Mohon tunggu...
Khairil Anhar Pulungan
Khairil Anhar Pulungan Mohon Tunggu... Mahasiswa - penerjun baru dalam dunia tulis menulis, mencoba menemukan jati diri dimulai dari kompasiana

-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

"Temaram Sepi Malam" Sebuah Perasaan yang Dipuisikan

4 Mei 2023   10:23 Diperbarui: 4 Mei 2023   10:32 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku kembali pada pengharapan yang semu

Di tanah asing aku berdiam

Pada tanah yang jauh aku merindu

Ibu terkasih kurenungkan pilu terpendam

Pada bayangmu ibu aku mengaku

Kutangisi sentuhmu yang dulu kugenggam


Tanah asing ini melambaiku siang dan malam

Mencumbu ragaku menista batinku

Meresapkan sepi ke sukmaku terdalam

sekali lagi aku menangis tersedu-sedu

dua kali kemudian ia tertawa mencekam

Atas Nama Tuhan, sang muazzin menyeru


Dalam kasih Tuhan kuserahkan kesedihanku

Akankah didengar doaku, dalam dosa aku tenggelam

Ibu, mohonkan ampun dan maaf untukku

semoga besok kembali jiwaku tentram

Apabila jauh cinta-Nya dari hadirku

pada harapan semu kembali aku muram

Puisi diatas berjudul 'Temaram Sepi Malam', ditulis oleh Khairil Anhar Pulungan, bukan Chairil Anwar ya! hehe. Puisi ini mengangkat tema tentang kerinduan, kesepian, penyesalan, dan harapan. Saya menulis puisi ini sambil memikirkan kesedihan yang saya rasakan dan kerinduan saya pada kampung halaman. Dengan secangkir kopi, di atap sebuah kos-kosan tua, di Kota Jakarta. 

Bicara soal puisi, apa yang saya tulis diatas bukanlah puisi pertama  yang saya tulis, meski merupakan yang pertama kali saya unggah ke publik. Saya selalu suka menulis puisi, terutama saat sedih dan tertekan. saya menemukan ketentraman dan terapi hati dari puisi-puisi yang saya tulis. Ajaibnya, ide-ide bagus untuk puisi akan datang ketika kondisi hati saya sedang buruk. Semakin buruk, ide puisi yang datang bisa jadi semakin bagus, haha. 

Awalnya saya tidak pernah percaya diri untuk mempublikasikan puisi-puisi saya karena merasa ini hanya karya murahan dan tidak akan ada yang tertarik membacanya. Saya merasa tertekan ketika memikirkan hinaan orang lain ketika membaca puisi jelek saya. Tapi, kali ini saya memberanikan diri untuk berbagi karya seadanya ini. bukan hanya untuk orang lain, tapi juga untuk diri saya sendiri. benar! saya mengunggah puisi ini untuk diri saya sendiri, sebagai penghargaan atas kuatnya hati dan raga saya menghadapi segala rintang dalam kehidupan hingga saat ini.

Semoga teman, sahabat, dan saudara semua mendapat sedikit hal yang dapat diambil dari tulisan ini. kedepan, saya akan terus mengunggah puisi-puisi saya yang sudah cukup lama terabaikan di catatan-catatan kecil saya. semoga unggahan saya tidak terlalu menyilaukan mata atau mengganggu pendengaran saudara-saudara semua, haha. Tetaplah bahagia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun