Meskipun pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan pengalaman belajar, penting untuk menyesuaikan solusi teknologi dengan konteks lokal dan keterbatasan infrastruktur di Indonesia. Memanfaatkan teknologi berbiaya rendah, aplikasi seluler, dan platform digital yang mudah diakses dan ramah pengguna dapat memfasilitasi pembelajaran dan keterlibatan di antara anak-anak dari berbagai latar belakang sosial ekonomi.
Kesimpulannya, pengalaman saya di acara G30 K-Library telah memperkuat keyakinan saya akan kekuatan transformatif perpustakaan sebagai ruang dinamis untuk pembelajaran, eksplorasi, dan keterlibatan komunitas. Dengan mengadaptasi dan menerapkan praktik inovatif yang diamati di perpustakaan anak-anak Korea ke dalam konteks Indonesia, kita dapat menciptakan lingkungan perpustakaan yang inklusif, mudah diakses, dan relevan secara budaya yang memberdayakan anak-anak untuk belajar, tumbuh, dan berkembang. Saat saya memulai perjalanan untuk merevolusi perpustakaan di Indonesia, saya dipenuhi dengan semangat dan tekad untuk memberikan dampak positif pada kehidupan anak-anak dan komunitas di seluruh negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H