Mohon tunggu...
Khadeejannisa
Khadeejannisa Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

بسم الله Menulis adl caraku berbagi dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sinetron Tergusur oleh Series

31 Juli 2022   19:00 Diperbarui: 31 Juli 2022   19:21 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era tahun 90an, sinema elektron atau biasa disebut dengan sinetron menjadi tontonan favorit masyarakat terutama kalangan ibu dan remaja. 

Tak heran karena di masa itu televisi adalah hiburan utama sebelum tergeser dengan kemunculan internet hingga berkembang pesat seperti sekarang. 

Pada awal kemunculannya, sinetron di Indonesia umumnya ditayangkan 1 sampai 2 kali seminggu dengan jumlah episode singkat hanya sampai puluhan. Setelah diterima di masyarakat luas, sistem penayangan pun berubah menjadi stipping alias kejar tayang setiap hari dengan durasi penayangan panjang antara satu hingga dua jam. 

Production House berlomba-lomba memperpanjang episode hingga ratusan bahkan ribuan, memproduksi sekuel hingga sesi 1..2..3 dan seterusnya. Masih lekang dalam ingatan kita bagaimana fenomenalnya Tersanjung, Cinta Fitri, Tukang Bubur Naik Haji hingga Ikatan Cinta yang meraih rating dan share fantastis. 

Di satu sisi menguntungkan pihak PH (Production House) serta para cast yang terlibat didalamnya mengingat banyaknya jumlah episode dikaitkan dengan honor maupun iklan dan endorsement. 

Di sisi lain sinetron stripping berimbas pada menurunnya kualitas produksi diantaranya alur cerita yang amburadul, kurang mengeksplore akting para pemain, penulis skenario yang asal-asalan karena dikejar deadline sehingga menghasilkan karya yang kurang berbobot dan kurang mendidik.

Setiap judul pun Seiring dengan kemajuan IPTEK, kepopuleran TV mulai tergantikan dengan ponsel pintar. Imbasnya, sinetron pun tak lagi menjadi primadona karena tontonan masyarakat beralih dari media layar kaya menjadi media streaming baik series, film maupun shortmovie yang semuanya ada di genggaman tangan. 

Apalagi setelah diterpa badai Korean waves yang juga berdampak pada menjamurnya drama korea atau drakor, nama bekennya. Sebut saja The World of the Married, Goblin atau Crash Landing on You yang sempat booming beberapa waktu lalu. 

Melihat besarnya anemo masyarakat terhadap drama-drama populer produksi negeri Korea, membuat sineas negeri melihat peluang bagus untuk berkembang. 

Melalui berbagai platform streaming tingkat dewa seperti Netflix, DisneyHotStar dan WeTV, hingga skala lokal seperti Vidio.com, Vision+ dan masih banyak lagi dimanfaatkan para sineas negeri untuk menelurkan tayangan-tayangan adaptasi drakor yakni berbentuk series. 

Series lebih digandrungi daripada sinetron karena durasi penayangan yang kurang dari sejam dan minim iklan komersial. Episodenya pun cenderung singkat antara 10 hingga 15 episode per judul. 

Series juga lebih dinanti karena alur cerita yang lebih dramatis, memainkan emosi penonton bagaikan roller coaster dan pendalaman karakter yang lebih matang daripada sinetron. Kelebihan lain nonton series bisa dijeda dan ditonton sesuai kebutuhan, tidak monoton mengikuti jadwal penanyangan sebagaimana sinetron.

Untuk bisa menikmati tayangan favorit baik lokal maupun asing hanya cukup berlangganan di media platform streaming dengan harga variatif mulai dari 20 ribu hingga 200 ribu perbulan sesuai paket yang ditawarkan. Bisa juga nonton gratis khusus edisi free trial SKB (syarat dan ketentuan berlaku). 

Drama series produksi anak bangsa yang terkenal diantaranya Layangan Putus, My Perfect Husband, Little Mom dan lain sebagainya yang mengusung nama-nama beken Reza Rahardian, Prilly Latuconsina, Natasha Willona, Angga Yunanda dan masih banyak lagi. 

Selain itu banyak juga sineas hingga artis yang menghasilkan karya melalui Youtube Channel berupa series maupun short movie. Misalnya film pendek berjudul "Tilik" karya sutradara Wahyu Agung Prasetyo yang meraih penghargaan Official Selection World Cinema Amsterdam tahun 2019.

Semoga kedepannya akan lebih banyak tercipta karya-karya unggulan yang berkualitas dan mendunia. Sehingga banyak nilai positif yang bisa dipetik dari pesan moral yang tersampaikan. *deeja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun