Meskipun program bank sampah terdengar menarik, banyak yang masih skeptis dengan program ini karena dinilai merepotkan bahkan mengundang bau. Jika pula tidak tahu caranya mengolah tumpukan sampah, bank sampah tetap dinilai sama dengan membuang sampah seperti pada umumnya.
Maksudnya, bank sampah bukan hanya sekedar sebagai penampung lalu ditimbun, dijual dan mengasilkan uang tetapi juga diolah dengan 3R atau dengan cara kreatif lainnya.
Pemerintah ikut mendukung atau tidak? Pemerintah sangat mendukung program ini. Bahkan program dalam kemasyarakatan, contohnya banyak ditemukan di daerah Bandung dan Balikpapan sudah memerdayakan bank sampah serta pengolahannya. Dari dalam, warga bergerak sedangkan pemerintah memfasilitasi dan membimbing.
Kedua peran ini saling mendukung dan terciptalah program bank sampah di daerah tersebut yang sudah memberi keuntungan pula bagi warga sekitarnya.
Di era 4.0 ini, program bank sampah yang terdengar biasa saja sebetulnya dapat diinovasikan lagi ke dalam teknologi. Misalnya bank sampah online. Banyak program techosocialpreneurship yang mulai berkembang.
Melalui teknologi ini, pengaplikasian bank sampah diharapkan tidak hanya berfungsi sebagai program pengurangan sampah saja tetapi juga bisa sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat. Apabila terealisasikan, bisa jadi pula dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis yang berlandaskan tujuan sosial dan lingkungan.
Program ini juga menggaet para tokoh yang berjiwa techoprenur serta para ahli informatika dalam perkembangannya. Dari segi pembuatan saja, program ini sudah membawa banyak tenaga ahli, terlebih lagi jika sudah meluncur, bisa jadi pula bank sampah online membutuhkan tenaga kerja yang banyak untuk mobilisasinya. Inovasi lainnya selain berkontribusi kesejahteraan ekonomi, bank sampah online juga bisa memerdayakan masyarakat untuk memanfaatkan sampah.
Dengan demikian, dilema masalah sampah sebenarnya bukan terkhususkan salah satu pihak saja tetapi juga seluruh komponen negerinya. Dimana warga bergerak berinovasi dan berkreasi, pemerintah pasti akan mengapresiasi dan memfasilitasi terlebih untuk program penaggulangan sampah.
Dalam kutipan Kompas (2018), Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati juga berharap bahwa dengan melalui bank sampah, masalah dapat teratasi dan menjadi program terbaik dan beliau mengajak seluruh pemerintah daerah untuk mendorong menciptakan program program berbasis bank sampah. (KZ/UNAIR)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H