Meugang merupakan sebuah tradisi yang telah terpatri dalam masyarakat Aceh yaitu menikmati daging bersama keluarga, atau kerabat lainnya.Â
Tradisi yang telah turun temurun dan masih terjaga di Aceh di yakini telah berumur ratusan tahun. Tradisi ini terjadi dua kali dalam setahun yaitu menjelang bulan ramadhan dan hari raya idul fitri.Â
Seakan sudah menjadi "kewajiban" bagi masyarakat Aceh untuk membeli daging di kedua momen tersebut untuk di sajikan dalam hampir semua keluarga di Aceh.Â
Tanpa menghiraukan harga daging itu sendiri yang setiap tahunnya terus menanjak naik, masyarakat tetap saja berbondong-bondong mengusahakan tercapainya usaha untuk membeli daging walau hanya 1 kilogram. Yang intinya, tradisi menikmati daging di hari meugang harus terpenuhi.
Entah siapa yang awal mula mencetuskan tradisi meugang di dalam masyarakat Aceh, karena sejauh saya berunjung di sejumlah tempat Indonesia, saya belum menemukan tradisi ini.Â
Nuansa meugang begitu terkesan dan magic di seantero Aceh. Tanpa ada yang mengatur, tercetus dengan sendirinya di setiap pelosok-pelosok pasar atau pusat komunitas di Aceh, hadirnya masyarakat yang menjajakan daging-daging lembu atau kerbau segar di hari meugang.Â
"Tanpa menghiraukan harga daging itu sendiri yang setiap tahunnya terus menanjak naik, masyarakat tetap saja berbondong-bondong mengusahakan tercapainya usaha untuk membeli daging walau hanya 1 kilogram. Yang intinya, tradisi menikmati daging di hari meugang harus terpenuhi."
Di sisi lain, tradisi meugang mengelaminir sekelompok masyarakat yang kurang mampu untuk mengusahakan tersedianya daging meugang hadir di rumah-rumah mereka. Bagi mereka yang kurang mampu, maka setiap tahunnya harga daging meugang menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk mereka gapai.Â
Jadinya, kemeriahan meugang tidak bisa terpatri dalam setiap sudut dapur masyarakat yang ada di aceh. Mereka-mereka yang urang mampu, seperti halnya anak yatim, akan merasakan pahitnya tradisi meugang bagi mereka. Memang, ada kebijakan-kebijakan atau bantuan-bantuan bagi masyarakat kurang mampu, namun hal ini belum menutupi kekosongan pemenuhan daging meugang bagi masyarakat kurang mampu.Â
Satu hal bagus bahwa tradisi meugang menggerakkan ekonomi yang sangat luar biasa terutama mereka-mereka yang menggantungkan hidupnya dari pengembangbiakan sapi atau kerbau, namun disisi lain meugang bisa memicu pengeluaran yang besar bagi mereka-mereka yang memiliki keluarga yang besar dalam penyediaan daging setiap tahunnya.Â