Mohon tunggu...
Kezia Mayumi Matahati
Kezia Mayumi Matahati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rene Descartes: Arsitek Pemikiran Modern

8 Januari 2024   21:51 Diperbarui: 8 Januari 2024   22:01 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ren Descartes, lahir pada 31 Maret 1596 di La Haye en Touraine, Prancis, merupakan sosok penting dalam transisi dari pemikiran filosofis Renaisans ke Revolusi Ilmiah. Pendidikannya di Jesuit Collge Royal Henry-Le-Grand di La Flche membekali dia dengan fondasi intelektual yang kuat, yang kemudian ia lanjutkan dengan studi hukum di Universitas Poitiers. Perjalanan intelektual Descartes tidak terbatas pada akademia; ia juga menghabiskan waktu sebagai seorang tentara, yang memberinya perspektif unik dalam melihat dunia.

Karya Descartes yang paling terkenal, "Meditasi tentang Filsafat Pertama," menandai puncak dari pemikirannya. Dalam karya ini, ia mengembangkan metode skeptisismenya, yang dimulai dengan keraguan metodis terhadap segala sesuatu, termasuk eksistensi diri sendiri. Namun, dari keraguan yang mendalam ini, ia menemukan fondasi yang tak terbantahkan: "Cogito, ergo sum" (Aku berpikir, maka aku ada). Pemikiran ini menjadi titik tolak bagi seluruh filsafat Barat modern.

Descartes juga memperkenalkan dualisme benda dan pikiran, yang memisahkan dunia material dari dunia pikiran. Ia berpendapat bahwa realitas fisik bisa dijelaskan melalui hukum-hukum mekanis, sedangkan pikiran atau jiwa adalah entitas non-material yang tidak tunduk pada hukum fisika. Isu dualisme ini melahirkan debat panjang dalam filsafat dan sains tentang hubungan antara pikiran dan tubuh.

Argumen Descartes yang mengutamakan keraguan sebagai alat untuk mencapai kebenaran telah membuka jalan bagi filsafat modern. Skeptisismenya menantang asumsi tradisional dan mendorong pemikiran kritis. Namun, argumentasinya juga menghadirkan tantangan: bagaimana menjembatani dualisme antara pikiran dan materi, serta memastikan bahwa pengetahuan yang didapat melalui rasio adalah benar.

Pemikiran Descartes tidak luput dari kritik. Salah satu kekurangannya adalah sulitnya menjelaskan interaksi antara pikiran dan tubuh. Bagaimana bisa entitas non-material seperti pikiran memiliki efek fisik pada tubuh? Masalah ini, yang dikenal sebagai "masalah interaksi," tetap menjadi topik debat hingga hari ini.

Namun, kelebihan Descartes terletak pada pengaruhnya yang mendalam dan luas. Ia tidak hanya membentuk landasan bagi filsafat modern tetapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam matematika, terutama dengan pengembangan geometri analitik. Pendekatannya yang sistematis dan metodis dalam mempertanyakan pengetahuan telah menjadi ciri khas pemikiran ilmiah modern.

Kesimpulannya, Descartes merupakan sosok yang transformatif dalam sejarah pemikiran manusia. Walaupun terdapat kekurangan dalam beberapa aspek pemikirannya, kontribusinya dalam membangun fondasi bagi filsafat dan sains modern tidak terbantahkan. "Cogito, ergo sum" tidak hanya merupakan refleksi dari eksistensi manusia tetapi juga menjadi batu loncatan bagi banyak pemikiran filosofis dan ilmiah selanjutnya. Dengan melampaui batas-batas pemikiran zaman sebelumnya, Descartes dengan tepat dikenang sebagai salah satu arsitek dunia modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun