Mohon tunggu...
Zainiyah Rizkita Arief
Zainiyah Rizkita Arief Mohon Tunggu... -

Jujurlah setidaknya pada dirimu sendiri\r\nHanya ingin jadi sejumput rumput liar yang tetap hidup sebagai dirinya walau terus berusaha di berangus orang dan seekor burung yang terbang bebas di angkasa\r\n\r\nkhadijahavicena.wordpress.com\r\n@k_avicena

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Gaya dan Energi

1 Januari 2012   09:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:29 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

F = m.a

Ada yang tahu kesalahan dari penulisan ini?

Hello… tidak ada yang salah dari penulisan ini. Ini adalah rumus yang kita dapatkan sejak kita SMP.

Tapi coba kita pikirkan lagi. Mungkinkah keberadaan gaya adalah akibat dari keberadaan massa dan percepatan?  Mungkinkah percepatan ada dengan sendirinya dan menghasilkan gaya? Tentu saja terbalik wahai tuan… Percepatan ada karena keberadaan gaya yang diberikan pada sejumlah massa.

a = F/m

Hal-hal seperti ini juga yang kurang kita perhatikan dalam kehidupan nyata. Menentukan mana sebab, mana akibat. Sehingga konsep kehidupan yang dibangun pun menjadi tidak tepat sasaran.

Dengan konsep F = m.a, bahwa percepatan ada dengan sendirinya dan akan menghasilkan gaya. Kita akan berpikiran ketika percepatannya 0 maka benda akan cenderung akan terus diam, dan benda yang begerak akan terus bergerak.

Hm… saya cenderung tidak setuju dengan pendapat ini. Karena dalam pikiran saya bahwa percepatan adalah hasil dari gaya yang diberikan pada sejumlah masa. Gaya sendiri merupakan uraian energi yang diberikan persatuan jarak.

F = W/s bukan W = F.s

Dan postulat yang harus kita yakini adalah energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tapi dapat berubah bentuk. Sayangnya, tidak semua energi potensial berubah menjadi energi kinetik. Ada yang juga berubah menjadi energi kalor yang biasanya dianggap “hilang”. Karena yang bisa berubah bulak-balik hanyalah energi potensial dan energi kinetik.

Hal ini akan menimbulkan inkonsistensi pada pemberian gaya yang menghasilkan percepatan ini. Dan pada akhirnya tidak ada lagi energi potensial yang bisa diubah menjadi energi kinetik. Karena keberadaan energi kalor adalah mutlak di ruang non-hampa udara. Jelas menimbulkan keraguan pada teori bahwa benda yang bergerak akan terus bergerak.

Begitu juga dengan benda yang diam. Setiap satuan massa mutlak mempunyai energi potensial yang bisa dirubah menjadi energi kinetik. Benda yang diam bisa mempunyai percepatan ketika energi potensial yang dimiliki suatu benda dirubah menjadi energi kinetik.

Jadi… tidak ada yang abadi…

Dan yang sebenarnya menjadi masalah adalah bagaimana agar energi potensial itu bisa berubah menjadi energi kinetik dan juga bagaimana supaya energi potensial itu terjaga agar tidak terlalu banyak yang berubah menjadi energi kalor yang cederung menjadi energi yang “hilang”. Setiap massa punya karakteristik sendiri yang tidak mungkin disamakan perlakuannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun