Mohon tunggu...
Analisis Pilihan

Kemenangan dari Kekalahan PSI

22 April 2019   18:53 Diperbarui: 23 April 2019   03:11 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dokumentasi Partai Solidaritas Indonesia (PSI)

Banyak cerita di pemilu 2019 ini, partai politik di 2019 bertarung dengan sangat sengit. Dalam suatu pertarungan politik diperlukan suatu strategi untuk mencapai kemenangan dan menghindari kekalahan. 

Strategi politik dapat menjadi salah satu penentu utama dari keberhasilan sebuah partai. Berbagai strategis dilakukan oleh aktor-aktor politik di pemilu kali ini walaupun hari pertarungan 17 April 2019 yakni pemilu serentak telah berakhir.

Kekalahan PSI

Kekalahan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di pemilu legislatif 2019 ini merupakan hal yang menarik untuk diperbincangkan selain dari masalah klaim kemenangan sepihak oleh Prabowo di pemilihan presiden. 

PSI yang tadinya optimis  dan semangat mengajak kader PSI untuk berjuang sampai 4% suara dalam pemilu legislatif akhirnya mendapat hasil hanya 2% suara. Kekalahan ini tentu membuat publik bertanya mengapa hal itu bisa terjadi, padahal selama ini jika dilihat kembali PSI adalah partai baru yang sangat bersemangat memperkenalkan diri sebagai partai milenial dan cara kerjanya berbeda dari partai politik yang lain. 

Partai yang selama ini diremehkan namun tetap berjuang keras untuk lolos verifikasi pemilu dan akhirnya terbukti mereka bersaing dengan partai politik lain di pemilu 2019 dengan ikut mengusung Jokowi dan KH Ma’ruf Amin sebagai calon presiden dan calon wakil presiden. 

Namun ternyata PSI masih belum mendapat tempat di hati masyarakat dalam pemilu legislatif 2019, partai baru dengan wajah baru ternyata bukan menjadi pilihan masyarakat.

Ketua Umum PSI Grace Natalie mengumumkan bahwa PSI berbesar hati mengakui kekalahan dengan 2% atau sekitar 3 juta suara. Tak ada kursi untuk PSI di DPR RI, bahkan untuk nama besar kadernya seperti Tsamara Amany Alatas dan Giring Ganhesa atau Giring 'Nidji' tak berhasil mendobrak suara PSI. 

Target suara 4% yang gagal PSI dapatkan mengikuti aturan UU Pemilu Pasal 414 Ayat 1 yaitu "Partai politik peserta pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan suara paling sedikit 4 persen dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan kursi anggota DPR". Sangat disayangkan PSI harus mengakui 2% suara adalah pembuktian dari kerja keras mereka tetapi tak mencukupi untuk mendapat kursi di Senayan.

Kampanye PSI

Selama musim kampanye PSI sangat gencar menggunakan media sosial sebagai sarana sosialisasi dengan segmen meraih suara dari generasi muda atau milenial. Berdasarkan hasil kampanye di sosial media PSI mendapatkan presentase sebesar 34,0%, mengungguli  partai-partai besar pendahulunya seperti Gerindra (29,5%), PDIP (24,3%), dan Demokrat (22,0%). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun