Bahkan kata Wawo menurut Arsyad Adam merupakan singkatan dari wajah alami, wibawa orangnya. Kurang lebih maknanya adalah wajahnya biasa saja, tidak cantik dan tidak ganteng, tetapi orangnya berwibawa dan budi pekerti perangainya baik.
Wawo memang penuh dengan keunikan. Kecamatan ini memang kerap mendapat kunjungan wisatawan. Kendati dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata, tetapi faktor pendukung masih jauh dari memada.i. Belum ada penginapan yang tersedia. Demikian pula dengan kegiatan ekonomi kreatif masyarakatnya. Belum ada aktivitas untuk menyediakan souvenir misalnya yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh bagi wisatawan sebagai tanda bahwa mereka pernah mengunjungi Wawo. Menurut saya, pemerintah harus menggairahkan sektor ini dengan menyiapkan masyarakat menyongsong hadirnya wisatawan. Jika secara mendatl sudah siapmenerima, mestinya perlu ada sarana pendukung lainnya. Perlu ada pasar atau toko seni yang menyediakan souvenir. Saya belum memperoleh data pasti berapa kunjungan wisatawan, tetapi publikasi luas media nasional yang sudah terjadi selama ini, harus bisa dikelola dengan baik. Perlu diikuti pelatihan-pelatihan bagi masyarakat Wawo untuk bisa menjadi tuan rumah yang produktif secara ekonomi. Apalagi sampai sekarang masyarakat masih banyak yang menggantungkan hidupnya dari bertani dan berkebun yang sifatnya musiman.
Kondisi Wawo yang sangat kondusif yang didukung oleh kekayaan budayanya yang luhur, bisa menjadi magnet yang sangat kuat untuk menarik hadirnya wisatawan. Tinggal sekarang bagaimana rekayasa dan campur tangan pemerintah untuk menggairahkannya. Promosi perlu terus dilakukan. Demikian pula dengan tersedianya sarana pendukung. Untuk transportasi memang sudah tidak ada kendala karena Wawo dilewati oleh jalan negara. Tetapi fasilitas pendukung lain seperti akses jalan ke Uma Lengge, atraksi buadaya Ntumbu yang perlu diagendakan secara berkala setiap minggu misalnya, sudah harus mulai diperhatikan. Tamu-tamu pemerintah Kabupaten Bima pun, mestinya sudah harus ‘diajak’ ke Wawo. Atau bila perlu kegiatan yang meilibatkan masyarakat di luar Bima, bisa mulai diagendakan dilakukan di Wawo, seperti Festival Uma Lengge yang akan diselenggarakan Mei 2016.
Dalam kondisi belum adanya sarana penginapan seperti sekarang, sekadar kunjungan saja sudah bisa dimulai dilakukan. Ini memang diperlukan agresifitas dari instransi teknis. Perlu ada inisiatif memasukan agenda kunjungan ke Wawo setiap ada event-event di Kabupaten Bima untuk mengenalkan Wawo lebih luas lagi kepada masyarakat. Semoga di masa depan Wawo semakin makmur, semakin hebat dan tetap menjaga nilai-nilai luhur yang sudah diwariskan oleh nenek moyang mereka. Saya berharap semua kita masyarakat Bima bisa bercermin ke Wawo. Wawo yang aman, Wawo sejuk ,Wawo yang damai, dan Wawo yang terus menjaga budaya luhur nenek moyangnya. Jadi, kapan Anda ke Wawo? (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H