2. Terdapat ketidaksesuaian antara keluhan subjektif individu dengan temuan dari pemeriksaan objektif
3. Individu cenderung tidak kooperatif selama pemeriksaan dan tak mengikuti anjuran medis setelah diberikan obat
4. Adanya temuan gangguan kepribadian antisosial.
5. Cenderung mengeluhkan sesuatu secara berlebihan
6. Cenderung mudah tersinggung saat ditanya lebih jauh mengenai penyakit dan keluhannya.
Perilaku malingering bisa mulai muncul sejak dewasa awal, dan dapat menjadi perilaku berulang saat individu tersebut mendapat penguatan. Perilaku malingering biasanya tidak akan mereda sampai individu tersebut mendapatkan apa yang diinginkan (keuntungan pribadi yang dimaksud). Memang pasti melelahkan saat harus menghadapi keluhan-keluhan dari individu dengan perilaku malingering.
Meski begitu, beberapa hal dapat dilakukan saat menghadapi individu dengan perilaku malingering, yakni
1. Hindari melakukan penyangkalan karena akan berpotensi menimbulkan konflik
2. Melakukan pengamatan secara terus menerus. Individu dengan perilaku malingering biasanya akan berusaha meniru untuk menguatkan keluhannya. Meski begitu, mereka cenderung sulit untuk konsisten dan menunjukkan keluhan sakitnya dalam jangka waktu lama
3. Mendorong individu tersebut melakukan pemeriksaan kesehatan.
Tenaga medis yang mencurigai adanya perilaku malingering biasanya akan bekerjasama dengan tenaga kesehatan mental, baik Psikolog maupun Psikiater untuk dilakukan evaluasi psikologis pada individu tersebut. Evaluasi psikologis akan dilakukan berupa wawancara klinis, observasi klinis terkait penampilan dan gesture pasien, serta mungkin akan melakukan serangkaian pemeriksaan psikologis dengan alat tes (psikotes). Duffy (2011) menyebutkan beberapa alat tes yang digunakan oleh Psikiater ataupun Psikolog untuk mendeteksi perilaku malingering yakni MMPI-2, Test of Memory Malingering (TOMM), serta Structured Inventory of Malingered Sympthomatology.Â