merupakan salah satu dari beberapa perubahan pada anak yang tidak begitu mudah untuk dikenali. Otak anak terus berkembang seiring berjalannya usia anak dan karena mereka juga mendapat pengalaman baru dari lingkungan sekitar, biasanya dapat dilihat dari hal apa saya yang kini dapat dilakukan anak. Pada periode ini, anak belajar menguasai keahlian tertentu dan menghadapi tugas-tugas baru yang tentunya mereka terima. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam memerhatikan berbagai proses perkembangan yang berlangsung pada anak dalam periode ini.

Salah satu tokoh psikologi yang mengemukakan teori tentang tahapan perkembangan kognitif (cognitive theory) manusia adalah Jean Piaget. Menurut Piaget, anak-anak memiliki cara berpikir berbeda dari orang dewasa. Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif anak usia dini dalam empat tahap, yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasional konkret dan tahap operasional formal.

Tahap Sensorimotor (0-24 bulan)

Setiap bayi lahir dengan refleks bawaan dan dorongan untuk mengekplorasi dunianya. Oleh karena itu, pada masa ini, kemampuan bayi sangat terbatas pada gerak refleks dan pancainderanya. Berbagai gerak refleks tersebut lambat laun akan berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan. Pada tahap perkembangan kognitif awal ini, anak belum dapa memeprtimbangkan kebutuhan, keinginan atau kepentingan, sehingga mereka dianggap egosentris.

Ketika berusi 18 bulan, anak sudah mampu menciptakan simbol-simbol pada suatu benda dan juga mereka mengerti fungsi beberapa benda yang sering mereka gunakan. Pada masa ini juga anak sudah mampu melihat hubungan antarperistiwa dan mengenali orang asing dan orang terdekatnya.

Tahap Praoperasional (2-7 tahun)

Pada masa ini, anak mulai dapat menerima rangsangan meski masih sangat terbatas. Anak juga sudah mulai membaur dalam lingkungan sosial. Tahapan ini memiliki ciri yaitu anak mulai bisa menggunakan operasi mental yang jarang dan secara logika kurang memadai.

Pada tahap ini juga anak masih tergolong egosentris. Mengapa demikian? Karena anak hanya mampu mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang meraka sendiri dan masih belum memahami dari sudut pandang orang lain. Namun, mereka juga sudah dapat mengklasifikasikan suatu objek menggunakan satu ciri, contohnya mengumpulkan semua benda yang berwarna sama.

Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun) 

Pada tahap ini, anak mampu melakukan klasifikasi terhadap objek maupun situasi tertentu. Kemampuan mengingat dan berpikir secara logis anak semakin meningkat. Anak mampu memahami konsep sebab akibat secara rasional dan sistematis sehingga mereka mulai bisa belajar berhitung dan membaca. Pada tahap ini pula sifat egosentris perlahan mulai menghilang. Mereka sudah mampu melihat suatu masalah dari sudut pandang orang lain.

Tahap Operasional Formal (mulai usia 11 tahun)

Tahap ini adalah tahapan terakhir, anak sudah mampu berpikir secara abstrak, kompleks dan menguasai penalaran. Mereka dapat menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Mereka juga dapat memahami konsep yang bersifat abstrak. Kemampuan ini sangat penting, orang tua harus selalu memperhatikan dan selalu mengontrol anak mereka pada masa ini, karena pada masa ini mereka akan melewati masa peralihan.

Adapun faktor utama penunjang perkembangan kognitif anak seperti yang sudah disampaikan diawal, berikut penjelasannya.

Keturunan 

Faktor ini juga menentukan perkembangan intelektual seorang anak. Dengan kata lain, seorang anak membawa kemungkinan memiliki kemampuan berpikir yang sama dengan orang tuanya. Namun, potensi tersebut tidak akan berkembang apabila tidak ada lingkungan yang dapat memberinya dorongan dan kesempatan untung berkembang. Jadi, untuk para orang tua, dukunglah dan berilah kesempatan kepada anak-anak kalian untuk berkembang agar masa depan mereka terjamin.

Perkembangan Kognitif
Perkembangan Kognitif

Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling mempengaruhi tingkat kognitif maupun intelegensi seseorang dan hal tersebut sudah didukung oleh banyak studi maupun dari berbagai penelitian. Faktor lingkungan yang sangat berperan dalam hal ini adalah keluarga dan sekolah. Dalam keluarga hubungan sehat antara orang tua dan anak memanglah sangat penting dalam memfasilitasi perkembangan kognitif anak. Sebaliknya, hubungan yang tidak sehat bisa membuat anak mengalami kesulitan atau terhambatnya proses perkembangan kognitifnya. Maka dari itu, hubungan antara anak dan orang tua harus selalu terjaga keharmonisannya agar saling menguntungkan di kedua belah pihak. 

Faktor lingkungan berikutnya adalah sekolah, sekolah merupakan lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak selain di rumah, termasuk perkembangan pola pikir anak. Oleh karena itu, tenaga pengajar di sekolah sangat memiliki peranan penting dalam menunjang perkembangan kognitif anak agar lebih terarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun