Mohon tunggu...
Money

Anjuran dan Larangan Konsumsi dalam Perspektif Islam

17 Februari 2019   17:00 Diperbarui: 17 Februari 2019   16:57 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup merupakan naluri manusia. Sejak kecil, bahkan sejak bru lahir setiap manusia telah menyatakan keinginanannya untuk memenuhi kebutuhannya. Nah, salah satu kebutuhan manusia itu adalah konsumsi. Pada kesempatan kali ini, kami ingin mengkaji bagaimana anjuran dan larangan konsumsi dalam perspektif agama islam.

Kajian islam tentag konsumsi sangatlah penting. Agar manusia bisa lebih berhati hati dalam membelanjakan harta kekayaannya. Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan melimpah. Akan tetapi jika kekayaan tersebut tidak diatur pemanfaatannya dengan baik maka kesejahteraan masyarakat tidak akan bisa diperoleh. Salah satunya terkait dengan masalah konsumsi.

Sebelum membahas bagaimana anjuran dan larangan konsumsi dalam perspektif islam, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud konsumsi itu sendiri.

Apa sih yang dimaksud konsumsi itu?

Konsumsi merupakan pemakaian atau penggunaan nilai suatu barang dan jasa. sehingga konsumsi merupakan tujuan yang paling penting untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang. islam adalah agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan, yang mengatur segala tingkah laku manusia.

Dalam kegiatan konsumsi, islam menganjurkan untuk memanfaatkan atau mengkonsumsi barang -- barang yang baik yang di anggap kebaikan dalam islam, karena kenikmatan yang diciptakan Allah untuk manusia adalah ketaatan kepada-Nya.

Hal ini sudah dijelaskan oleh Allah dalam Firman-Nya pada QS. Al Baqoroh ayat 168.

"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah Syaitan, karena sesungguhnya Syaitan adalah musuh yang nyata bagimu."

Pada dasarnya konsumsi dibangun atas dua hal yaitu, kebutuhan hajat dan kegunaan atau manfaat. secara rasional. Seseorang tidak akan mengkonsumsi suatu barang apabia dia tidak membutuhkannya dan tidak mendapatkan manfaatnya. Dalam syariat islam adab berpakaian, makan, dan minum diperintahkan untuk sederhana dan tidak berlebihan. Karena yang baik itu adalah yang pertengahan.

Dalam sebuah hadits dijelaskan  rasulullah SAW bersabda : "Halal itu jelas, haram juga jelas, di antara keduanya itu subhat, kebanyakan manusia tidak mengetahui, maka barang siapa menjaga diri dari barang subhat, maka ia telah bebas untuk agama dan kehormatannya, barang siapa yang terjerumus dalam subhat maka ia seperti penggembala yang mengembala ternaknya disekitar tanah yang dilarang yang dikhawatirkan terjerumus".

Yang dimaksud makanan yang halal adalah makanan yang diperoleh oleh syariah dari segi hukumnya. yang di perbolehkan oleh syariah misalnya buah, sayur, daging, dll. makanan yang halal pada hakikatnya makanan yang diperoleh dengan cara yang baik dan benar.

Sedangkan makanan yang haram sudah jelas yaitu makanan yang dilarang oleh syariah untuk dimakan. dan Allah menjelaskan sesuatu yang haram dzatnya dan haram cara memperolehnya atau sebabnya. seperti daging babi, darah, bangkai, dll. sedangkan haram oleh sebabnya adalah haram dimakan karena cara memperoleh nya salah dengan mencuri, atau merampok, korupsi, dan lain lain.

Pada dasarnya semua hal yang dilarang oleh syariat islam, itu semua sudah terbukti akan mudharat yang akan dialami oleh manusia itau sendiri, jika manausia itu tetap melanggar peraturan syariat yang telah ada. Karena sesungguhnya semua itu sudah terbukti dalam segi medisnya seperti halnya masalah konsumsi yang dilarang ataupun yang dilarang oleh syariat islam itu sendiri.

Seperti halnya, sebagian besar ulama' mengharamkan rokok. Disebabkan karena banyaknya mudharat yang timbul akibat mrokok dari pada manfaat yang timbul dalam merokok. Dan minuman keras yang yang juga dilarang disebabkan dapat merusak otak dan jaringan jaringan fital manusia. Serta judi yang juga dilarang dalam islam karena dapat menyebabkan pendzaliman / merugikan salah satu pihak. Atau larangan larangan yang lain dalam islam.

Dalam islam, tujuan konsumsi bukanlah konsep utilitas melainkan kemaslahatan ( maslahah). pencapaian maslahah tersebut merupakan tujuan dari maqashid syari'ah itu sendiri. konsep utiitas sangat subjektif karena bertolak belakang pada pemenuhan kepuasan atau wants, dan konsep malahat relative lebih objektif karena bertolak pada pemenuhan kebutuhan. Maslahat di penuhi berdasarkan pertimbangan rasional normative dan positif, maka ada kriteria obyektif tentang suatu barang ekonomi yang memiliki nilai maslahat atau tidak.

Jadi pada intinya semua yang telah disyariatkan dalam islam, itu semua sudah jelas dalam hal baik dan buruknya. Sebagaimana syariat islam telah menjelaskan batasan-batasan konsumsi dan juga anjurannya.

DAFTAR PUSTAKA

  • Mahmudah, Ayat -- Ayat Ekonomi, Jember: STAIN Jember press, 2013.
  • Idri, Hadis rEkonomi, Jakarta: Prenadamedia Group, edisi pertama,2016.
  • Mufid,Mohammad, Ushul Fiqh Ekonomi, Jakarta: Prenamedia Group, Cetakan Pertama, 2016.
  • Sahroni,oni,Maqashid Bianis Dan Keuangan Syariah,Jakarta,Rajawali Pers,2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun