Lebih Agresif
Anak cenderung mengadopsi perilaku orang lain. Misalnya menirukan tarian lincah dan tingkah konyol yang ditonton di saluran TV kesayangannya. Namun hal ini tidak lucu jika diterapkan pada tayangan horror. Misalnya anak yang menonton adegan bisa menghilang di film, maka ia akan sulit menerima ketika tidak bisa melakukannya di dunia nyata
Lekang Dalam Ingatan
Mungkin anak akan reflek menutup mata dan bersembunyi dibelakang kursi ketika menyaksikan adegan menyeramkan. Namun tetap merasakan gejolak dalam dirinya.Â
Setelah nonton anak bisa merasa was-was, terbayang-bayang, mual dan bahkan menangis saking takutnya. Orangtua seharusnya bisa memilih tayangan mana yang layak atau tidak layak untuk ditonton oleh sang buah hati.
Adopsi Tayangan
Efek negatif lain akibat menonton film horror adalah anak bisa mengadopsi perbuatan buruk yang mereka lihat dalam tayangan. Adegan kekerasan dan berdarah-darah yang disaksikan bisa menjadi contoh. Anak bisa saja berpikir bahwa untuk menyelesaikan masalah bleh dengan cara kekerasan seperti yang pernah mereka saksikan.
Mati Rasa
Dr. Brad Bushman, psikolog sosial di University of Ohio mengatakan "menonton tayangan kekerasan bisa mengurangi tingkat kepekaan sosial seseorang". Mereka bisa tumbuh menjadi anak pemarah dan acuh dengan lingkungan sekitar.
Mutlak
Dr. Michelle Garrison, principal investigator at Seattle Children's Research Institute Center for Child Health, Behavior and Development mengemukakan "jika anak memandang dirinya adalah orang baik dan orang yang menyangkal sebaliknya kan dicap sebagi orang jahat". Tokoh-tokoh yang dikagumi pada tayangan film bisa menjadi panutan dalam pembentukan karakter anak hingga dewasa.
Itulah mengapa sebagai orang tua kita wajib mendampingi dan menyeleksi tontonan apa yang baik untuk anak-anak. Pentingnya untuk lebih bijak dalam mengawasi dan membatasi tontonan yang layak. Karena sekali saja hal-hal tersebut terekam dalam ingatan, maka akan sulit bagi mereka untuk menghapusnya dari ingatan dan akan lekat menjadi kenangan sepanjang masa. *deeja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H