Ajaran Islam.
 Oleh karena itu, dakwah dengan pendekatan psikologis memungkinkan khatib mengikuti Madhu tanpa merasa mengikuti khatib, namun Madhu merasa mengikuti kemauannya.
 Disitulah letak pentingnya pendakwah yang mendalami ilmu psikologi.
 Apalagi subjek dakwah dan subjek psikologi adalah sama: manusia.
 Oleh karena itu, psikologi misionaris dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari manifestasi kehidupan rohani manusia yang terlibat dalam proses kerja misionaris.
 Misalnya seseorang yang menenangkan diri setelah berdzikir.
 Orang yang menahan diri meski setelah berpuasa.
 Orang-orang yang mengeluarkan zakat dan mengucap syukur.
 Ketenangan, kesabaran, dan rasa syukur merupakan keadaan psikologis gila yang dapat dijaga dan ditingkatkan melalui aktivitas Dawa.
 Secara sederhana dapat dimaklumi jika psikologi dakwah menaruh perhatian pada perilaku individu daai dan madhu serta berusaha menutup proses sadar yang menyebabkan perilaku tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H