Bulan Muharram adalah bulan yang diistimewakan oleh umat muslim. Sebagaimana Allah berfirman:
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus.." (QS. At-Taubah: 36)
Bulan haram adalah bulan yang dimuliakan masyarakat Arab sejak zaman jahiliyah hingga masuknya peradaban Islam. Dimana pada bulan-bulan haram tidak boleh ada peperangan. Sedangkan 4 bulan haram yang dimaksud adalah bulan Dzul Qa'dah, Dzulhijjah, Muharram (tiga bulan ini berurutan), dan Rajab
Rasulullah mengajarkan untuk memperbaiki amalan wajib dan memperbanyak amalan sunnah karena bulan Muharram merupakan bulan yang dimuliakan Allah atau syahrullah (bulannya Allah).
Amalan atau perbuatan baik yang bisa dilakukan diantaranya adalah sholat, puasa, silaturahmi, sedekah, mandi, memakai celak mata, ziarah kubur serta memotong kuku.
Berbicara tentang amalan di bulan Muharram erat kaitannya dengan puasa Asyura yang tahun ini bertepatan dengan Senin, 8 Agustus 2022. Puasa Asyura jatuh pada 10 Muharram dalam kalender penanggalan Islam.
Ada banyak momentum penting yang melatarbelakangi puasa Asyura diantaranya penciptaan Nabi Adam A.S di surga, diangkatnya Nabi Isa A.S ke langit, dikandungnya Nabi Muhammad di rahim Ibunda Aminah R.A, hingga kemenangan Nabi Musa AS terhadap Firaun.
Namun sejarah puasa Asyura tak lepas dari sejarah di zaman Nabi Muhammad. Ketika Nabi Muhammad mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari Asyura. Mereka menganggap tanggal 10 Muharram adalah hari yang agung dimana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir'aun beserta pasukannya.
Rasulullah SAW kemudian mengatakan kepada kaum Yahudi bahwa ia lebih berhak terhadap Nabi Musa daripada kaum Bani Israil. Dikarenakan beliaulah yang melanjutkan tugas kenabian dari nabi-nabi terdahulu. Maka Rasulullah menganjurkan umatnya untuk berpuasa pula (HR Bukhari dan Muslim)
Konon katanya kaum Quraisy juga berpuasa pada hari Asyura pada masa jahiliah. Maka untuk membedakan antara ritual ibadah orang Muslim dan kaum Yahudi, Nabi juga memerintahkan berpuasa satu hari sebelumnya, yakni di tanggal 9 Muharram atau disebut dengan puasa Tasu'a. Namun sebelum sempat melaksanakannya, Nabi sudah wafat menghadap Allah SWT.
Sebagaimana diriwayatkan dalam hadist sebagai berikut:
"Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW berpuasa Asyura (10 Muharram). Para sahabat memberi tahu, 'Ya Rasul, itu adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani.' Rasulullah SAW menjawab, 'Kalau ada kesempatan pada tahun depan, insya Allah kita akan berpuasa Tasu'a (9 Muharram).' Ibnu Abbas berkata, 'Belum datang tahun depan, tetapi Rasulullah sudah terlebih dulu wafat,' (HR Muslim).
Ibadah puasa memiliki keistimewaan dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya. Salah satu riwayat tersebut adalah hadis qudsi yang artinya, "Semua amal perbuatan anak Adam -yakni manusia- itu adalah untuknya, melainkan berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya." *deeja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H