*Sementara itu UNESCO sama-sama menetapkan silat dari Indonesia dan silat dari Malaysia sebagai warisan budaya tak benda
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit luas sampai Malaysia. Sehingga tak heran jika banyak kebudayaan yang saling beririsan. Kebudayaan Majapahit itu sudah lama ada jauh sebelum negara Indonesia maupun Malaysia lahir. Secara makna simbolis maupun filosofis mungkin mirip. Tapi aspek historisnya pasti berbeda. Inilah yang menjadi pembeda dan penentu warisan budaya tersebut berhak dimiliki oleh siapa.
Masih banyak warisan budaya lain yang disangsikan kepemilikannya dan menjadi perselisihan panjang. Salah satunya adalah kebaya nusantara. Penggunaan istilah kebaya diyakini berasal dari bahasa Arab berarti pakaian. Bedanya abaya berbentuk sederhana mirip jubah. Kebaya diyakini datang dari China, lalu menyebar ke Malaka, Sumatra, Jawa, Bali, dan Sulawesi setelah migrasi warga China ke Asia Tenggara.
Kebaya pertama kali digunakan di Indonesia pada abad ke-15 dan yang paling dominan adalah kebaya Jawa - Bali. Pada Proklamasi Kemerdekaan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1945, satu-satunya perempuan yang hadir, Ibu Trimutri mengenakan kain dan kebaya.
Citra ini mulai mengubah kebaya dari sekedar pakaian tradisional menjadi status pakaian nasional bagi perempuan Indonesia. Kemudian terus berkembang hingga sekarang dimana setiap pelaksanaan acara resmi kenegaraan maupun ajang sakral lainnya menggunakan kebaya yang divariasikan sesuai kebutuhan.
Malaysia juga memiliki kebaya sebagai pakaian tradisional. Busana yang merepresentasi perpaduan budaya Melayu dan China ini disebut sebagai Kebaya Baba Nyonya.
Ciri khas kebaya Malaysia adalah warna-warna cerah dan berwarna warni. Corak bunga dan hewan di sepanjang leher hingga ujung kancing juga menjadi ornamen khas. Berbeda dengan kebaya Tanah Air yang cenderung kaya akan corak, motif dan brokat.
Letak geografis yang berdekatan adalah salah satu penyebab dua negara ini banyak memiliki kemiripan budaya. Dampak positifnya bagi kita yang hendak travelling, menempuh pendidikan atau pindah ke negara Juran tak perlu takut mengalami culture shock. Serasa mempunyai rumah kedua.
So...langkah antisipasi yang harus dilakukan adalah tugas bagi para generasi muda. Generasi milenial khususnya harus bangga dan berani menampilkan budaya bangsa serta tidak silau akan gemerlapnya budaya luar.
Budaya Indonesia sangat kaya, mulai dari Sabang sampai Merauke. Ironis jika terabaikan dan terganti dengan kemunculan Korean Waves. Jangan sampai baru terasa menyesal ketika warisan budaya asli bangsa kita diambil alih oleh bangsa lain. *deeja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H