Mohon tunggu...
Khairat
Khairat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menjadi Lebih Baik

Mahasiswi STIBA Ar Raayah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena dalam Berdakwah kepada Orangtua dan Cara Menyikapinya

15 Maret 2021   19:31 Diperbarui: 15 Maret 2021   19:32 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah', janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."  [Qur'an Surah al -Isra' ayat 23]

Maka harus selalu diingat bahwa Allah memerintahkan agar dakwah dilakukan dengan penuh hikmah, apalagi dakwah kepada orang tua yang harus kita muliakan.

Berdakwah kepada orang tua harus dilakukan dengan cara yang tepat. Jika orang tua masih awam dalam ilmu agama, maka berdakwah dengan menyampaikan dalil-dalil naqli bukanlah solusi, sampaikan dakwah dengan metode dakwah bil-hikmah(pengajaran yang baik), atau dengan menjadi uswatun hasanah(suri tauladan yang baik). Akhlak yang baik akan membuat orang tua tersentuh dan lebih mudah menerima kebenaran yang disampaikan.

Tak perlu tergesa-gesa dalam berdakwah, untuk sebuah perubahan tentu saja dibutuhkan proses, berikanlah pemahaman kepada orang tua secara perlahan. Bersabarlah, lama-kelamaan akan terlihat pengaruhnya. Biasanya, orang yang baru mendapat ilmu akan sangat bersemangat berdakwah, hingga merusak dakwah itu sendiri dengan pertentangannya dengan orang tua yang belum bisa menerima dakwahnya.

Cara efektif untuk mendakwahi orang tua adalah dengan meraih simpati mereka terlebih dahulu, dengan melakukan kebaikan-kebaikan yang dianjurkan agama dan kebaikan-kebaikan yang disukai orang tua.Dengan sering memberi hadiah kepada mereka, berlemah lembut kepada mereka ketika berbicara, mendampingi mereka dalam berbagai kesempatan, membantu pekerjaannya, melaksanakan perintahnya selama itu baik meski sedang malas, serta mengerahkan segala daya, upaya maupun harta untuk membahagiakan mereka.

Boleh saja mengoreksi orang tua jika didalamnya terdapat kebaikan dan kebenaran. Namun, hendaknya koreksi tersebut dilakukan dengan cara yang baik yang diiringi dengan rasa penghormatan, penuh sopan santun, dan etika yang baik, bukan dengan menceramahi orangtua, karena itu akan membuatnya tersinggung, bahkan marah.

Menjalin komunikasi dengan orang tua juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Sebagai anak tentunya banyak hal atau urusan yang tidak akan pernah bisa lepas dari orang tua, meskipun dia selalu merasa 'bisa sendiri'. Banyak sekali fenomena yang terjadi antara anak dan orang tua karena komunikasi yang tak terjalin dengan baik, baik dalam  masalah agama, masa depan, dan dalam menentukan pilihan. Akibatnya terjadi salah paham. Seringlah ajak orang tua berdiskusi mengenai suatu permasalahan.

Menyampaikan kebenaran terhadap orang tua tidak harus melalui lisan anak,  meminta bantuan orang lain yang ucapannya didengar orang tua adalah salah satu solusi. Ini merupakan salah satu cara dakwah tidak langsung yang bisa dilakukan, karena seorang anak akan selalu terlihat seperti anak kecil dalam pandangan orangtuanya, sekalipun sang anak adalah ulama besar di zamannya.

Ingat, bagaimanapun giatnya berdakwah, kunci hati ada pada pemiliknya, yaitu Allah. Sangat mudah bagi Allah untuk membolak-balikkan hati hambanya, maka berdoalah agar Allah memudahkan penerimaan dakwah untuk orang tua dan bertawakkallah setelah berusaha agar tak kecewa dan rida terhadap ketetapan-Nya.

Adapun hikmah bagi setiap yang didakwahi, yakni para orang tua, hendaknya memahami bahwa mereka membutuhkan penerangan ilmu, sehingga anak-anak yang penuh hikmah itu harus diterima dengan lapang dada dan jiwa yang menerima. Janganlah ketinggian kedudukan dan martabat justru menjadikan diri menjadi silau menerima kebenaran yang merupakan pelita penerang jalan hidup menuju keridaanAllah Subhanahu Wa Ta'ala.

Sesungguhnya yang menjadi tanggung jawab adalah berdakwah, perkara diterima atau tidaknya dakwah, Allah yang lebih berkuasa. Wallahu a'lam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun