Masih bingung cara minta tagihan setelah makan bareng? di Korea Selatan, generasi MZ (Millennial dan Gen Z) sudah nggak repot lagi berkat  n-bbang (Bahasa Korea: n빵). Sistem ini memanfaatkan fintech untuk membagi tagihan dengan mudah dan transparan. Tapi bagaimana dengan Indonesia? Apakah gen z kita punya cara serupa?
N-bbang (Në¹µ): Sistem Split Bill Generasi MZ di Korea
N-bbang (n빵) adalah istilah untuk membagi tagihan secara rata sesuai jumlah orang. Kata ini terbentuk dari dua elemen yaitu bilangan "n", yang mewakili angka atau jumlah orang dalam kelompok (biasanya terdapat dalam pembelajaran matematika atau kalkulus), kemudian kata "빵" (dibaca "bbang"), yang secara harfiah berarti "roti". Dalam konteks ini, bbang (빵) digunakan untuk menunjukkan "bagian" yang harus dibagi rata, layaknya membagi roti ke dalam potongan yang sama besar.
Sistem ini menonjol karena didukung teknologinya yang sangat memadai di negara Korea Selatan sendiri. Aplikasi fintech seperti KakaoPay, Toss, dan Naver Pay memiliki fitur split bill otomatis. Misalnya, saat kamu makan bersama lima orang, total tagihan akan langsung dibagi rata oleh aplikasi, dan masing-masing orang mendapat notifikasi untuk bayar. Jadi nggak perlu lagi deh susah-susah atau merasa nggak enak buat minta tagihan pembayaran ke teman-teman.
Kenapa N-bbang (në¹µ) Populer di Korea?
Teknologi ini sangat populer di Korea Selatan karena sangat mudah digunakan karena pengguna hanya perlu membagi tagihan melalui aplikasi dan semua selesai dalam hitungan detik. Selain itu, transparansi juga menjadi salah satu daya tarik dari sistem ini, tidak ada lagi kebingungan soal siapa yang membayar lebih dan tidak perlu ada rasa segan dalam menagih pembayaran tersebut. Sistem keamanan yang terpercaya juga menjadi kelebihan dalam sistem ini karena transaksi dilindungi dengan enkripsi canggih dan otentikasi biometrik. Aplikasi seperti KakaoPay dan Toss bahkan menjadikan fitur ini sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari generasi MZ (millennial dan gen z).
Bagaimana dengan Split Bill di Indonesia?
Di Indonesia, fitur split bill juga mulai hadir di beberapa aplikasi fintech. Beberapa contohnya:
1) GoPay: Dengan fitur "Split Bill", pengguna bisa membagi tagihan secara otomatis di grup. Praktis untuk teman-teman yang sering nongkrong atau patungan.
2) Jenius: Jenius menyediakan fitur Split Bill yang langsung terintegrasi dengan rekening pengguna. Pembagian tagihan jadi lebih simpel karena semua sudah terkoneksi.
3) Line Bank: Meski baru, Line Bank memiliki potensi untuk mengembangkan fitur ini lebih luas.
Namun, meski teknologinya sudah ada, fitur ini belum sepenuhnya populer di kalangan Gen Z, terutama di luar Pulau Jawa. Faktor akses internet dan kebiasaan berbagi tagihan secara manual masih menjadi tantangan.
Perbandingan: Në¹µ vs Split Bill di Indonesia
Sistem pembayaran split bill di Korea Selatan melalui aplikasi Në¹µ sangat populer, khususnya di kalangan generasi muda atau generasi MZ (Milenial dan Gen Z). Sebaliknya, di Indonesia, fitur split bill masih terbatas penggunaannya, terutama di wilayah perkotaan besar, dan belum merata ke seluruh daerah.
Dari segi kemudahan, Në¹µ menawarkan integrasi otomatis dengan aplikasi utama seperti KakaoTalk dan KakaoPay. Sementara itu, aplikasi serupa di Indonesia mengharuskan pengguna untuk memulai inisiasi secara manual, yang cenderung kurang praktis.
Keamanan juga menjadi salah satu keunggulan Në¹µ, dengan menggunakan teknologi enkripsi tingkat tinggi dan autentikasi biometrik. Di sisi lain, aplikasi split bill di Indonesia menunjukkan variasi dalam keamanan, bergantung pada aplikasi yang digunakan, sehingga belum konsisten.
Terakhir, aksesibilitas sistem Në¹µ di Korea Selatan sudah merata di seluruh negeri, didukung oleh infrastruktur digital yang memadai. Namun, di Indonesia, akses masih belum merata, terutama karena keterbatasan infrastruktur yang masih menjadi tantangan utama.
Apa yang Bisa Dipelajari Indonesia dari Korea?
Indonesia dapat belajar dari Korea Selatan dalam mengembangkan sistem split bill yang inklusif dan merata. Salah satu langkah penting adalah mengintegrasikan fitur ini ke dalam aplikasi populer seperti GoPay, OVO, atau Dana, sebagaimana Korea melakukannya melalui KakaoTalk dan KakaoPay. Strategi ini memudahkan akses tanpa perlu aplikasi tambahan. Namun, tantangan utama di Indonesia adalah literasi digital dan akses internet yang belum merata. Korea Selatan mengatasi hal ini dengan mengajarkan literasi digital sejak dini di sekolah serta mengadakan kampanye edukasi kreatif, yang bisa diadopsi Indonesia untuk meningkatkan pemahaman generasi muda terhadap teknologi fintech.
Dari sisi infrastruktur, penetrasi internet di Korea hampir 100% dengan jaringan berkecepatan tinggi yang merata hingga ke pedesaan, memungkinkan adopsi teknologi secara luas. Sebagai negara kepulauan, Indonesia menghadapi tantangan geografis yang memengaruhi pemerataan akses internet, terutama di luar Pulau Jawa. Pemerintah dapat mempercepat inisiatif seperti Palapa Ring atau teknologi satelit untuk mengatasi hal ini. Selain itu, keamanan juga menjadi aspek krusial. Platform fintech Indonesia perlu mengadopsi teknologi seperti enkripsi tingkat tinggi dan otentikasi biometrik untuk meningkatkan kepercayaan pengguna terhadap transaksi digital.
Kesimpulan: Split Bill Masa Depan
Baik di Korea maupun Indonesia, sistem split bill memudahkan generasi MZ dalam kehidupan sehari-hari. Namun, di Korea, fitur ini sudah menjadi bagian budaya, sementara di Indonesia masih dalam tahap pengenalan. Dengan edukasi dan pengembangan teknologi yang lebih inklusif, bukan tidak mungkin fitur ini akan menjadi tren besar di Indonesia juga.
Jadi, kapan terakhir kali kamu split bill dengan teman-teman? Yuk, coba pakai teknologi biar makin mudah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H