Mohon tunggu...
Khadeejannisa
Khadeejannisa Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

بسم الله Menulis adl caraku berbagi dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anda Perlu Tahu: 10 Ungkapan Hati Anak Autis

27 Juli 2022   20:19 Diperbarui: 27 Juli 2022   20:32 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka senang hidup menyendiri dan sunyi tanpa memiliki banyak teman, mereka memiliki dunianya sendiri

  • Aku mencoba

Orangtua dari ASD kadang merasa stress dan frustasi. Usaha keras anak-anak mereka sering dianggap sebagai kemalasan. Padahal wajar bagi mereka yang membutuhkan lebih banyak waktu daripada anak lain

  • Aku juga membutuhkan hari libur

Bayangkan jika anda tidak memiliki hari libur seumur hidup. Ini juga yang dirasakan oleh ASD, mereka juga sesekali membutuhkan "me time" menikmati hidup tanpa aturan dan batasan. Tenagaku terkuras lebih cepat. Diibaratkan seperti pemakaian baterai pada laptop. 

Jika digunakan untuk membuka 1 aplikasi maka jangka pakainya akan lebih panjang dibandingkan membuka beberap aplikasi sekaligus. Sama halnya dengan ASD yang energinya lebih cepat habis dikarenakan sensor dan processor yang membutuhkan perhatian lebih aktif sehingga "baterei" mereka cepat terkuras habis

  • Chill out!
    Meskipun lebih mudah teori daripada praktiknya. Namun inilah hal terbaik yang dapat anda lakukan. Anak ASD lebih sensitif sehingga dapat merasakan apa yang anda rasakan. Jika anda menghadapi mereka dengan perasaan bersungut-sungut, penuh tekanan atau stress, maka mereka akan merasa jauh lebih buruk daripada itu semua. Sebaliknya jika anda merasa tenang dan penuh kehangatan niscahya mereka akan lebih bersikap kooperatif dan mudah dikendalikan

Teringat dengan salah seorang kawan lama saya yang juga memiliki ABK. Putri pertamanya yang berusia 11 tahun sekaligus dianggap anak terakhir oleh keempat orang adiknya. Dia dirawat dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang, tanpa bantuan pengasuh anak. Selain mendapat bimbingan dari sekolah khusus, dirumah pun seluruh anggota keluarga saling support dalam menghadapi anak spesial tersebut. Saya menyaksikan sendiri ketika si anak sedang badmood dan akhirnya tantrum sampai menyakiti diri sendiri serta saudara-saudaranya yang lain. Namun kawan saya tetap terlihat tenang dan menenangkan putrinya, melakukan kontak mata, mengembangkan senyuman indah sepanjang komunikasi serta selalu bersikap manis dan penuh cinta. Perlahan si anak mulai luluh, menurunkan emosinya dan akhirnya mau menuruti apa kata ibunya. 

Amazing! Anak berkebutuhan khusus juga layak mendapatkan hak sama seperti anak-anak lainnya. Sayangi dan perlakukan mereka sebagaimana yang mereka harapkan.*deeja

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun