Mohon tunggu...
Khairana AlifianRazaqa
Khairana AlifianRazaqa Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa Magister Sains Psikologi

Saya merupakan seorang mahasiswa S2 dibidang Psikologi sosial Unika Soegijapranata Semarang. Saya suka berbagi pengetahuan dengan teman-teman semua terkait isu perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makanan sebagai Media Penyambung Masyarakat Multikultural

19 Desember 2023   14:00 Diperbarui: 19 Desember 2023   14:02 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan memiliki berbagai etnis serta tradisi unik. Masing-masing budaya di Indonesia memiliki makanan khasnya masing-masing. Oleh karena itu makanan memiliki peran penting sebagai media penyambung masyarakat yang multikultural. Dalam konteks ini, makanan tidak hanya memenuhi kebutuhan biologis, tetapi juga menjadi simbol identitas budaya dan alat komunikasi antar lintas budaya. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas bagaimana makanan mencerminkan keragaman budaya, menghubungkan orang dari latar belakang yang berbeda, dan mempromosikan saling pengertian di antara mereka. Selain itu, artikel ini juga menyoroti bagaimana makanan khas daerah menjadi identitas budaya yang mempersatukan masyarakat multikultural.

Penelitian dari Amanda Wise pada 2011 menunjukkan bahwa makanan memiliki kekuatan untuk menghubungkan orang dari budaya yang berbeda. Penelitian ini menemukan bahwa memasak dan berbagi makanan tradisional dapat membuka pintu dialog antar budaya, memperluas rasa empati lintas budaya, serta menciptakan pemahaman antarbudaya yang lebih dalam. Dengan memanfaatkan makanan sebagai alat atau media penyambung, kita dapat lebih memperkaya pengalaman multikulturalisme kita.

Kita akan mengambil contoh Yogyakarta yang memiliki makanan khas daerahnya yaitu gudeg. Gudeg adalah hidangan khas yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Makanan ini merupakan rebusan nangka manis yang menjadi ikon kuliner Yogyakarta dan Jawa Tengah. Gudeg dikenal sebagai masakan tradisional Jawa yang memiliki cita rasa istimewa dan menjadi bagian melegenda dari budaya kuliner Indonesia. Sebagai makanan yang khas, gudeg sering di identifikasi dengan Yogyakarta, sehingga kota ini juga dikenal sebagai kota Gudeg. Melalui gudeg masyarakat Indonesia lainnya dapat merasakan ciri khas dari masakan Jawa yang rasanya cenderung manis dan gurih. Gudeg sekaligus menjadi identitas budaya masyarakat Jawa dengan mengenalkan masakan tradisionalnya ke budaya lain hingga ke kancah Internasional.

Contoh lain adalah masakan khas Sumatra Barat yaitu Rendang. Rendang adalah masakan daging yang dimasak dalam waktu yang lama dengan bumbu rempah-rempah, santan kelapa, dan bumbu lainnya. Rendang memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang kaya karena proses memasak yang lambat sehingga bumbu meresap ke dalam daging. Ciri khas rendang adalah kekeringan daging dan cita rasa rempah yang kuat. Rendang menjadi masakan khas dari etnis Miangkabau. Orang-orang dari budaya lain dapat ikut menyaksikan budaya Minangkabau melalui  makanan rendang.

Makanan-makanan khas daerah ini yang menjadi media atau alat komunikasi antar budaya. Kita menjadi kenal bahwa masyarakat Jawa cenderung menyukai masakan yang manis dan gurih sebagaimana tercermin pada masakan gudeg. Selanjutnya, masyarakat dapat mengetahui selera masyarakat Minangkabau yang suka rasa yang kuat dibuktikan dengan rendang daging yang dimasak bersama rempah-rempah dan dengan waktu yang lama agar bumbunya meresap.

Dalam perkembangannya orang-orang dengan budaya berbeda mulai mengadopsi resep serta memodifikasi rasa dan bumbu makanan dari budaya yang berbeda. Rendang merupakan sebuah masakan olahan daging dengan bumbu rempah2 yang kuat dengan rasa asin pedas serta gurih yang khas. Namun, bagi masyarakat jawa menyukai sebuah masakan yang cenderung ke arah manis. Oleh karena itu, banyak adopsi makanan rendang dengan menambahkan gula supaya masakannya cenderung menjadi lebih manis daripada daerah aslinya.

Akhir kata, makanan tidak hanya berfungsi atau bersifat sebagai sarana memuaskan kebutuhan gizi, tetapi juga berfungsi sebagai sarana penting dalam membangun jembatan antarbudaya dan memperkaya kehidupan masyarakat multikultural. Kita dapat mengenal lebih dekat suatu budaya melalui makanan khasnya. Oleh karena itu, hadirkanlah toleransi antar budaya dan ciptakan masyarakat multikultural yang sejahtera.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun