Sejumlah aspek penting yang harus digarisbawahi, seperti dapat membangkitkan partisipasi masyarakat, menemukan siapa yang bisa menjadi perintis, pelopor, pioneer perubahan di desa itu, membaca potensi yang akan dikembangkan, atau peluang baru tentang tema yang dapat dijadikan unggulan.
Dengan melibatkan center of excellence (kalangan perguruan tinggi) diharapkan akan diperoleh data yang kuat dan valid tentang potensi desa yang relevan untuk dikembangkan. Dia berperan sebagai feasibility study, baik dilakukan secara formal maupun non formal untuk menghindari spekulasi.
Kedua, jika desa tematik telah menemukan tema yang akan dikembangkan, sejauhmana peluang terjadinya transformasi ekonomi di desa itu.
Transformasi ekonomi ini yang akan membangkitkan desa dari desa biasa yang kurang produktif menjadi desa yang memiliki keunggulan ekonomi.
Desa seperti ini bahkan dapat melakukan pertukaran potensi antardesa yang berbeda tematiknya. Sehingga tidak hanya berpotensi menyuplai kebutuhan MBG di desa sendiri tetapi juga desa lain, bahkan masuk wilayah perkotaan.
Pilihan yang cukup baik dijadikan opsi adalah membentuk koperasi yang sekaligus menjadi badan usaha milik desa atau BUMdes yang bekerja sama dengan koperasi.
Saat anggaran untuk MBG masuk ke desa maka pengolahan yang profesional dan jujur dapat dilakukan oleh koperasi atau BUMdes. Tentu saja untuk mendapatkan hasil yang maksimal bekerja sama dengan pos monitoring yang dibentuk Kejaksaan Negeri, agar anggaran yang dikucurkan dapat sesuai dengan aturan yang berlaku.
Kita mengakui bahwa persoalan akses keuangan merupakan bagian yang sering menjadi kendala. Bahkan disaat awal program ini akan dimulai, persoalan anggaran itu akan melibatkan pihak ketiga yang membuka akses permodalan. Dari sini persoalan bisa muncul karena terkait dengan bunga.
Dalam beberapa pengalaman, bunga yang berlapis justru membuat uang yang seharusnya diterima oleh BUMN Desa ataupun UMKM dengan jumlah yang memadai justru akan berkurang karena persoalan tingginya bunga tersebut.
Ini memang belum terjadi di program BMG tapi patut menjadi perhatian untuk menghindari lapisan bunga akibat banyaknya lembaga keuangan yang dilibatkan.
Ketiga, badan usaha seperti koperasi atau BUMdes dapat melakukan upaya untuk meningkatkan nilai tambah melalui inovasi dan pengunaan bibit unggul dalam produk produk hulu pertanian.
Hasil dari sayuran atau tanaman buah-buahan yang digunakan untuk pasokan MBG juga berkualitas, baik dari sisi kualitas (lebih sehat) maupun kecepatan panen. Sehat dalam arti produk hulu pertanian itu menggunakan pupuk organik yang terjamin bebas dari bahan kimia. Juga dilakukan perawatan secara baik agar dapat panen cepat.
Hal ini dapat terwujud dengan melibatkan pihak-pihak yang dapat mendampingi secara langsung masyarakat yang melakukan penanaman buah atau sayuran di pedesaan.
Apakah SDM dari Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) dari Kemendes dapat melakukan hal ini? Diharapkan peran mereka (maaf) bukan sebagai konsultan anggaran melainkan benar benar terkait dengan hal teknis untuk mewujudkan pasokan produk koperasi atau BUMdes yang berkualitas. Berkualitas dari sisi produk dan berkualitas dari sisi ketepatan tindakan sesuai yang direncanakan
Pertanyaan yang cukup menarik adalah sejauhmana BUMDes dapat melakukan hilirisasi dalam kegiatan pasokan MBG?
Sejujurnya, hakikat dari hilirisasi adalah upaya untuk memberikan nilai tambah terhadap suatu produk. Apabila di level hulu telah berhasil memberikan dampak terhadap nilai tambah itu, maka ini akan berpengaruh terhadap hasil produk di tingkat hilirnya.