Sudah tidak asing lagi mungkin jika ada kata-kata social media atau sosmed bahasa gaulnya , karena sebagian besar orang di seluruh dunia ini pasti telah mengenal apa itu sosmed dengan segala bentuk sosmed contohnya facebook, twitter , instagram path dan lain sebagainya . Seluruh remaja Indonesia pasti setidaknya memiliki 1 akun sosmed , bahkan siswa tingkat dasarpun kini sudah menjamur di sosmed . Jadi , sosmed bukan hal yang tabu lagi di masyarakat .
Sebaliknya dengan Psikologi Kognitif yang mungkin hanya sebagian orang saja yang mengerti , atau bahkan hanya mahasiswa dan orang-orang yang berhubungan dengan psikologi saja yang mengetahui apa sebenarnya psikologi kognitif , apalagi jika dihubungkan dengan sosmed , makin banyak saja pertanyaan public . Apa hubungan sosmed dengan psikologi kognitif ? Kenapa keduanya memiliki keterkaitan ? seperti itu kira-kira yang ada dalam pikiran masyarakat ketika membaca judul artikel ini . Maka dari itu , pada artikel ini akan saya bagi pendapat saya .
Psikologi kognitif memiliki pengertian atau definisinya sendiri yaitu ilmu yang berhubungan dengan kerja otak atau pemikiran manusia . Psikoloi kognitif adalah proses mengingat , mengenali objek , membuat pola dan menggambarkan , berimajinasi , persepsi , atensi , berbahasa serta memecahkan masalah . Lalu , lagi-lagi pertanyaan public masih sama , apa hubungan hubungannya dengan sosmed ?
Coba kalian pikirkan , sadarkah kegiatan yang kalian lakukan di sosmed ada hubungannya dengan kerja otak dan pemikiran manusia ? saya akan menjabarkan apa yang saya teliti selama ini dan yang menurut saya berhubungan sekali dengan mata kuliah saya semester ini .
Pertama , kegiatan yang paling mainstream dilakukan adalah ‘update status’ . Pada kegiatan ini terdapat hubungan dengan kognitif karena pada saat ingin membuat atau menulis status (tweet) maka secara tidak langsung kalian pasti mengingat-ingat dulu apa yang akan kalian tulis yang biasanya sudah terjadi beberapa saat yang sudah lewat . Mengingat merupakan salah satu kegiatan yang berhubungan dengan Psikologi Kognitif .
Kedua , pada sosmed kalian akan memperhatikan objek-objek dengan contoh mencari teman dan jika benar mengenalinya maka akan kalian tambahkan pada pertemanan . Kegiatan memperhatikan objek ini juga berhubungan dengan proses berfikir .
Ketiga , pada ‘update status’-pun kalian akan menemukan lagi proses berfikir yang lain seperti membuat pola dan menggambarkannya . Jadi , ‘update status’ pasti butuh pola untuk bias digambarkan pada kalimat-kalimat yang akan ditulis .
Keempat . mungkin kegiatan yang ini hanya dilakukan oleh beberapa orang saja namun tetap pada lingkup sosmed salah satunya instagram . Biasanya , memiliki imajinasi menjadi seorang publik figur yang sering mengupload fotonya .
Kelima , persepsi setiap orang pasti berbeda . Maka dari itu pada setiap sosmed akan bermunculan pendapat-pendapat maupun update-update yang beraneka ragam. Meskipun kadang apapun yang mereka update sebenarnya tidak penting . Ada pula beberapa yang suka memaki ‘update’-an orang lain, itu karena setiap orang memiliki persepsi yang berbeda .
Keenam adalag atensi , atensi yang berhubungan dengan kegiatan di sosmed adalah stalking . Siapa yang tidak pernah melakukan kegiatan ini ? semua orang pasti pernah menjadi stalker . Jika pada sosmed, atensi diartikan sebagai stalking , kenapa ? karena biasanya perhatian kita hanya pada satu orang saja baik itu teman , pacar , idola , gebetan , musuh atau bahkan yang paling sering adalah mantan . Perhatian kalian pasti pernah tertuju pada satu orang saja bukan ?
Terakhir adalah berbahasa . Kenapa berbahasa juga berhubungan dengan kegiatan di sosmed ? menurut saya , beberapa orang menomorsatukan bahasa yang mereka gunakan ketika mengupdate sesuatu . Ada yang menggunakan bahasa alay , bahasa jawa , bahasa Indonesia , bahasa inggris dan bahasa-bahasa formal . Sering saya perhatikan beberapa dari pengguna sosmed khususnya twitter , menggunakan bahasa Indonesia formal dengan lebih mengarah pada sajak yang membuat saya lebih menggunakan otak untuk mengartikan maksud dari status tersebut . Status-status seperti itu menurut saya lebih layak dipublikasikan .
Penjelasan di atas merupakan sedikit dari apa yang saya perhatikan pada kegiatan di sosmed yang berhubungan dengan proses berfikir atau Psikologi Kognitif . Jadi , melakukan kegiatan di sosmed juga melatih kita untuk belajar tentang Psikologi kognitif . Artinya , memiliki sosmed adalah belajar berfikir , mengamati objek , mengeluarkan pendapat , memberikan atensi kepada orang lain dan yang pasti membuat para pemilik sosmed dapat berbahasa yang benar dan layak di baca publik.