Pada suatu kesempatan, saya mengadakan wawancara dengan dosen dikampus saya, kebetulan dosen saya adalah Calon Legislatif(CALEG) DPR-RI Dapil 3 Banten, Ibu Rivira Yuana. Liputan ini bersifat objektif untuk menelisik sisi beliau sebagai Calon Legislatif Perempuan, tanpa ada niat politik.
Ibu Rivira Yuana adalah Dosen dan Kepala Entrepreneurship Center di kampus saya, Institut Teknologi Indonesia. Beliau merupakan dosen Kewirausahaan Berbasis Teknologi dan Manajemen yang dikenal dengan cara mengajarnya dengan praktek langung dan terjun kelapangan atau pasar, selain itu beliau juga dikenal sangat aktif dengan jabatannya sebagai Kepala Entrepreneurship Center, hal ini dikarenakan komunitas mahasiswa ‘Entrepreneur Community’ yang beliau dirikan sangatlah aktif sebagai komunitas mahasiswa di Institut Teknologi Indonesia. Ibu Rivira Yuana adalah seoranng pengusaha muda kelahiran 17 April 1971 yang sukses , berikut adalah link biodata beliau http://rivira-yuana.blogspot.com/2013/04/biodata.html
Sebelum beliau menjadi calon legislatif, beliau sangat peduli dengan dunia pendidikan dan memberi penyemangat anak muda untuk sukses. Semangat yang beliau tularkan terbukti dengan komunitas yang beliau dirikan yaitu ‘Entrepreneur Community’ ,komunitas mahasiswa ini telah mengadakan banyak seminar kewirausahaan, kegiatan kampus, bahkan menjuarai lomba sehingga beberapa diantara mahasiswanya menjadi pengusaha muda sekarang. Tidak hanya pada dunia pendidikan dan kepemudaan, beliau pun concern dan aktif terhadap masyarakat dengan mendatangi masyarakat dipedalaman secara langsung , kegiatan beliau dapat dilihat pada blog beliau di http://rivira-yuana.blogspot.com/
Motivasi seorang Rivira Yuana menjadi calon legislatif adalah karena keperihatinan dengan permasalahan masyarakat yang belum terselesaikan dan sebagai kaum intektual perempuan yang ingin masyarakat merasakan pengabdian dan manfaat dari dirinya.
Tantangan sebagai calon legilatif perempuan untuk mendapatkan bangku legislatif sangatlah besar menurut Ibu Rivira Yuana, diantaranya adalah:
1.Fisik, perempuan merupakan makhluk khusus yang memiliki fisik berbeda dibandingkan laki-laki.
2.Cara berfikir calon legislatif perempuan yang lebih ‘Pragmatis’ dengan sifat tidak menghamburkan biaya kampanye. Sebagai perempuan atau seorang istri, akan mempertimbangkan biaya kampanye dibanding calon legislatif laki-laki yang akan ‘all out’.
3.Meyakinkan masyarakat dengan kemampuan perempuan dalam dunia politik.
Dengan tantangan diatas, Ibu Rivira menyatakan pandangan keluarga terhadap keinginannya terjun ke dunia politik adalah mendukung walaupun dengan kekhawatirankarena beliau adalah perempuan yang terjun di dunia politik. Namun pandangan masyarakat menurut beliau sebagai calon legislatif perempuan sangat mendapat respon luar biasa karena beliau mendatangi langsung ke masyarakat pedalaman walaupun segi fisik berbeda dengan laki-laki, selain itu masyarakat ternyata masih terdoktrin dengan politik uang, hal ini adalah pandangan nyata masyarakat terhadap politik indonesia.
Ada beberapa hal yang menjadi alasan kenapa harus banyak perempuan duduk di legislatif. Menurut Ibu Rivira Yuana adalah :
1.Jumlah perempuan di Indonesia hampir setengah penduduk Indonesiayaitu 49,74%. Jadi perlu banyak kursi legislatif yang disediakan untuk perempuan. Bahkan harusnya bisa lebih dari 30% untuk jumlah kursi legislatif, mengingat banyaknya jumlah penduduk perempuan.
2.Perempuan adalah makhluk yang memiliki kebutuhan yang berbeda seperti sangat mengerti permasalahan dapur, kesehatan perempuan dan lain-lain. Kebutuhan tersebut tidak sepenuhnya dimengerti oleh kaum laki-laki. Contohnya jika harga sembako naik, perempuanlah yang akan merasakan secara langsung kenaikan harga tersebut. Jadi perlu ada perempuan di legislatif untuk bisa menyusun kebijakan untuk mendukung kebutuhan-kebutuhan perempuan Indonesia.
3.Perempuan kadang menjadi korban tindak kekerasan, segi fisik perempuan yang lebih lemah dibanding laki-laki membuat setiap harinya ada 30-an perempuan menjadi korban pelecehan dan kekerasan. Siapa yang mau membela para perempuan tersebut selain perempuan yang ada di legislatif.
Intinya adalah banyaknya keeksistensian perempuan di legislatif sangatlah penting, hal ini kembali lagi karena jumlah perempuan yang hampir sebanding dengan laki-laki di Indonesia dan dibutuhkan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan perempuan yang akan gugur jika banyak laki-laki dibanding perempuan.
Ibu Rivira Yuana juga memberikan pendapatnya tentang pada tahun 2009 hanya 18%perempuan yang mampu duduk di bangku legislatif dari kuota 30%. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah :
1.Sifat perempuan secara kodrat tidak bisa menghambur-hamburkan kan uang sementara dana kampanye tidak dibatasi aturan sehingga calon legislatif pria lebih dominan menang.
2.Wilayah kerja terutama untuk calon legislatif terlalu luas sehingga secara fisik, perempuan akan kesulitan menjangkau wilayah sehingga calon legislatif pria memiliki kans lebih besar.
3.Sistem zipper kebanyakan menempatkan perempuan di bawah 2 calon legislatif pria, misal 1 dan 2 pria, ke 3 perempuan, 4 dan 5 pria, yg 6 perempuan dan seterusnya. Hal ini menimbulkan kesulitan bagi pemilih perempuan desa yang sebagian masih buta huruf dan sebagian lagi masih sulit membaca.
Dengan melihat besarnya kendala dan tantangan bagi calon legislatif perempuan diatas beliau menuturkan bahwa calon legislatif perempuan itu lebih hebat, apalagi calon legislatif perempuan berkualitas yang sadar akan politik dan dapat menepis pradigma genderyang notabenenya dalam partai politik kebanyakan pengurusnyaadalah laki-laki. Hanya dengan memberikan suara pada calon legislatif perempuan karena akan membuat perubahan bagi perempuan-perempuan Indonesia, dengan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan bagi perempuan-perempuan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H