Mohon tunggu...
Kezia FetnajLarasati
Kezia FetnajLarasati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana

Hobi saya adalah menggambar

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Upaya Kolaboratif Jaga Kualitas Udara: Peran Greenpeace, Pemerintah, Masyarakat

11 Oktober 2023   08:20 Diperbarui: 11 Oktober 2023   08:35 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi - suasana di Jakarta gedung-gedung mulai ditutup polusi (Jurnasyanto Sukarno / Greenpeace)

Kualitas udara yang bersih adalah fondasi penting bagi kualitas hidup manusia. Kualitas udara yang baik merupakan aspek krusial dalam menjaga kesehatan kita. Polusi udara mencakup berbagai zat berbahaya yang terbawa oleh udara hala tersebut merupakan ancaman serius bagi kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, menjadikan kualitas udara sebagai prioritas adalah suatu keharusan yang mendesak dan harus segera diatasi. 

Polusi udara telah terbukti menjadi salah satu risiko terbesar bagi kesehatan manusia. Paparan polusi udara yang tinggi dan terjadi selama bertahun-tahun dapat memengaruhi sistem pernapasan dan sistim peradangan manusia yang kemudian akan mengakibatkan beberapa penyakit, seperti penyakit jantung, stroke, hingga kanker paru-paru (Pujol-Mazzini, 2017). Oleh karena itu, meningkatkan kualitas udara adalah suatu keharusan yang tak terelakkan.

Situasi Jakarta telah menjadi sorotan dunia karena meningkat polusi udara yang cukup signifikan. Hal ini adalah isu yang harus kita tangani dengan serius. Pada tanggal 10 agustus 2023 IQAir, salah satu perusahan yang memfokuskan diri dalam pemantauan kualitas udara global, mempublish bahwa udara di Jakarta masuk dalam kategori udara tidak sehat dengan catatan indeks Air Quality Indeks (AQI) 156. Laporan tersebut menuliskan bahwa Jakarta berada di posisi pertama sebagai kota dengan udara terkotor di dunia, serta mencatat laporan terbaru dari IQAir bahwa masalah utama kualitas udara di Jakarta masih disebabkan oleh partikulat berukuran PM2,5. Konsentrasi PM2,5 di Jakarta mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, yakni sebanyak 58 mikrogram per normal meter kubik. Angka ini menunjukkan adanya masalah serius dalam hal pencemaran udara di ibukota Indonesia.

Penting untuk mencatat bahwa konsentrasi PM2,5 yang mencapai 58 mikrogram per normal meter kubik adalah lebih dari 11 kali lipat dari nilai panduan kualitas udara tahunan yang telah ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Panduan WHO menggarisbawahi batasan PM2,5 yang dianggap aman untuk kesehatan manusia yakni sebesar 15 mikrogram per normal meter kubik dan melihat angka ini, dapat kita sadari bahwa Jakarta menghadapi tantangan besar dalam menjaga udara yang bersih dan sehat bagi penduduknya. Penyebab peningkatan konsentrasi PM2,5 ini disebabkan oleh berbagai faktor, polusi lingkungan, polusi dari industri, polusi dari penggunaan bermotor, kebakaran, dan faktor cuaca yang mulai memanas.

Data baru dari IQAir pada 7 september 2023, indeks kualitas udara Jakarta tercatat di angka 157 AQI US, masih dalam kategorial tingkat polusi tidak sehat. Menurut data AQI sekitar 11.000 orang meninggal dunia akibat polusi udara, polusi udara juga berdampak pada kerugian bagi Jakarta sebesar US$2,8 miliar pada tahun 2023. Banyak orang mulai resah, dalam waktu jangka panjang polusi udara di Jakarta memiliki efek samping buruk bagi kesehatan maupun lingkungan. Hal ini jadi sebuah tantangan bagaimana pihak-pihak seperti pemerintah, sektor industri, masyarakat serta aktor aktor lain dapat menangani pencemaran udara yang terjadi.

Peran NGO berkontribusi dalam masalah polusi udara di Jakarta

Greenpeace merupakan salah satu fokus bidang dari INGO (International Non-Governmental Organizations) yang konsisten bergerak di bidang lingkungan hidup. Greenpeace ini hadir di Indonesia pada tahun 2005, hadir dengan beberapa isu yakni kehutanan, energi, air dan kelautan. Fokus greenpeace mulai meluas hingga mengarah pada isu polusi di beberapa kota Indonesia. Keadaan udara di kota-kota besar di Indonesia mulai memburuk sehingga greenpeace memilih mulai mengambil peran. Greenpeace mulai meluncurkan aksi-aksinya dan masyarakat sipil bertindak pula dengan memberi peringatan bagi pemerintah.

1. Aksi Kampanye dengan #JakartaUnderPollution

kampanye Greenpeace di depan Kementrian Kesehatan di Jakarta tanggal 28 September. (Greenpeace/Jurnasyanto Sukrno)
kampanye Greenpeace di depan Kementrian Kesehatan di Jakarta tanggal 28 September. (Greenpeace/Jurnasyanto Sukrno)

Greenpeace pernah melakukan aksi pada tahun 2017, beberapa aktivis melakukan aksi kampanye di depan Kantor Kementrian Kesehatan dan membawa gagasan tentang bahaya polusi udara. Aksi berupa protes dengan membawa papan dengan tagger #JakartaUnderPollution merupakan peringatan sekaligus protes dari aktivis ke pemerintah akan bahaya polusi udara di ibukota. Greenpeace menemukan data sejak awal Januari 2017 bahwa kualitas udara Jakarta masuk level tidak sehat dengaan indikator angka PM 2.5 harian di sejumlah lokasi melebihi standar WHO yaitu 25g/m3 dan juga Baku Mutu Udara Ambien Nasional.

Pemerintah kurang merespon aksi di atas berkaitan dengan kualitas udara ini, sehingga mereka melakukan aksi protes dengan misi untuk menyampaikan pesan kepada pemerintah terkhusus kementrian Kesehatan agar dapat bertindak demi Kesehatan Masyarakat. Greenpeace berharap Kementerian Kesehatan dapat merekomendasikan pengetatan emisi pembangkit listrik termal di Indonesia, yang regulasinya masih lebih longgar dibandingkan mayoritas negara lain. Upaya ini untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kehidupan yang lebih berkelanjutan.

2. Aksi Kampanye Billboard

Gambar billboard yang dipasang di Jalan Jendral Gatot Subroto, Menurut Bondan Andriayu tujuan pemasangan untuk mengenalkan Air Quality index di Jakart
Gambar billboard yang dipasang di Jalan Jendral Gatot Subroto, Menurut Bondan Andriayu tujuan pemasangan untuk mengenalkan Air Quality index di Jakart

Pada tahun 2018 greenpeace mulai kembali melakukan aksi , aksi kampanye kali ini greenpeace memasang pesan dalam bentuk billboard atau poster dengan ukuran raksasa dengan hashtag #WebreatheTheSameAir. Poster ini dipasang di Jalan Jendral Gatot Subroto. Dalam sebuah wawancara juru kampanye greenpeace, bondan andriaynu pemasangan billboard bertujuan menginformasikan air quality index di Jakarta kepada Masyarakat. Beliau menambahkan arti dari Hahstag mengingatkan kita semua menghirup udara yang sama, dari data kualitas udara yang kami pantau selama satu bulan, 22 hari di antaranya dikategorikan tidak sehat. Ini menjadi perhatian kami karena udara yang kita hirup berasal dari berbagai sumber, seperti transportasi, industri, dan rumah tangga dengan persentase yang signifikan. Greenpeace berharap dengan adanya kampanye ini permasalahan kualitas udara menjadi hal yang dapat diperhatikan bersama.

3. Aksi Kampanye Greenpeace Bersama Beberapa Tokoh

Di tahun 2019 pada bulan Maret greenpeace kembali melakukan kampanye terbaru. Kali ini para aktivis greenpeace melakukan aksi kampanye di depan Gedung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) upaya merespon hasil penelitian yang dilakukan oleh IQ AirVisual bersama Greenpeace Asia Tenggara. Laporan tersebut memaparkan mengenai kualitas udara di kota-kota besar di seluruh dunia, dan didapati bahwa Jakarta berada diperingkat pertama dengan PM2.5 paling buruk di Asia Tenggara selama kurun waktu 2018. Dari laporan tersebut dapat dilihat bahwa kualitas udara di Jakarta melampaui batas WHO,PM 2.5 dan juga melampaui baku mutu pemerintah Indonesia yang pada dasarnya berada dibawah baku mutu yang ditetapkan WHO.

Pada kampanye ini hadir juga tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam Inisiatif Bersihkan Udara Koalisi Semesta. Agenda mereka dalam kampanye ini, memberikan apresiasi pada KLHK atas informasi mengenai tentang konsentrasi rata-rata tahunan PM 2.5 di Jakarta yang berada jauh melampaui baku mutu udara ambien nasional. Kampanye tersebut membawa pesan kepada pemerintah agar segera mengambil tindakan nyata terkait pencemaran udara.

Greenpeace, sebagai organisasi non-pemerintah (NGO), berupaya untuk meningkatkan kesadaran semua pihak terhadap masalah polusi udara, terutama mengingat Jakarta saat ini menjadi kota yang masuk dalam tingkat polusi udara terburuk di Asia Tenggara. Ketiga aksi kampanye yang dilakukan merupakan strategi NGO sekaligus kontrobusinya upaya mereka menyelamatkan lingkungan. Dari strategi-strategi yang telah dilakukan greenpeace dalam bentuk aksi kampanye dari tahun ke tahun telah memberikan peringatan untuk pemerintah bertindak lebih tegas dan bertanggung jawab dalam mengatasi isu polusi udara untuk kemudian hari. Terlebih lagi aksi tersebut seharusnya sudah ditindaklanjuti karena telah jadi alarm peringatkan bagi kita(masyarakat, pemerintah, dan organisasi ) untuk tidak kembali lalai atau menyepelekan isu tersebut. Pemerintah Jakarta menggunakan uji emisi sebagai salah satu alternative untuk mengurangi polusi. Lalu bagaimana peran masyarakat? Masyarakat juga dapat berkontribusi dalam mengurani polusi udara dan emisi karbon dengan mengurangi pembakaran sampah, mengurangi kendaraan bermotor jika hanya berjarak dekat. Semua tindakan yang diambil juga untuk mencapai Net Zero Emission 2060 yang diresmikan dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to the United Nation Framework Convention Climate Change.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun