Haloo semuanya... :)
Ternyata selfie dengan jari bertinta pemilu dan update status "sudah vote, akhirnya jd warga negara yg baik, dll" dlm pesta demokrasi kemarin belum cukup :)
Karenaaa ternyata sambil menunggu tgl 22 Juli kita harus mengawal hasilnya juga :D
Tapi kan susah? Caranya gmana? Itu kan tugas KPU, kita g bisa ikut2, dll
Well guys, msh ada cara simple yg bisa kta lakukan dengan:
1. Buka: http://pilpres2014.kpu.go.id/c1.php
2. Masukkan Provinsi-Kabupaten/Kota-Kecamatan-Kelurahan/Desa msg2. Lalu buka di TPS tempat kita nyoblos.
3. Klik di gambar scan berita acara dr TPS yg tersedia apakah hasilnya sesuai dg perhitungan yg kita saksikan kemarin?
4. Kalau ada indikasi kecurangan silahkan pastikan dilaporkan dan ditindaklanjuti.
Simple kan?
Eh tapi kan ada 478.800 TPS di 33 prov Indonesia. Kan susah tuh...
Nah, PALING TIDAK kita mengawasi TPS kita (dan TPS lain diskitar yg kita tau hasilnya) serta share ke teman/saudara/tante/om dkk lain yg ada di daerah lain/nyoblos di TPS lain.
Let's say teman fb kita ada 10.000 org, kalau kita share ke minimal 10 orang saja, lalu 10 org itu share ke 10 orang lain, dst dst.. Maka total jumlah TPS itu g tll banyak lg kan? Paling tidak menjangkau lebih banyak TPS drpd kita cuma sendiri..dan memperkecil potensi kecurangan..
Apalagi kalau kita bisa bantu buat semacam gerakan Indonesian Election Watch atau Gerakan Indonesia Memantau Pemilu dr rakyat yg dimulai dr ajak teman2 kita di level kelurahan/desa saja, lebih baik kalau bisa sampai ke kabupaten/kota dengan sistem cek online ini.. Bantu teman/saudara/kerabat yg tidak ada akses internet untuk diperiksa data di TPSnya.. Dan krn aku punya teman jejaring sosial yg tersebar dr Sumatera - Papua aku percaya tindakan kecil kita ini bisa berdampak.. :)
Untuk data di desa tmpt aku tinggal sudah tercatat, berkat bantuan data dr teman2 lain yg juga bantu catat.. Tinggal nunggu hasil scan-nya di-upload oleh KPU utk aku cocokkan..
Ingat, selisih satu suara saja itu besar loh! Klo di tiap TPS 1 suara dicurangi maka plg sedikit 478.800 suara udh dialihkan. Bayangkan kalau 1 TPS dipalsukan 800 suara kayak kasus di Jakarta kemarin. Silahkan kalikan sendiri...
Margin 5% berdasar quick count yang harusnya besar utk jumlah penduduk 250an juta org di Indonesia akan jd kecil ketika ada kecurangan2 kecil di TPS yg tak terlalu diperhatikan tsb.
Ingat! Walau kecurangan yg ternyata kita temukan itu menguntungkan kandidat presiden pilihan kita jangan lalu diam. Krn itu bisa jadi bumerang/senjata utk serang balik kandidat tsb. Pdhl pastinya beliau2 tdk menghendaki kan ditemukan mendapat suara curang? Jd ttp kita kawal yah.
Akhir kata, kalau kita masih bisa rame update status dan foto di jejaring sosial, berarti kita masih bisa cek hasil scan di web http://pilpres2014.kpu.go.id/c1.php ini kan?
Kalau kita masih bisa akurat bahas skor negara lain di Piala Dunia, maka pasti kita juga bisa belajar akurat melihat hasil pemilu bangsa kita kan?
Satu lagi, Indonesia bisa berpartisipasi dlm advokasi perdamaian di negara lain jika kita juga mendukung terpilihnya pemimpin negara yg benar dg CARA yg benar. Jgn lalu koar2 mau bantu, kasihan, prihatin, mengecam bgs lain dll jika utk pemimpin tertinggi di bangsa ini yg nantinya akan membawa aspirasi kita ke dunia internasional (dan berpotensi membawa perdamain dunia!) saja kita acuhkan..
Sejarah mencatat, belum pernah ada kegerakkan dan antusiasme yg sedemikan dahsyat atas pemilihan presiden berbasis demokrasi di Indonesia selain di Pilpres 2014 ini. Mata dunia sedang tertuju kpd Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia yg sedang terus bertransformasi sejak thn 1998.
Coba teman2 baca artikel para pengamat politik baik dr dalam maupun luar negeri ttg bgmana mereka jg ikut up-and-down dan tak bosan2 beropini/menganalisa  pergerakan pilpres kita ini. Kenapa?
Keberhasilan/kegagalan kita akan menjadi pembelajaran banyak bangsa lain!!
Jangan berhenti di 9Juli...
Yuk kawal dan awasi!
Let's guard Indonesian's voices!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H