Mohon tunggu...
Khadeeja08
Khadeeja08 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Dunia ini dipenuhi orang-orang baik. Jika kamu tidak menemukannya jadilah salah satunya

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Stop Paksa Anak! Biarkan Mereka Hidup di Zamannya

18 Maret 2023   10:49 Diperbarui: 18 Maret 2023   10:57 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

"Stop paksa anak menjadi apa yang kita inginkan, biarkan ia hidup di masanya."

Di dunia ini tak jarang kita mendengar anak yang dituntut untuk menjadi seperti apa yang orangtua mereka inginkan. Ia ingin anak yang mereka lahirkan tumbuh menjadi apa yang dulu mereka cita-citakan, memaksa anak menjalankan hal yang dulu gagal mereka raih agar di wujudkan oleh sosok anak yang telah mereka lahirkan.

Dengan adanya paksaan ini tak jarang kita mendengar cerita bahwa anak menganggap orang tua mereka jahat, karena paksaan tersebut. Orangtua selalu menghujamkan ego mereka, karena cita cita mereka yang ini dan itu pada masa mudanya yang belum kesampaian, sehingga mereka memaksakan anaknya mewujudkannya.

Padahal ia hidup tidak dimasa dahulu, ia hidup dimasa sekarang yang dimana sangatlah berbeda dengan masa yang dulu orangtua hadapi.

Orang tua dengan ego nya memberikan kehidupan yang akan anak mereka jalani sesuai dengan kemauan mereka, sehingga anak mau tidak mau harus menerima keputusan mereka, tanpa di beri pilihan untuk mengutarakan pendapat nya.

Bahkan tentang kehidupan masa depan seorang anak yang sangat penting seperti menikahpun orang tua yang memilihkan untuk mereka. Terkadang tak banyak anak yang menuruti kemauan mereka. Namun tak banyak pula anak yang menyalahkan orang tua karena keputusan mereka.

Sayyidina Umar bin khatab saat beliau menjadi khalifah ke 2 umat islam pernah didatangi oleh seorang anak yang bernama ju'lan. Nama ju'lan ini kalau diartikan adalah tikus kecil, ia mengadu kepada beliau amirul mukminin atau pemimpin umat islam pada saat itu. “wahai amirul mukminin apakah tidak ada orang tua yang durhaka kepada anaknya, sehingga aku ini diperlakukan dengan buruk bahkan sejak aku diberi nama oleh orangtuaku”.

Kemudian beliau menjawab sebagaimana anak bisa durhaka kepada orang tua nya jika si anak ini tidak melakukan kewajiban nya kepada orang tuanya, maka bisa juga orang tua menjadi durhaka kepada anaknya ketika mereka tidak menunaikan hak anak yang ada pada orangtuanya.

Anak itu memiliki hak untuk dijaga ketika dia masih janin. Sebagaimana telah diterangkan dalam surah al imran yang menjelaskan untuk dinamai yang baik, diberi pendidikan yang baik, dimasukkan ke sekolah yang baik, mendapat guru yang baik, dan mendapat ajaran agama dengan baik dan lain sebagainya.

Bukan untuk dipaksa tapi mengenal nya. Jika orang tua tidak mengajarkan anak dengan baik, maka ia akan menanggung dosa anaknya karena ia tidak menguasai ilmu-ilmu yang seharusnya ia kuasai.

Dikisahkan dulu ada seorang sahabat bernama Sa'ad bin Abi Waqas yang anak dari seorang keluarga yang terhormat dan kaya pada saat itu, Tiba-tiba pada saat umur 16 ia memutuskan untuk masuk islam maka orangtuanya tidak terima, ia memaksanya untuk kembali murtad dengan imin imin akan diberi harta yang banyak.

Namun Sa’ad bin Abi Waqqash langsung datang kepada nabi, lalu nabi menjawab ketaatan kita hanya kepada allah dan para rasulnya kita taat pada orang tua jika ia menyuruh atau melarang kita untuk sesuatu yang ditetapkan oleh allah dan RasulNya. Jika bertentangan kita gak boleh taat. Tugas kita hanya berbuat baik kepada orang tua, sejahat apapun mereka, seburuk apapun mereka.

Maka orang tua juga harus waspada bahwa mereka juga bisa durhaka kepada anaknya dan masuk neraka kalau mereka durhaka. Begitu pula saat orang tua membesarkan anaknya bukan sesuai pada zamannya orang tuanya tapi zamannya si anaknya, karena anaknya itu akan tumbuh dan hidup pada zamannya dia sendiri bukan zaman orangtuanya.

Maka jangan kedepankan ego yang tidak kesampaian pada zamannya kemudian dipaksakan pada anak yang hidup diluar zamannya.

Bahkan ada anak yang dipaksa menjadi penghafal alquran untuk mewujudkan cita cita orang tua mereka. Awalnya si anak menerima namun seiring berjalannya waktu ia mengeluh, ia tidak sanggup, ia ingin menjadi apa yang dulu pernah ia harapkan sebelum terjun ke dunia pesantren untuk mewujudkan cita-cita orang tua mereka yaitu menjadi dokter.

Ia ingin kembali bersekolah dengan rajin dan mewujudkan cita-cita nya sendiri, namun si orang tua ini menolak dengan keras, ia hanya ingin anak yang ia lahirkan menjadi apa yang ia harapkan walaupun fashion dia bukan pada bidangnya. Akhirnya si anak tetap melanjutkan hafalannya dengan berat hati, menjalankan kewajibannya sebagai seorang anak yang mana harus menjadi anak yang berbakti kepada orang yang telah berjasa melahirkannya.

Namun pada saat proses ia menghafal pun orang tua tak pernah menghargai usahanya sedikitpun. Yang ia terapkan hanya bagaimana anaknya bisa secepat mungkin menyelesaikan hafalannya tanpa menanyakan prosesnya. Setiap kali menjenguk anaknya yang ia tanyakan hanya perihal perolehan tambahan hafalannya, meskipun ia tau daya ingat anaknya sangat sulit, yang ia lontarkan hanya umpatan, rasa kecewa, dan rasa marah. Ia selalu membentak anaknya yang tidak kunjung usai hafalannya, bahkan tak sesekali ia melontarkan kata kata yang tak seharusnya ia ucapkan sehingga membuat hatinya sakit.

Tanpa orang tua itu sadari si anak lambat laun yang di pikir hanya umpatan umpatan dari orangtuanya saat membesuknya. Dan akhirnya si anak tak kuat, ia sudah berusaha menjalankan kehidupan yang orang tua mereka inginkan, namun tak sedikitpun usaha ia mereka hargai.

Alhasil si anak lepas kendali, ia keluar paksa dari pesantren, ia pergi dari rumah, bahkan ia tak ingin lagi bertemu dengan orang tua mereka.karena ia sudah cukup tersiksa dengannya selama ini, bahkan usaha-usaha yang ia jalankan selalu mereka patahkan dengan kata-katanya.

Maka biarkanlah anak menemukan apa yang menjadi potensi dalam dirinya yang dianugerahkan oleh tuhan kepada dia agar saat ia menjalankan kehidupannya itu dengan enjoy dan rasa syukur. Selama si anak ini tidak mencita-citakan hal yang bertentangan dengan agama maka biarkanlah ia tumbuh dengan potensi yang ada pada dirinya dan zamannya, sehingga ia akan tumbuh dengan maksimal dan bangga. Karena yang benar belum tentu yang tua. Bisa juga orang tua itu salah.

Dan perlu di ingat bahwa tugas orang tua itu mendidik bukan memaksa agar anak tumbuh dengan penuh kesadaran bukan ketertekanan, agar ia melakukan sesuatu karena ia sadar bahwa itu yang baik untuk dirinya bukan karena ia takut pada orangtuanya.

Seperti halnya zaman dahulu jika maghrib orang tua selalu menasihatkan anaknya untuk tidak menonton tv agar fokus dengan ibadahnya agar fokus dengan ngajinya, sekarang ga bisa...sekarang ada gadget yang di manapun bisa ia buka seketika, bahkan saat dikamar bisa saja anak itu mengakses konten pornografi.

Maka pola dalam mengasuh anak pada zaman ini adalah dengan membangun kesadaran kepada anak, mana yang baik mana yang buruk, dan diberi tau konsekuensinya,  kalau kamu melakukan kebaikan ini konsekuensinya dan kalau melakukan keburukan apa konsekuensinya. Sehingga anak itu berdaulat dengan kebenaran dan kebaikannya dengan kesadaran bahwa itu yang terbaik untuk dia.

Sebagai orang tua harus mampu menjadi apa saja yang dibutuhkan oleh anak, menjadi teman dia menjadi sahabat dia, kakaknya, adiknya, menjadi ibu, ayah dll. Termasuk juga memahami ketika anak itu melakukan keburukan agar anak itu mau bercerita kepada orang tua dan mau mencari solusi pada orang tua.

Tapi kalau orang tua tidak memberi ruang bagi anak untuk menceritakan keburukan yang ia lakukan. Maka ia akan mencari perhatian kepada orang lain. Jadilah orang tua yang bersahabat dengan anaknya sehingga saat ia punya maslah ia tidak takut untuk menceritakan apapun itu.

Dimana saja anak itu berada ia pasti tau bahwa sejahat apapun kemauan yang mereka inginkan untuk anaknya adalah yang terbaik untuk ia menurut mereka hanya saja caranya salah. Salah dalam bertindak dan berpikir tanpa meminta opini dari si anak tersebut. Maka dari itu utama nya dari keluarga adalah komunikasi.

Maka tugas kita sebagai orang tua adalah membangun komunikasi yang baik terhadap anak agar bisa saling menghargai tanpa memaksa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun