"Cari apa dir?"
"Lauk." sahutku masih asyik mencari di kumpulan keresek di dapur.
"Oh, mungkin terikut dengan sampah yang kubawa tadi" seru memet.
Naluri anak kos bergejolak. Dengan sigap kucari keresek berisi potongan lauk di antara sampah dan., kutemukan.
Apakah dimakan?
Jelas, kami adalah pejuang yang ketika mendapatkan, tidak akan menyia-nyiakan.
Jorok, tidak higienis? Bisa jadi. Jika tidak diare berarti "sehat" itulah definisi kami.
Balik lagi saat aku dan memet menunggu datangnya berbuka. Banyak hal yang kami ceritakan. Selain silaturahmi, kedatangan memet seakan "membayar hutang masa lalu" karena telah memindahkan bungkusan setengah lauk yang kusimpan.
Kami sepakat, perjuangan membawa hasil. Dulu menyisakan setengah lauk untuk jadwal makan selanjutnya. Namun, kini sudah "boleh" menghabiskan satu lauk untuk sekali makan ditambah bonus es teh.
Begitula kira-kira makna "sukses" bagi kami.
Bisa jadi setengah lauk yang disisakan kemarin merupakan bekal di masa depan.
Mungkin bukan pejuang yang tangguh, tapi percayalah kami adalah penahan lapar yang baik.
Meski setengah lauk, Â usaha dan syukur jangan setengah-setengah.
Abah Nuna
Pulau Burung, Â Syawal 1442 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H