Mohon tunggu...
Kezia Mayumi Matahati
Kezia Mayumi Matahati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Friedrich Nietzsche dan Penelitian Ubermensch: Pemikiran Filosofis hingga Implikasi Kontemporer

1 Januari 2024   16:50 Diperbarui: 2 Januari 2024   00:47 1559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Friedrich Nietzsche, filsuf Jerman abad ke-19, terkenal dengan pandangannya yang provokatif. Artikel ini bertujuan untuk memahami kontribusi Nietzsche dalam pembentukan pemikiran filosofis modern, dengan fokus pada gagasan Ubermensch dan relevansinya di era saat ini.

Nietzsche lahir pada tahun 1844, hidup dalam periode gejolak sejarah Eropa. Nietzsche mengalami kehidupan yang penuh dengan kesulitan pribadi, termasuk masalah kesehatan yang serius. Konteks filsafatnya terbentuk dalam era di mana Eropa mengalami perubahan besar dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan filsafat. Pemikiran Nietzsche sering dipandang sebagai reaksi terhadap nilai-nilai tradisional, terutama dalam konteks moralitas Kristen dan filosofi rasionalis.

Analisis mendalam pada "Thus Spoke Zarathustra" dan "Beyond Good and Evil" mengungkap esensi pemikiran Nietzsche. Ubermensch diperkenalkan sebagai metafora bagi potensi manusia tertinggi, yang menciptakan nilai-nilai mereka sendiri dan mengatasi batas 'baik' dan 'buruk'.

Analisis dan Interpretasi:
Dalam "Thus Spoke Zarathustra," Nietzsche memperkenalkan Ubermensch sebagai individu yang telah melebihi batas-batas moralitas konvensional dan keterbatasan manusia biasa. Ubermensch bukan hanya sekadar konsep antropologis, tetapi juga metafora bagi potensi manusia yang paling tinggi. Bagi Nietzsche, Ubermensch adalah mereka yang menciptakan nilai-nilai mereka sendiri, hidup di luar batas 'baik' dan 'buruk' yang ditetapkan oleh masyarakat, dan berani menghadapi ketidakbermaknaan kehidupan.

Ubermensch sebagai kunci pemahaman filosofis Nietzsche, menjelaskan bagaimana konsep ini melambangkan keberanian dalam menantang norma dan menciptakan makna dalam dunia yang tampak kosong dari makna objektif. Ubermensch melambangkan keberanian untuk menantang norma dan menciptakan makna sendiri dalam dunia yang tampaknya kosong dari makna objektif. Konsep ini tidak hanya sekadar prestasi individu, tetapi juga tentang mengatasi keterbatasan yang diberikan oleh budaya dan sejarah. Nietzsche menganggap bahwa Ubermensch adalah langkah evolusioner berikutnya bagi umat manusia.

Kekurangan dan Kelebihan Ide Kunci dan Konsep Pemikiran Filsuf
Konsep Ubermensch memiliki kekuatan dalam mendorong individu untuk mengejar keaslian dan otonomi pribadi. Namun, ide ini juga mendapat kritik karena kerap diinterpretasikan secara keliru, kadang-kadang dianggap sebagai pembenaran untuk egoisme atau superioritas. Kekaburan dalam definisinya juga menyulitkan aplikasi praktisnya.

Kritik dan Evaluasi
Evaluasi kritis menyoroti kekuatan dan kelemahan pemikiran Nietzsche, dengan penilaian terhadap sejauh mana ide-idenya dapat diadaptasi dalam konteks modern, serta kritik terhadap pendekatannya terhadap moralitas tradisional. Ubermensch sering dikritik karena dianggap terlalu abstrak dan sulit diaplikasikan dalam konteks sosial yang nyata. Ada kekhawatiran bahwa interpretasi yang salah dapat mengarah pada pembenaran perilaku otoriter atau egoistik. Namun, nilai utama dari konsep ini terletak pada pengaruhnya dalam mendorong pemikiran kreatif dan kritis terhadap norma-norma sosial yang ada.

Kesimpulan
Konsep Ubermensch Nietzsche membawa dampak yang signifikan dalam filsafat kontemporer, khususnya terkait dengan ide kebebasan, penciptaan nilai, dan potensi manusia. Meskipun terdapat beberapa kelemahan dan tantangan dalam interpretasinya, konsep ini tetap relevan sebagai sumber inspirasi bagi pemikiran yang tidak konvensional dan keberanian untuk mengeksplorasi potensi manusia sepenuhnya. Penelitian lebih lanjut mungkin mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana konsep ini bisa diterapkan dalam konteks budaya dan etika modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun