Mohon tunggu...
Inovasi

Mengukur Dampak "Revolusi Industri 4.0" di Industri Makanan dan Minuman

3 Februari 2019   16:43 Diperbarui: 3 Februari 2019   16:56 4385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang menjadi percontohan penerapan revolusi industri 4.0.

Namun berdasarkan data yang rilis oleh Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) pada April 2018, dari 6.875 industri makanan dan minuman skala menengah besar, saat ini baru 20% yang sudah menuju industri 4.0, meski belum di seluruh rantai nilai produksi.

Lalu pertanyaannya seberapa perlu industri ini beralih ke smart manufacturing? Dan mengapa?
Bila kita melihat dari karakteristik industrinya, produsen makanan dan minuman menghadapi banyak tantangan yang sama seperti perusahaan di industri lainnya-- margin tipis, peralatan yang menua dan anggaran pengadaan teknologi yang minim.

Namun, sebenarnya sektor ini memiliki keunikan dan tantangan tersendiri karena berhubungan langsung dengan konsumen akhir (end customer).

Kepuasan konsumen terhadap produk dan merek yang mereka pilih dan dinamika tren konsumen yang sangat cepat menjadi tantangan terbesar produsen makanan dan minuman.

Pertama, konsumen saat ini menuntut lebih banyak variasi produk daripada sebelumnya - menurut Fortune, meningkatnya permintaan akan variasi produk adalah salah satu penyebab utama banyaknya pergantian manajemen di perusahaan makanan dan minuman global beberapa tahun terakhir ini Bayangkan saja dalam satu merek produk biskuit misalkan, perusahaan harus memproduksi hingga belasan varian biskuit mulai dari pilihan rasa, penambahan kandungan yang berbeda (seperti tambahan kalsium, vitamin, dsb), produk khusus untuk pengidap penyakit tertentu (seperti diabetes atau darah tinggi) dan masih banyak lagi.

Semakin banyak varian yang diproduksi, semakin tinggi biaya produksi. Permintaan varian produk yang meningkat berarti perusahaan harus lebih berinovasi dan sekaligus bekerja dengan lebih cerdas untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional agar tetap kompetitif.

Kedua, konsumen yang semakin terhubung secara digital mengharapkan produsen lebih transparan dalam menyampaikan informasi dan akan bereaksi dengan sangat cepat terhadap masalah terkait keamanan dan kesehatan dari produk yang dikonsumsinya.

Produsen makanan dan minuman semakin dituntut untuk lebih detil dan akurat dalam mencatumkan informasi di dalam label produknya. Sedikit saja kesalahan yang menyebabkan produk harus ditarik ulang (recall) akan berujung pada potensi hilangnya kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut.

Untuk itu sangat penting bagi produsen makanan dan minuman untuk memiliki sistem pelacakan yang terintegrasi dari hulu ke hilir serta sistem jaminan mutu produk, yang tidak hanya bertujuan untuk mengatur efesiensi dan efektivitas produksi, namun juga untuk memberikan informasi yang akurat dan merespon dengan cepat dan efisien.

Transformasi digital memungkinkan perusahaan makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhan konsumen, menjaga kualitas dan mengurangi risiko kesalahan, serta memenangkan hati konsumen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun