Shofyan Adi C., S. P. merupakan pemilik SOM (Sayur Organik Merbabu). Latar belakang didirikannya SOM karena ia merasa bahwa lahan pertanian yang pernah dikelola sebelumnya secara konvensional terus menerus mengalami penurunan hasil, sehingga perlu menyehatkan lahan kembali. Penyehatan atau pemulihan lahan ini bisa dilakukan dengan bertani secara organik.Â
Selain itu, peluang permintaan produk sayur organik pun semakin meningkat dan dari segi harga relatif stabil. SOM memproduksi lebih dari 50 varian sayuran organik mulai dari sayur daun, bunga, buah, umbi, sayur salad, dan herba (herbs) yang telah tersertifikasi organik dan Halal MUI di lahan seluas 10 hektar.Â
Pada tahun 2019 didirikan lembaga P4S Citra Muda yang merupakan unit usaha budidaya dan pemasaran aneka Sayuran Organik Merbabu (SOM) secara online berbasis komunitas (kelompok tani) yang dikelola oleh 30 petani muda millenial.Â
P4S Citra Muda memiliki hastag #yangmudayangbertani sebagai motivasi supaya generasi muda kembali tertarik menjadi petani. Selain berbisnis, P4S Citra Muda juga aktif dalam kegiatan pembelajaran pertanian organik melalui kunjungan lapang, pelatihan, magang kerja, dan seminar. P4S Citra Muda kini bermitra dengan 400 petani organik di wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Saat dikunjungi pada Senin, 11 Juni 2022 yang lalu, Mas Shofyan membagikan beberapa hal seputar "Pertanian Organik" yang sangat bermanfaat dan menggugah semangat generasi muda untuk bertani. Pertanian Organik adalah  sistem produksi tanaman dengan menjaga kesehatan tanah, ekosistem, dan manusia yang bergantung pada proses hayati dan alami.Â
Pertanian organik menggabungkan  inovasi, tradisi, dan ilmu pengetahuan untuk menguntungkan lingkungan dan mempromosikan hubungan yang baik. "Organik" merupakan pelabelan yang menyatakan bahwa produk mereka telah diproduksi sesuai dengan standar sistem pertanian organik dan disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Organik yang terakreditasi.Â
"Pertanian organik didasarkan pada penggunaan input eksternal secara minimal serta tidak menggunakan pupuk dan pestisida sintetis" (SNI 6729:2016). Terdapat beberapa syarat dalam bertani organik, antara lain: tidak boleh menggunakan pupuk kimia sintetis, tidak boleh menggunakan pestisida kimia sintetis, tidak boleh menggunakan varietas sayuran hasil rekayasa genetik (GMO), dan lahan telah bersih dari residu kimia sintetis.
Pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama dikenal, sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia, yaitu pada zaman mesolitikum akhir (10.000 tahun yang lalu) karena pada masa itu semuanya dilakukan secara tradisional dan menggunakan bahan-bahan alamiah.Â
Tujuan utama Pak Suwadi, pencetus pertanian organik di Desa Kopeng pada 2007 yang lalu, beralih ke pertanian organik bukan karena harga jual sayurnya yang mahal, namun supaya keluarga sehat. "Sayur yang di tanam sehat sehingga bisa menyehatkan banyak orang, serta lahan yang di kelola juga tetap sehat sehingga bisa di wariskan ke generasi berikutnya," ujar Pak Suwadi, pencetus pertanian organik di Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, pada tahun 2007.
SOM kini telah menerapkan "Strategi Organik 3.0" guna menjaga ketahanan pangan. Strategi ini dilakukan dengan menggabungkan praktek pertanian modern dan tradisional dengan mengacu pada budaya setempat (kearifan lokal), terus melakukan pengembangan teknik budidaya sampai pemasaran agar didapat cara terbaik yang ramah lingkungan, menjamin mutu produk organik secara transparan dan berbasis kepercayaan sehingga tidak harus melalui pihak ketiga, membangun aliansi dengan banyak gerakan dan organisasi yang memiliki pendekatan saling melengkapi untuk pertanian dan pangan yang berkelanjutan, pemberdayaan yang holistik mulai dari pertanian sampai konsumen, serta menghitung dan menetapkan harga produk organik yang tepat (petani untung, konsumen tidak keberatan).
Pertanian organik dapat dilakukan di tanah/lahan yang benar-benar bersih dari paparan bahan kimia. Jika masih ada sisa residu pupuk dan pestisida, harus dilakukan proses konversi yaitu dibersihkan dulu dengan pupuk alami (pupuk organik dan hayati). Terdapat 4 prinsip Pertanian Organik.Â
(1) Prinsip kesehatan, pertanian organik harus dapat melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia, dan bumi.Â
(2) Prinsip ekologi, pertanian organik harus dengan sistem dan siklus ekologi kehidupan dengan bekerja, meniru, dan berusaha memeliharanya.
(3) Prinsip keadilan, pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan. Petani menjual produk organik dengan harga menguntungkan, sedangkan konsumen mendapatkan harga produk organik yang terjangkau
(4) Prinsip perlindungan, pertanian organik mengelola dengan hati-hati dan tanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan lingkungan, generasi masa kini, dan masa depan.
Terdapat banyak kelebihan dari tanaman organik, misalnya kandungan nitrat, nitrit dan residu pestisida lebih sedikit daripada tanaman konvensional. Tanaman organik juga mengandung vitamin C, senyawa fenolik, asam amino esensial, gula alami, dan betakaroten yang lebih tinggi dibanding tanaman konvensional. Tanaman organik mengandung lebih banyak zat besi, magnesium, fosfor kromium, yodium, moksadenum, selenium, kalsium, boron, mangan, tembaga, kalium, natrium, vanadium, dan seng dibanding tanaman konvensional. Tanaman organik juga memiliki rasa dan aroma yang lebih baik, daya simpan yang lebih lama, dan penyusutan bobot yang lebih sedikit dibanding hasil pertanian konvensional.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam bertani organik. Lokasi produksi harus terpisah dan tidak tercampur produk non organik. Lokasi Lahan yang digunakan datar sampai kemiringan 45 derajat. Dilakukan tindakan konservasi lahan misalnya untuk mencegah erosi digunakan plastik mulsa hitam perak. Ada pembatas yang jelas dengan lahan konvensional misalnya menggunakan rumput gajah sebagai barrier atau jalan sebagai buffer zone. Proses konversi lahan minimal 2 tahun untuk tanaman semusim atau 3 tahun untuk tanaman tahunan.Â
Pengelolaan lahan dan air juga perlu perhatian. Dalam melakukan pengolahan lahan sebaiknya tidak terlalu sering melakukan pemupukan untuk menjaga kesuburan lahan dan kondisi tanah yang stabil.Â
Penambahan pupuk hayati untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme menguntungkan di lahan diutamakan menggunakan organisme lokal yang memang secara alami ditemukan di lahan tersebut.Â
Pengelolaan air termasuk pembuatan drainase yang baik. Air irigasi tidak boleh terkontaminasi dengan bahan kimia seperti pupuk sintetis, pestisida sintetis, dan bahan cemaran pemukiman maupun industri. Upaya penetralisiran air dapat dilakukan dengan pemberian tanaman apu-apu atau enceng gondok pada tampungan air atau embung fitoremediasi.
Pemilihan benih sayuran yang digunakan diupayakan berasal dari pertanian organik, namun apabila tidak memungkinkan dan tidak tersedia dapat menggunakan benih yang dijual dipasaran (hibrida non GMO) dengan perlakuan pencucian atau perendaman sebelum dikecambahkan. Pencucian dan perendaman ini misalnya menggunakan air cucian beras/leri/tajen.
Penggunaan benih dianjurkan menggunakan benih unggul lokal atau introduksi yang tahan terhadap cekaman iklim, menghasilkan sedikit emisi gas rumah kaca, laju penyerapan CO2 dari udara tinggi, serta sesuai dengan tempat budidaya. Perawatan tanaman meliputi penyulaman bibit yang mati, penyiangan gulma, penyiraman tanaman secara teratur, pemupukan susulan menggunakan pupuk organik padat maupun cair, pemasangan ajir untuk sayuran yang tinggi/merambat, pembumbunan untuk sayuran umbi, serta penyiangan daun tua dan tunas air untuk sayuran tomat, timun dan aneka labu lain.Â
Pengendalian organisme pengganggu tanaman, dilakukan dengan memilih varietas tanaman yang resisten hama/penyakit, melakukan rotasi tanaman yang sesuai, pengolahan tanah secara mekanik, penggunaan tanaman perangkap, penggunaan mulsa dan sisa potongan tanaman, pengendalian secara mekanis (seperti penggunaan perangkap, penghalang, cahaya, dan suara), serta pelestarian dan pemanfaatan musuh alami (parasit, predator, dan patogen serangga) dengan cara menyediakan habitat yang cocok bagi musuh alami, misalnya dengan pembuatan pagar hidup dan tempat berlindung musuh alami misalnya tanaman refugia. Apabila terjadi serangan OPT yang membahayakan dapat dilakukan penyemprotan menggunakan pestisida nabati atau pestisida hayati.
Pemanenan harus dilakukan pada waktu yang tepat. Pemanenan harus dilakukan dengan cara/teknik yang tepat sesuai dengan organ sayuran yang dipanen (daun, batang, buah dan umbi) agar tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman, menghindari penyakit pada tanaman, menimbulkan kerusakan pada produk yang dipanen atau membahayakan bagi pekerja yang melakukan pemanenan.Â
Setelah panen, dilakukan kegiatan pasca panen yang meliputi pembersihan, sortasi, pengkelasan (grading), pengemasan (packing) dan pelabelan agar kualitas dari produk sayuran organik terjaga. Dalam penanganan pasca panen ini, sayuran organik tidak diperkenankan menggunakan bahan-bahan yang dapat merusak atau mencemari sifat organik produk, seperti fumigasi dan sejenisnya.
Pemilihan benih sayuran yang digunakan diupayakan berasal dari pertanian organik, namun apabila tidak memungkinkan dan tidak tersedia dapat menggunakan benih yang dijual dipasaran (hibrida non GMO) dengan perlakuan pencucian atau perendaman sebelum dikecambahkan. Pencucian dan perendaman ini misalnya menggunakan air cucian beras/leri/tajen.Â
Penggunaan benih dianjurkan menggunakan benih unggul lokal atau introduksi yang tahan terhadap cekaman iklim, menghasilkan sedikit emisi gas rumah kaca, laju penyerapan CO2 dari udara tinggi, serta sesuai dengan tempat budidaya.Â
Perawatan tanaman meliputi penyulaman bibit yang mati, penyiangan gulma, penyiraman tanaman secara teratur, pemupukan susulan menggunakan pupuk organik padat maupun cair, pemasangan ajir untuk sayuran yang tinggi/merambat, pembumbunan untuk sayuran umbi, serta penyiangan daun tua dan tunas air untuk sayuran tomat, timun dan aneka labu lain.Â
Pengendalian organisme pengganggu tanaman, dilakukan dengan memilih varietas tanaman yang resisten hama/penyakit, melakukan rotasi tanaman yang sesuai, pengolahan tanah secara mekanik, penggunaan tanaman perangkap, penggunaan mulsa dan sisa potongan tanaman, pengendalian secara mekanis (seperti penggunaan perangkap, penghalang, cahaya, dan suara), serta pelestarian dan pemanfaatan musuh alami (parasit, predator, dan patogen serangga) dengan cara menyediakan habitat yang cocok bagi musuh alami, misalnya dengan pembuatan pagar hidup dan tempat berlindung musuh alami misalnya tanaman refugia. Apabila terjadi serangan OPT yang membahayakan dapat dilakukan penyemprotan menggunakan pestisida nabati atau pestisida hayati.
Pemanenan harus dilakukan pada waktu yang tepat. Pemanenan harus dilakukan dengan cara/teknik yang tepat sesuai dengan organ sayuran yang dipanen (daun, batang, buah dan umbi) agar tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman, menghindari penyakit pada tanaman, menimbulkan kerusakan pada produk yang dipanen atau membahayakan bagi pekerja yang melakukan pemanenan. Setelah panen, dilakukan kegiatan pasca panen yang meliputi pembersihan, sortasi, pengkelasan (grading), pengemasan (packing) dan pelabelan agar kualitas dari produk sayuran organik terjaga. Dalam penanganan pasca panen ini, sayuran organik tidak diperkenankan menggunakan bahan-bahan yang dapat merusak atau mencemari sifat organik produk, seperti fumigasi dan sejenisnya.
Pemasaran SOM, dilakukan melalui pemasaran secara online menggunakan media sosial (Instagram, Facebook, dan WhatsApp) dengan sistem pesan, panen, antar. Aneka sayuran organik segar dapat dipesan melalui chat WA, kemudian akan diantarkan langsung ke lokasi pembeli. Ini merupakan salah satu keunggulan yang ditawarkan SOM, dimana pemasaran atau penawaran sayur kepada pembeli dilakukan sehari sebelum sayur dipanen dan akan diantar segera setelah dipanen.Â
SOM tidak hanya melayani pemesanan "dalam kota" namun juga hingga keluar kota. Saat ini SOM rutin mengirim ke banyak konsumen langganan dari berbagai kota di Jawa Tengah, serta beberapa konsumen dari luar Jawa seperti Kalimantan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H