Aku kembali pada pengharapan yang semu
Di tanah asing aku berdiam
Pada tanah yang jauh aku merindu
Ibu terkasih kurenungkan pilu terpendam
Pada bayangmu ibu aku mengaku
Kutangisi sentuhmu yang dulu kugenggam
Tanah asing ini melambaiku siang dan malam
Mencumbu ragaku menista batinku
Meresapkan sepi ke sukmaku terdalam
sekali lagi aku menangis tersedu-sedu
dua kali kemudian ia tertawa mencekam
Atas Nama Tuhan, sang muazzin menyeru
Dalam kasih Tuhan kuserahkan kesedihanku
Akankah didengar doaku, dalam dosa aku tenggelam
Ibu, mohonkan ampun dan maaf untukku
semoga besok kembali jiwaku tentram
Apabila jauh cinta-Nya dari hadirku
pada harapan semu kembali aku muram
Puisi diatas berjudul 'Temaram Sepi Malam', ditulis oleh Khairil Anhar Pulungan, bukan Chairil Anwar ya! hehe. Puisi ini mengangkat tema tentang kerinduan, kesepian, penyesalan, dan harapan. Saya menulis puisi ini sambil memikirkan kesedihan yang saya rasakan dan kerinduan saya pada kampung halaman. Dengan secangkir kopi, di atap sebuah kos-kosan tua, di Kota Jakarta.Â
Bicara soal puisi, apa yang saya tulis diatas bukanlah puisi pertama  yang saya tulis, meski merupakan yang pertama kali saya unggah ke publik. Saya selalu suka menulis puisi, terutama saat sedih dan tertekan. saya menemukan ketentraman dan terapi hati dari puisi-puisi yang saya tulis. Ajaibnya, ide-ide bagus untuk puisi akan datang ketika kondisi hati saya sedang buruk. Semakin buruk, ide puisi yang datang bisa jadi semakin bagus, haha.Â
Awalnya saya tidak pernah percaya diri untuk mempublikasikan puisi-puisi saya karena merasa ini hanya karya murahan dan tidak akan ada yang tertarik membacanya. Saya merasa tertekan ketika memikirkan hinaan orang lain ketika membaca puisi jelek saya. Tapi, kali ini saya memberanikan diri untuk berbagi karya seadanya ini. bukan hanya untuk orang lain, tapi juga untuk diri saya sendiri. benar! saya mengunggah puisi ini untuk diri saya sendiri, sebagai penghargaan atas kuatnya hati dan raga saya menghadapi segala rintang dalam kehidupan hingga saat ini.
Semoga teman, sahabat, dan saudara semua mendapat sedikit hal yang dapat diambil dari tulisan ini. kedepan, saya akan terus mengunggah puisi-puisi saya yang sudah cukup lama terabaikan di catatan-catatan kecil saya. semoga unggahan saya tidak terlalu menyilaukan mata atau mengganggu pendengaran saudara-saudara semua, haha. Tetaplah bahagia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H