Merkuri adalah zat beracun berupa logam berat yang dapat ditemukan secara alami, meskipun demikian penggunaan merkuri di berbagai industri dikhawatirkan dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Dalam laporan WHO baru-baru ini, paparan merkuri dapat meningkatkan kerusakan pada sistem saraf, pencernaan, dan imun, serta paru-paru, ginjal, kulit, dan mata. Hal ini terutama beracun bagi plasenta dan janin serta anak kecil, karena dapat mempengaruhi proses pembentukan otak dan sistem saraf.
 Salah satu jenis paparan merkuri yang paling penting adalah dari konsumsi ikan dan kerang yang tercemar. WHO menyatakan bahwa merkuri tersebut dapat terakumulasi dalam rantai makanan, terutama pada bahkan ikan besar lamban yang menjadi predator rantai makanan seperti hiu dan ikan pedang. Sehubungan dengan ini, seseorang harus menghindari beberapa jenis ikan tertentu dan mengonsumsi sumber makanan ikan yang lebih sehat.
 Merkuri yang digunakan dalam penambangan emas skala kecil juga menjadi sumber paparan besar lainnya. Proses ini memungut merkuri dan melepaskannya kembali ke alam untuk mencemar udara dan tanah dan sangat berpotensi terhadap kesehatan pekerja tambang dan masyarakat sekitar. Kementerian Pemerintah Queensland telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi penggunaan merkuri dalam industri ini termasuk melalui ratifikasi Konvensi Minamata tentang Merkuri.
 Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat WHO menyarankan pengurangan penggunaan merkuri baik pada produk maupun proses industri serta meningkatkan kesadaran terhadap merkuri. Orang diwajibkan mengambil peran dan tidak membeli produk yang mengandung merkuri seperti beberapa kosmetik dan termometer yang dulu serta menggunakan penambangan berkualitas lingkungan. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan dampak negatif merkuri terhadap kesehatan manusia dapat berkurang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H