Mohon tunggu...
Khairatun Hisan
Khairatun Hisan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pencapaian tahun ini yaitu bisa mandiri

Saya gampang berteman dengan orang baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aplikasi Teori Multiple Intelligences dalam Pendidikan (Howard Gardner)

14 November 2024   15:34 Diperbarui: 14 November 2024   15:39 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dengan berkembangnya konsep multiple intelligences dan dengan diterimanya teori tersebut dalam dunia pendidikan, maka mau tidak mau pendidik perlu membantu tumbuh kembang anak dalam berbagai rencana, pelaksanaan, dan evaluasi program yang memberi wadah bagi perkembangan semua jenis kecerdasan anak.

Gardner telah membedakan antara inteligensi lama yang diukur dengan IQ dan multiple intelligences yang ia temukan. Dalam pengertian lama, inteligensi seseorang dapat diukur dengan tes tertulis (tes IQ), IQ seseorang tetap sejak lahir dan tidak dapat dikembangkan secara signifikan dan hal yang menonjol dalam pengukuran IQ adalah kemampuan matematis-logis dan linguistik. Sedangkan menurut Gardner, inteligensi seseorang bukan hanya dapat diukur dengan tes tertulis, melainkan lebih cocok dengan bagaimana cara orang itu memecahkan persoalan dalam hidup nyata; inteligensi seseorang dapat dikembangkan melalui pendidikan; dan terdapat banyak jumlah inteligensi (Suparno, 2013:19). Hal ini, tentunya memberikan implikasi positif terhadap pembelajaran di sekolah.

Apa yang diubah dalam proses mengajar pendidik dan proses belajar peserta didik akan dijelaskan dalam pembahasan berikut.

1. Bagi Pendidik
Pandangan-pandangan Gardner telah menginspirasi para pendidik untuk mengajar dengan cara yang sesuai dengan inteligensi dan karakteristik peserta didik. Apabila seorang pendidik masa kini menggunakan teori Gardner, selain dia akan didorong untuk mengajar secara kreatif (menggunakan minimal sembilan cara), ia pun akan memandang peserta didiknya secara positif dan sebuah pembelajaran dapat dibangun secara menyenangkan dan demokratis. Secara umum, implikasi konsep ini bagi teknik mengajar pendidik adalah.

a. Pendidik perlu mengerti jenis inteligensi masing-masing peserta didik.
b. Pendidik perlu mengembangkan model mengajar dengan berbagai inteligensi, bukan
hanya dengan inteligensi yang menonjol pada dirinya.
c. Pendidik perlu mengajar sesuai dengan inteligensi peserta didik, bukan dengan
inteligensi dirinya sendiri yang tidak cocok dengan inteligensi peserta didik.
d. Dalam mengevaluasi kemajuan peserta didik, pendidik perlu menggunakan berbagai
model yang cocok dengan multiple intelligences ini.
2. Bagi Peserta Didik
Pembelajaran menggunakan multiple intelligences memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan inteligensi selain inteligensi bahasa dan logis-matematis. Konsep ini juga memberi peluang pada peserta didik untuk menggunakan inteligensi terkuatnya dalam mempelajari materi pelajaran.

Maka, untuk dapat membantu peserta didik dalam belajar, peserta didik perlu dibantu untuk mengerti inteligensi mereka masing-masing. Selanjutnya, mereka dibantu untuk belajar dengan inteligensi yang menonjol pada diri mereka. Dengan demikian, mereka dapat melihat kekuatan dan cara belajar mana yang cocok dan mana yang kurang. Sisi yang minim inilah, yang nantinya perlu dibantu oleh pendidik. Multiple intelligences telah memberikan konsep mengenai kekayaan, keragaman cara belajar dan membantu dalam mengenali kekuatan individu peserta didik. (Wardan, 2022). 

Adapun cara atau gaya belajar berbasis multiple intelligences adalah sebagai berikut:
a. Belajar dengan Cara Linguistik
Cara belajar terbaik dalam bidang ini adalah dengan mendengar, berbicara, membaca
dan menulis. Cara terbaik memotivasi peserta didik adalah sering berdialog, menyediakan banyak buku, rekaman dan menciptakan peluang untuk menulis.
b. Belajar dengan Cara Logis-Matematis
Peserta didik yang mempunyai kelebihan dalam bidang ini belajar secara ilmiah,
berpikir logis, dengan proses berpikir secara matematis dan bekerja dengan angka.

Sebaiknya, pendidik memberikan materi konkret yang bisa dijadikan bahan percobaan, waktu yang berlimpah untuk mempelajari gagasan baru, kesabaran dalam menjawab pertanyaan dan penjelasan logis untuk jawaban yang pendidik berikan.
c. Belajar dengan Cara Visual-Spasial
Peserta didik yang unggul dalam bidang ini paling efektif belajar secara visual. Mereka perlu diajari melalui gambar, metafora, visual dan warna. Cara terbaik untuk memotivasi mereka adalah melalui media seperti film, slide, video, diagram, peta dan grafik.
d. Belajar dengan Cara Musikal
Peserta didik dengan inteligensi musikal belajar melalui irama dan melodi. Mereka bisa mempelajari apapun dengan lebih mudah jika dinyanyikan, diberi ketukan atau disiulkan.
e. Belajar dengan Cara Kinestetik
Peserta didik yang berbakat dalam jenis inteligensi ini belajar dengan menyentuh, memanipulasi dan bergerak. Mereka memerlukan kegiatan yang bersifat gerak, dinamik dan viseral. Cara terbaik memotivasi mereka adalah dengan melaui seni peran, improvisasi dramatis, gerakan kreatif dan semua jenis kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik.
f. Belajar dengan Cara Interpersonal
Cara belajar terbaik peserta didik yang berbakat dalam kategori ini adalah dengan
berhubungan dan saling bekerjasama. Mereka perlu belajar melalui interaksi dengan orang lain melalui pembelajaran kolaboratif, tugas sosial atau jasa, menghargai perbedaan, membangan perspektif beragam.
g. Belajar dengan Cara Intrapersonal
Peserta didik dengan kecenderungan ke arah ini paling efektif belajar ketika diberi kesempatan untuk menetapkan target, memilih kegiatan mereka sendiri, dan menentukan kemajuan mereka melalui proyek apapun yang mereka minati. Pendidik dapat memotivasi mereka dengan membangun suatu lingkungan untuk mengembangkan pengetahuan diri, mengetahui diri sendiri melalui orang lain (Muhajarah, 2022).
h. Belajar dengan Cara Naturalis
Peserta didik yang condong sebagai naturalis akan menjadi bersemangat ketika terlibat
dalam pengalaman di alam terbuka, juga senang bila ada acara di luar sekolah. i. Belajar dengan Cara Eksistensial
Peserta didik yang berbakat dalam jenis inteligensi ini belajar dengan menaruh perhatian pada masalah hidup yang paling utama. Dalam mengembangkan kecerdasan ini biasanya kegiatan yang dilakukan pendidik, bercerita tentang hidup, menyakini adanya tuhan dan sebagainya. Dalam kegiatan ini biasanya pendidik mengamati kebiasaan dankecenderungan minat anak melalui kegiatan yang dilakukannya (Ardiana, 2022:9).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun