Mohon tunggu...
Khaidir Asmuni
Khaidir Asmuni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Alumnus filsafat UGM

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membongkar "Supremasi" 3 Besar Survey Capres 2024

22 November 2021   07:04 Diperbarui: 22 November 2021   07:19 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Survey capres yang sering menempatkan tiga tokoh dalam urutan 3 besar: Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, ataupun ketiganya bertukar posisi level telah melegitimasi sebuah hipotesis cukup liar. 

Bahwa hasil survey itu dipengaruhi oleh segmentasi dari Pilpres 2019. Kalau boleh dipecah, segmentasi yang dimiliki Ganjar adalah wong cilik (dalam hal ini mewakili segmentasi yang dulu dimiliki Presiden Jokowi). Kemudian Prabowo, dari segmentasi pendukung lamanya karena pernah dua kali mengikuti Pilpres. 

Sementara Anies Baswedan dikaitkan dengan segmentasi kalangan di luarnya, yang menjadi segmen baru pasca masuknya Prabowo ke kabinet. Berkaca pada Pilpres 2019, yang hanya mengenal segmentasi pendukung Jokowi dan pendukung Prabowo, maka munculnya Anies Baswedan diasumsikan sebagai risiko politik setelah masuknya Prabowo di kabinet. 

Kecuali Prabowo, nama lain diluar nya yaitu Ganjar dan Anies bukanlah dari partai politik. Sementara tokoh-tokoh partai lain justru di posisi yang masih di bawah dari 3 tokoh tersebut. Kalangan dari partai sebut saja Airlangga Hartarto, Puan Maharani, Muhaimin Iskandar, dan AHY. 

Tokoh-tokoh partai ini terkesan sulit menembus dominasi 3 besar. Pasalnya, asumsinya karena survei yang dilakukan masih terpengaruh segmentasi dari peta Pilpres 2019. Penyebab lainnya adalah tokoh-tokoh partai tersebut merupakan bagian dari pemerintahan atau koalisi yang tidak melakukan manuver perubahan. 

Dalam Pilpres 2024 ini memang isu perubahan hanya terdengar dari PKS dan Demokrat. Padahal, jika partai-partai besar juga menggaungkan isu perubahan, diperkirakan akan terjadi peningkatan dalam persentase surveynya. Sebab, mereka mendapatkan positioning   di kalangan pendukung di luar Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Munculnya Anies Baswedan diduga karena adanya harapan mengusung isu perubahan ketika tokoh parpol besar yang lain tidak mengusung isu tersebut. Karena merupakan bagian dari koalisi.

Segmentasi Mulai Berubah

Segmentasi yang dipengaruhi peta Pilpres 2019 berpotensi dibongkar dengan memunculkan segmen baru yang lahir dari harapan-harapan yang ditanamkan oleh sejumlah tokoh nasional. 

Segmentasi baru ini terkait berdasar pada 2 populasi masyarakat, pertama yang terdampak pandemi dan menginginkan bangkit dari keterpurukan. Kedua yang setengah terdampak pandemi dan menginginkan bangkit dari keterpurukan. 

Populasi keduanya merupakan mayoritas di masyarakat. Harapan yang diberikan sejumlah tokoh nasional telah memberi keyakinan masyarakat bahwa tokoh tersebut mampu dalam menjadikan negara lebih baik pascapandemi. Sejumlah tokoh nasional yang masuk kategori ini adalah Puan Maharani, Airlangga Hartarto dan Erick Thohir. Ketiganya dinilai memiliki kemampuan menerjemahkan secara realistis harapan masyarakat. 

Kenapa Muhaimin Iskandar tidak masuk dalam penciptaan segmentasi baru? Karena selama ini dia lebih mengandalkan pada kader-kader PKB yang duduk sebagai Menteri di Kabinet Indonesia Maju.

 Sementara dirinya masih terlihat memajang poster dan baliho di berbagai daerah. Muhaimin Iskandar dipandang paling banyak memiliki nama. Sebelumnya dikenal sebagai Cak Imin kemudian berubah menjadi Gus AMI, singkatan dari Abdul Muhaimin Iskandar. Kemudian Gus Muhaimin hingga sebutan sebagai Panglima Santri. 

Segmentasi Muhaimin Iskandar dinilai fix dari kalangan pendukung PKB yang konon memang terawat baik olehnya. Tampaknya PKB memiliki keyakinan bahwa segmentasi yang dimilikinya itu dapat mempertahankan posisinya sebagai suatu kekuatan di Pilpres 2024. 

Hanya apakah segmentasi tersebut akan berubah, bergantung pada kemampuan dari Muhaimin Iskandar membaca peta kognisi masyarakat pasca pandemi Covid 19. Lalu, apakah pendukung AHY termasuk dalam segmentasi di atas? Saat gencarnya pandemi menerpa Indonesia, kritik-kritik AHY terhadap kerja-kerja pemerintah membuatnya tidak termasuk dalam segmentasi baru ini. Kembali ke Puan Maharani, Airlangga Hartarto dan Erick Thohir. 

Harapan-harapan baru yang dilakukan oleh Puan Maharani adalah kekuatan dari PDIP yang merupakan partai mayoritas untuk membuat kemajuan negara yang lebih baik lagi. Puan dinilai mampu menggerakkan mesin partai dan memberi keyakinan kepada wong cilik bahwa dirinya mampu untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa terkait di masa pandemi yang telah berlangsung 2 tahun ini. Dengan demikian, segmentasi yang dibangun Puan Maharani adalah segmentasi wong cilik yang merupakan bagian dari massa terbesar PDIP. 

Segmentasi yang dibangun Puan ini berbeda dengan segmentasi dari Ganjar Pranowo meski keduanya sama sama membidik wong cilik. Perbedaannya adalah Puan Maharani lebih menekankan pada pendekatan pemetaan kognitif masyarakat wong cilik. Berbagai isu penting saat ini terus menerus diperhatikan Puan. Sementara Ganjar, segmentasi yang dibangunnya berdasarkan pengamatan sejumlah kalangan berlatar pada pendekatan kultur dengan masyarakat. 

Tokoh lain adalah Airlangga Hartarto. Selain memiliki kekuatan mesin partai, Airlangga juga memiliki kesempatan untuk melakukan sosialisasi di masyarakat. 

Segmentasi yang dibangun Airlangga adalah masyarakat yang terkait isu perbaikan ekonomi pasca pandemi. Berbagai kalangan menilai Airlangga tidak begitu membidik wong cilik seperti yang dilakukan Dedy Mulyadi, melainkan kalangan diluarnya. Misalnya para pekerja yang terlibat dalam kegiatan aktivitas ekonomi formal maupun nonformal. Diasumsikan bahwa aktivitas dari kegiatan pemerintah terkait perekonomian membuat nama Airlangga makin dikenal oleh masyarakat. 

Meski analisis lain menyebutkan bahwa keberanian Airlangga membawa isu perubahan sebetulnya bisa mendongkrak lagi namanya. Hanya hal itu belum dilakukan karena tampak Airlangga masih menjalankan aktivitasnya sebagai menteri koordinator bidang perekonomian Yang menarik adalah Airlangga mencoba membongkar segmentasi peta dari Pilpres 2019 yaitu dengan mulai melakukan pendekatan dengan kalangan Islam. 

Walaupun hal ini masih terlihat spekulatif namun beberapa liputan media menunjukkan bahwa Airlangga memang Tengah melakukan itu. Partai Golkar dinilai memiliki kepastian untuk maju dalam konstelasi 2024 karena hanya tinggal mencari tambahan suara koalisi. 

Dapatkah Airlangga menciptakan segmentasi baru di luar dari segmentasi Pilpres 2019? Jawabnya dapat. Sebab ada pandangan Airlangga dapat melakukan pendekatan kultur seperti halnya Ganjar Pranowo. Sebagai pemilik suara Pemilu yang besar Partai Golkar berpotensi menjadi sebuah lawan yang tangguh apabila menempatkan diri berhadapan dengan PDIP. 

Tokoh nasional lainnya adalah Erick Thohir. Kendati bukan berasal dari parpol, Erick dinilai sejumlah kalangan berhasil membangun segmen baru di masyarakat yaitu masyarakat yang memiliki harapan agar perekonomian Indonesia semakin baik di masa mendatang. 

Masalah perekonomian ini sangat vital terutama karena Indonesia mengalami fluktuasi yang sangat tajam di era pandemi. Sama halnya dengan segmentasi yang dibangun Puan Maharani dan Airlangga, Erick Thohir juga melihat peta kognisi masyarakat di dalam melakukan pembenahan perekonomian. Erick juga memberikan keyakinan bahwa dirinya mampu. 

Tugas-tugas dari Presiden Jokowi mengenai transformasi BUMN dilaksanakan dengan baik. Hal ini menimbulkan keyakinan pada kemampuan Erick Thohir dalam mengelola perekonomian negara lebih baik lagi di masa depan. 

Puan dan Erick juga dinilai berpotensi melahirkan segmen milenial. Atau paling tidak kalangan muda yang memiliki harapan untuk bangkit di masa pascapandemi. Sedangkan Airlangga membangun segmen kalangan profesional. Seperti diketahui bahwa lapangan pekerjaan dan persoalan sosial yang diakibatkan oleh dampak pandemi menyebabkan kalangan milenial menginginkan lapangan kerja yang luas. 

Puan, Airlangga dan Erick menjadi tumpuan untuk menciptakan banyak lapangan pekerjaan baru. Selain figur ketiganya yang memang muda. Ketiganya juga memiliki pengalaman di dalam meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia (SDM) terutama kalangan generasi muda. Puan Maharani yang pernah menjadi Menko PMK telah terbiasa untuk bermain di skala nasional begitu juga Airlangga dan Erick Thohir. Dapatkah segmentasi baru muncul menghadapi Pilpres 2024? Jawabnya bisa saja hal itu terjadi. 

Alasannya, pertama, masyarakat sekarang terkonsentrasi pada pembenahan perekonomian pasca pandemi. Pikiran masyarakat lebih pada perbaikan perekonomian dan kesejahteraan mereka ke depan daripada faktor lain. 

Apalagi faktor yang terkait dengan oleh segmentasi Pilpres 2019. Petanya sudah sangat berbeda. Kedua, pendekatan kultur dan pendekatan investasi politik yang dilakukan oleh Ganjar dan Pranowo, tidak sepopulis apa yang dilakukan oleh Puan Maharani, Airlangga dan Erick Thohir. Isu populis yang dibangun ketiganya justeru menyangkut kebutuhan riil yang ada di masyarakat. (KHAIDIR ASMUNI/Aktivis Democracy Care Institute)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun