Era klasik dan pasca klasik mencakup perdebatan teologis, filsafat Aristoteles, dan diskusi epistemologi Islam, termasuk tasawuf. Saat ini sedang terjadi dialog antara epistemologi Islam dan pemikiran Barat yang bertujuan untuk mendefinisikan kembali epistemologi Islam dalam konteks modern.
Perkembangan ini mencerminkan kekayaan warisan intelektual  pemikiran Islam, yang terus berkembang seiring dengan perubahan masyarakat. Dalam kerangka epistemologi Islam, peran wahyu (wahyu ilahi) dan akal (akal rasional) saling melengkapi dalam memahami kebenaran.
Wahyu yang diterima dari Tuhan melalui Nabi dan Al-Qur'an dianggap sebagai sumber utama pengetahuan moral dan metafisik dalam Islam. Akal, di sisi lain, Â memainkan peran penting yang memungkinkan manusia menggunakan akal dan pemikiran rasional untuk memahami wahyu dan realitas dunia.
Terdapat berbagai pandangan, seperti pandangan Ibnu Rusyd yang menekankan pentingnya akal dalam memahami kebenaran dengan metode positif, dan pendapat Ibnu Taimiyyah yang mengedepankan wahyu namun  mengakui peran akal yang sebenarnya, namun keduanya tidak saling bertentangan. Al-Razi  memandang wahyu dan wahyu sebagai prinsip akal untuk sampai pada kebenaran yang hakiki. Diskusi ini mencerminkan upaya untuk mengeksplorasi kompleksitas epistemologis tradisi Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H